SC-8

157 18 0
                                    

"Dadah kak, hati hati dijalan" ucap Yura sambil melambai lambai heboh.

"Dadah Yura-ah!!" balas Renjun tak kalah heboh.

Yura pun berjalan masuk kedalam sekolahnya. Renjun menatap punggung kecil itu dengan pandangan teduh. Lalu menolah kearah suaminya yang juga menatapnya.

Jaemin mengalihkan pandangannya lalu menjalankan mobilnya pergi dari sekolah Yura menuju sekolah Renjun.

"Nanti mas jemput"

Kening Renjun mengkerut heran, "Kemana?" tanyanya.

"Ke mall, katanya mau membeli benang rajut"

"Oh, iya. Tapi kayaknya nggak jadi deh mas"

" Kenapa?"

"Aku mau beliin dia sweater, kemarin aku udah nemu dionline"

"Ok"

Setelah itu hening. Renjun fokus memandangi jalanan dan Jaemin fokus menyetir. Tiba tiba suara ponsel berdering tanda panggilan masuk memecah fokus mereka. Jaemin segera mengambil ponselnya yang berdering. Menatap nama pemanggil yang tertera lalu menggeser tombol merah dan meletakkannya kembali ke saku jas.

"Kenapa nggak diangkat?"

"Nomor nggak dikenal, salah sambung mungkin"

Renjung mangut mangut paham. Tak lama mereka sampai disekolah Renjun. Renjun membuka pintu mobilnya lalu mengetuk jendela tanda untuk membukanya. Jaemin menuruti, kaca jendela turun perlahan.

"Hati hati, mas" ucapnya lalu melangkah menjauhi mobil suaminya, masuk kedalam sekolah.

Jaemin menatap dalam diam punggung istrinya sampai hilang. Meraih ponselnya dan mendial nomor yang tadi menelponnya.

Panggilan pun tersambung dan disusul suara isak tangis seseorang dari sebrang membuat Jaemin dilanda panik.

"..."

"𝘼𝙠𝙪 𝙠𝙚𝙨𝙖𝙣𝙖 𝙨𝙚𝙠𝙖𝙧𝙖𝙣𝙜!!"

Setelah mengucapkan itu, dia segera memutus panggilannya. Dan dengan terburu menyalakan mobilnya dan langsung  menginjak pedal gas. Jaemin menyetir dengan kesetanan. Keringat sebesar biji jagung mulai turun di pelipisnya.

Sesekali dia mendapat teguran dari orang orang karena menyetir dengan ugal ugalan. Namun, dia tidak peduli.

Sampai mobil itu membawanya menuju kesalah satu rumah sakit dipinggir kota. Memarkirkan mobilnya asal dan membuka pintu mobil kasar. Berlari tergesa gesa masuk kedalam.







"Hari ini cukup sampai disini pembelajaran kita. Jangan lupa untuk belajar karena dua minggu lagi kalian akan mengikuti ujian kelulusan. Tetap semangat dan jaga kesehatan kalian. Ibu permisi dulu"

Guru perempuan itu pun beranjak dari duduknya dan berjalan keluar. Sebentar lagi jam istirahat, kurang satu jam pelajaran.

Yeonjun maju kedepan dengan sebuah buku tebal.

"Hari ini bu Lee tidak hadir karena beliau sakit. Beliau hanya menyuruh kita untuk menulis materi untuk ujian" ucapnya lalu mulai menulis di papan tulis. Semua murid pun mulai mencatat materi didepan.

Setengah jam berlalu, Yeonjun sudah menyelesaikan menulisnya dipapan tulis. Memeriksa buku lagi siapa tau ada yang belum dia tulis atau dia salah menulis. Setelah dirasa tidak, dia berbalik lalu berjalan menuju etalase  samping meja guru. Membukanya lalu meletakkan buku sang guru disana.

Setelah itu dia kembali kekursinya. Mengeluarkan bukunya dan mulai mencatat.







Bell istirahat berbunyi. Murid yang sudah selesai menulis dengan segera membereskan meja mereka. Lalu keluar dari kelas. Kini kelas tersebut menyisakan beberapa anak yang belum selesai.

