• 1

283 14 0
                                    

Giselle terus berlari tanpa memperdulikan orang sekitar yang menatapnya aneh.Kakinya terus berusaha dia percepat agar dirinya sampai tepat waktu di sekolah.Dia merutuki dirinya sendiri yang terlalu asik menonton film hingga tidur terlalu larut dan berakhir kesiangan.Dia sampai di depan gerbang yang sudah tertutup rapat dengan nafas yang terasa menipis.Tangannya memegang dadanya yang kembang kempis setelah berlarian cukup jauh.Sepertinya memang Tuhan hari ini tidak berpihak padanya melihat gerbang sekolah benar-benar sudah tertutup rapat dan lingkungan sekolah yang benar-benar sudah sepi.

"Hey!"

Tepukan di pundaknya mengagetkan Giselle.

"Hey its okay! Aku Jaemin"

Giselle memutar bola matanya malas lalu meraih tas Jaemin dan mengambil air mineral tanpa meminta izin si pemilik, dia langsung menenggak hingga habis sehingga tak tersisa setetes pun.Jaemin yang melihatnya hanya terkekeh karena sudah biasa melihat tingkah laku sahabatnya itu.

"Terimakasih...hah..." Giselle mendudukan dirinya di tanah dan memijat kakinya yang terasa sangat sakit karena berlari.

Jaemin yang melihat itu sontak berjongkok mensejajarkan dirinya dengan Giselle.

"Apa sangat sakit?" tanya Jaemin khawatir.

"Tentu saja! Aku berlari dari halte hingga kesini!" jawab Giselle dengan tidak santainya.

"Kemana Ayahmu?" Jaemin merasa tak biasa karena seorang Giselle tak diantarkan sekolah.

"Ibu mengira aku libur jadi dia tak membangunkanku, jadi Ayah tentu saja sudah berangkat dari satu jam yang lalu" Jaemin hanya mengangguk mendengar jawaban Giselle.

"Sudahlah ayo masuk sebelum kita terlihat guru yang berjaga" ajak Jaemin, lalu menjulurkan tangan dan diterima baik oleh Giselle.

"Kau tidak lihat gerbang ini sudah tertutup rapat?"

"Naik" perintah Jaemin.

Giselle membelalakkan matanya, apa katanya? Naik? Naik pagar?

"Kamu pasti sudah gilak bagaimana aku bis-"

"Sudahlah Sell cepat naik, kamu hanya perlu naik ke sini lalu lanjut ke sini dan kamu duduk disitu sebentar lalu turun ke sini lalu ke sini dan sudah" Jaemin menjelaskan apa yang harus Giselle lakukan.

Giselle hanya mendengus kasar namun dia tetap melakukannya.

"Jangan lihat rok ku!" bentak Giselle.

"Astaga aku tidak cabul seperti kakek Sugiono" kesal Jaemin.

Giselle menggidikan bahunya lalu mulai memanjat pagar.

"Hati-hati pada bagian lancipnya"

"Iya iya"

Giselle memanjat dengan sangat hati-hati seperti yang Jaemin ajarkan.Dia merasa lega dan senang saat akhirnya berhasil masuk.

"Jaemin! Giliranmu!" bisik Giselle.

Jaemin mengangguk lalu hendak memanjat namun tiba-tiba pagarnya bergoyang dan akhirnya terbuka!
Jaemin tertawa terbahak-bahak sedangkan Giselle mendengus kesal.

"Aku benar-benar tidak tahu kalau pagar ini tak di gembok hahahahha"

"Kamu sangat menyebalkan!"

"Kenapa jadi aku yang menyebalkan? Bukannya kamu sendiri yang mengatakan gerbangnya terkunci tadi" kata Jaemin sambil menggelengkan kepalanya.

"Ish menyebalkan" Giselle mengerucutkan bibirnya.

"Sudahlah ayo masuk sebelum kita mati" Jaemin menarik tangan Giselle masuk ke dalam area sekolah.

In The Back Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang