Tap!
Sosok yang termangu lama menatap langit jingga itu sedikit tersentak merasakan tepukan ringan di pundaknya. Kepalanya menoleh lalu senyumnya merekah menatap wajah sang anak.
Eidef akui, dia merindukan anak keduanya. Wajah yang sempat terlihat pucat saat di UKS sekolah tadi, sudah hilang digantikan dengan wajah cerah gurat ceria khas Alrik. Mampu membuat Eidef menghela napas lega.
"Lain kali jangan tidur di kelas, son."
Suara itu mendayu lembut di telinga Semesta. Menghantarkan rasa campur aduk di benaknya. Pria ini kah yang nantinya akan menikahi putrinya?
Tak ada yang salah dengan pria di depannya. Wajahnya tampan, suaranya bagus memasuki gendang telinga siapapun yang mendengarnya, dia juga tampak sehat luar dalam.
"Maka lain kali jangan hukum Mama. Dia Ibuku." Alrik membalas ucapan Eidef. Membuat pria dengan tatapan sendunya itu terkekeh ringan.
"Kakekku ingin bertemu denganmu. Setelah ini, kuserahkan semuanya padamu. Aku akan melipir menjauh. Selesaikan urusanmu dan Kakek, Ayah."
Alrik berlalu pergi setelah menepuk hangat pundak Semesta sebanyak dua kali. Menjauh dan memberikan ruang untuk dua orang dewasa itu berbicara adalah pilihan yang bagus.
Pantai sore hari ini juga lumayan sepi pengunjung. Ya, siapa juga yang mau berlibur dihari kerja?
Kedua orang itu bertatap cukup lama setelah kepergian Alrik. Suasana mendadak canggung dan mencekam. Tatapan keduanya menyiratkan beribu pertanyaan yang berbeda. Menuntut jawabannya hari ini juga. Jawaban yang sudah keduanya nanti-nanti sejak lama.
"Siapa namamu?" Semesta membuka suara. Memecahkan keheningan.
"Eidef Leander."
Ohh jadi dari sini nama belakang cucunya terwarisi.
"Langsung saja. Kenapa kau dan Sera bisa bercerai jika kalian mempunyai empat orang anak di masa depan?"
Karena kebohongan Alrik membuat Eidef ikut ketarik dalam lubang kebohongan ini.
"Karena kami terlalu saling mencintai."
"Jawaban bodoh macam apa itu?" Kekeh Semesta sejenak. "Jika kalian saling mencintai, tidak mungkin sampai saling melepaskan."
"Tapi kenyataannya memang begitu. Putrimu meninggalkanku sendirian tanpa salam perpisahan dengan begitu egoisnya. Itu yang Alrik ucapkan padaku."
Semesta tak dapat mempercayai begitu saja ucapan pria pertengahan 20 tahun ini. Meskipun tatapan itu terlihat tak berdusta di matanya.
"Pria seperti apa dirimu? Kau terlahir dari keluarga seperti apa? Bagaimana cara orangtua mu membesarkanmu? Dan apa pendapatmu tentang Alrik dari masa depan?"
Eidef terdiam lama. Pertanyaan ini cukup berat untuknya. Sebelumnya Alrik tak pernah memintanya untuk merangkai kebohongan dari keluarga seperti apa dirinya berasal untuk memberikan jawaban yang tepat untuk Semesta.
"Aku pria yang tak mudah percaya dengan orang. Aku cenderung percaya jika melihat buktinya. Aku lahir di tengah keluarga yang cukup harmonis. Kedua orang tuaku menyayangiku. Dan mereka telah menyiapkan masa depanku yang tertata rapih sedemikian rupa. Hanya untukku dan Adik perempuanku."
Pria ini jujur. Latar belakang keluarganya pun bagus. Penuh perhitungan dan tanggungjawab.
"Mereka membesarkanku dengan baik. Namun sepertinya sedikit gagal dalam mengajarkanku mempertahankan yang seharusnya milikku sejak awal. Contohnya anakmu Tuan. Aku gagal mempertahankannya untuk tetap di sisiku. Kepergian Sera adalah kegagalan terbesar dalam hidupku yang akan selalu kusesali. Tak akan mudah berdamai dengan keadaan dalam dunia tanpanya."
Pria ini berkata dengan sungguh-sungguh. Ucapannya terdengar datang dari hatinya. Jika ini sebuah kebohongan dan rangkaian semata. Tak mungkin Semesta dapat merasakan kehangatan dihatinya senyata ini.
"Kehadiran Alrik membuatku bingung. Tak mungkin anak dari masa depan yang akan terlahir dariku mendatangi masa muda Ayahnya. Kecuali satu, Tuhan memberikan kami berdua kesempatan untuk mengelakkan perpisahan kami di masa depan sebagai Alrik perantaranya. Alrik anugrah, juga teka-teki rumit yang harus kami berdua pecahkan bersama-sama."
"Lalu kenapa tak mendatangi putriku?"
"Aku mendatanginya berkali-kali. Mengawasinya dari jauh. Namun masih belum berani untuk benar-benar bertemu." Eidef tersenyum miring ditundukan kepalanya.
Deburan ombak makin terdengar kuat. Air laut mulai pasang surut. Sebagian pengunjung mulai berhamburan meninggalkan area pantai. Langit juga perlahan mulai menggelap. Sebentar lagi digantikan dengan lampu-lampu kapal di lautan sana.
"Anakku pasti kebingungan. Keberadaan Alrik pasti membuatnya diserang berjuta pertanyaan tanpa jawaban. Jika kau pria yang bertanggungjawab, bantu anakku untuk mendapatkan jawabannya."
Eidef terdiam. Memangnya dia mau terus bersembunyi dari Sera? Padahal hatinya sangat merindukan gadisnya. Eidef juga tersiksa. Tapi menunjukkan dirinya pada Sera membuatnya lebih takut.
Baginya saja terlempar ke dunia nyata ini masih terasa tak nyata untuknya. Apa lagi bagi Sera nantinya. Gadisnya itu akan berjuta kali lebih kebingungan dengan kehadiran dirinya dibanding dengan kehadiran Alrik.
"Aku tidak tahu pria seperti apa dirimu. Aku juga tak masalah di masa depan nanti kau menikah lalu bercerai dengan anakku. Aku bisa menjaganya lagi setelah kau melepaskannya. Tapi bagaimana ini? Aku sudah terlanjur sayang pada salah satu cucuku dari masa depan."
Ucapan panjang Semesta membulatkan sedikit mata sipit Eidef yang tajam. Hatinya menghangat, namun meras tak percaya Semesta akan menerima Alrik dengan begitu mudahnya.
"Hanya dengan kedatangan Alrik aku jadi menantikan ketiga cucuku yang lainnya. Seperti apa rupa mereka dan bagaimana aku akan memanjakan mereka di masa depan."
Anak-anaknya diterima dengan tangan terbuka oleh Ayah dari gadis yang mereka anggap Ibu.
"Temui putriku. Nikahi dia, lalu tinggalkan jika memang takdirnya begitu. Jalani saja semuanya seperti takdir kalian di masa depan. Aku tidak sanggup jika harus melihat keempat cucuku menguap seperti asap."
Namun Eidef juga tidak ingin kembali menghadapi perpisahannya dengan Sera.
"Alrik datang ke masa ini untuk memperbaiki hubungan kedua orang tuanya dan mempertahankan keutuhan keluarganya. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang sudah Tuhan berikan padaku. Akanku cari jalan untuk memperbaiki keadaan di masa depan. Akan kucari sampai dapat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A World To Live In
Novela Juvenil[ Area 15+] [Sequel dari Sera's Transmigration: Perfect Mother] [Cerita ini akan mendetailkan tokoh Alrik] [Disarankan baca Sera's Transmigration: Perfect Mother terlebih dahulu sebelum membaca cerita ini] Dua hari sepeninggalan Sera dari dunianya...