"Akhirnya selesai. Jeno kamu udah belum? Ayo kekantin aku sudah lapar" ucap Donghyuck menatap temannya yang duduk dibelakangnya.

"Dikit lagi. Nah, selesai. Ayo aku juga lapar. Kamu ingin menitip sesuatu Njun?" Jeno membereskan mejanya lalu berdiri dan menatap kearah Renjun yang juga sudah selesai.

"Eum, tidak usah" jawabnya.

"Okee, kami pergi dulu" pamit Donghyuck.

Mereka pun keluar dari kelas. Sekarang kelas kosong, hanya menyisakan Renjun dan juga Yeonjun yang sedang membereskan mejanya. Pemuda tampan itu menatap Renjun yang sedang mengeluarkan kotak bekelnya. Dia beranjak lalu menghampiri Renjun.

"Kamu tidak kekantin?"

"ASTAGA!! Yeonjun!! Kamu mengagetkan tau!!" omel Renjun pada temannya yang tiba tiba bertanya.

"Maaf, aku tidak sengaja" ucapnya lalu duduk di depan Renjun.

"Aku bawa bekel. Kamu kenapa nggak kekantin?"

"Istirahat pertama kantin selalu ramai, jadi nanti saat istirahat kedua aku pergi kekantin" jawab pemuda tampan itu.

"Aku juga tidak suka suasana kantin istirahat pertama. Jadi, aku juga selalu kekantin saat istirahat kedua. Btw, kamu mau?"

"Kamu makan saja, aku masih kenyang. Kalau gitu kita bareng aja nanti kekantin"

"Bo-"

"Yeonjun? Nggak kekantin?" celetuk Jeno pada ketua kelasnya.

"Nggak, terlalu rame"

"Aku kira cuma Renjun yang nggak terlalu suka suasana kantin istirahat pertama. Ternyata kamu juga"

"Iya"

"Oh ya, Njun ini. Nggak usah bilang makasih, nggak usah diganti. Yaudah aku pergi dulu, Donghyuck udah nungguin" ujar Jeno, meletakkan susu pisang yang tadi dibelinya lalu bergegas keluar kelas.

"JENO!! Aku bilang kan nggak nitip apa apa!!" Omel Renjun. Dahinya mengkerut marah, pipinya mengembung dan bibirnya maju satu senti. Yeonjun yang melihat itu tiba tiba bersemu.

"Ish, dasar!!" Rengutnya.

"Lucu"

"Ha? Kamu bilang sesuatu?"

"Hah? Eh, enggak kok"

Renjun hanya mangut mangut saja. Lalu kembali melanjutkan makannya.


【𝗧𝗕𝗖】

𝖲𝖾𝗅𝖺𝗆𝖺𝗍 𝗉𝖺𝗀𝖾𝖾, 𝗃𝖺𝗇𝗅𝗎𝗉 𝗌𝖺𝗋𝖺𝗉𝖺𝗇, 𝗆𝗂𝗇𝗎𝗆, 𝗆𝖺𝗇𝖽𝗂, 𝗇𝖺𝗉𝖺𝗌. 𝖧𝖺𝗏𝖾 𝖺 𝗇𝗂𝖼𝖾 𝖽𝖺𝗒...

𝖳𝖺𝖽𝗂 𝗇𝗂𝖺𝗍𝗇𝗒𝖺 𝗆𝖺𝗎 𝖽𝗈𝖻𝖾𝗅 𝗎𝗉, 𝗍𝖺𝗉𝗂 𝗇𝗀𝗀𝖺𝗄 𝗃𝖺𝖽𝗂. 𝖡𝗍𝗐, 𝗌𝖾𝗆𝗈𝗀𝖺 𝗌𝗎𝗄𝖺 𝖺𝗇𝖽 𝗌𝖾𝖾 𝗒𝗈𝗎𝗎𝗎 ^^

𝖲𝖾𝗇𝗂𝗇, 01 𝖩𝗎𝗅𝗂 2024
—𝖫𝗎𝗇𝖺

Second ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang