• 8

108 11 1
                                    

"Jadi, wali kelasmu menyetujuinya?"

Giselle mengangguk lalu menyuapkan sesendok nasi goreng buatannya sendiri ke dalam mulut.Saat ini dia tengah berada di apartemen Mark.Setelah pulang sekolah dia langsung menuju apartemen Mark menggunakan taksi online karena Jaemin tidak bisa mengantarnya.Mereka tengah makan bersama di ruang makan setelah Giselle memasak nasi goreng karena Mark terus merengek ingin makan makanan yang layak selain bubur.Giselle pun menyetujuinya karena kondisi Mark juga sudah membaik.

"Kau yakin dengan mengajukan Karina sebagai gantinya?" tanya Mark menaruh seluruh atensinya pada Giselle.

Tangan Giselle yang sedang mengaduk nasi goreng langsung berhenti ketika pertanyaan Mark terlontar.

"Kau meragukannya?" tanya Giselle dengan nada dingin, dia merasa Mark begitu negatif thinking dengan sahabatnya Karina.

Mark yang merasakan perubahan Giselle langsung menghela nafas panjang dan meminum air putihnya.

"Tidak begitu, aku pikir akan lebih mudah jika kau saja yang ikut sayang, kita bisa belajar bersama"

Mark memang benar.Jika Giselle yang akan maju olimpiade dia akan lebih mudah belajar bersama Mark yang notabe nya adalah kekasihnya sendiri.Mereka juga akan lebih sering bersama.Namun, Giselle benar-benar tidak merasa percaya diri.Dia hanyalah siswi kelas 10 yang sebentar lagi akan naik kelas dan menurutnya mengikuti perlombaan seperti itu masih membuat mentalnya takut.

Siang itu saat istirahat Karina benar-benar menemani Giselle menemui Bu Jessica.Karina pikir Giselle akan menyetujui untuk ikut olimpiade, namun siapa sangka Giselle malah membawa Karina untuk menggantikannya.Karina sempat menolak karena merasa tidak enak tetapi atas dorongan dari Giselle dan Bu Jessica, Karina mendapatkan apa yang memang dia inginkan.Giselle mengetahui semuanya, dia tahu betapa Karina ingin mengikuti olimpiade ini.

Karina adalah siswi terpandai di kelasnya, berkat kepandaiannya bahkan Karina mendapatkan beasiswa namun ditolak halus oleh keluarga Karina karena mereka terlampau mampu membayar sekolah, jadi beasiswa itu mereka hadiahkan kepada yang membutuhkan.Pihak sekolah pun menghormati keputusan keluarga Karina.Karina pernah berkata pada Giselle bahwa dia hanya ingin membahagiakan Ayahnya dengan prestasi.Pernah dulu saat kecil Karina tak mendapatkan juara 1 di kelas lalu Ayahnya kecewa benar-benar tidak ingin mengatakan sepatah katapun, Karina benar-benar diabaikan.Hingga Karina mendapatkan tempatnya kembali menjadi juara kelas dan saat itu pula Ayahnya mulai luluh dan mau kembali berbicara.Sejak saat itu Karina takut mengecewakan Ayahnya dan terus belajar untuk membuat Ayahnya bahagia.Dan olimpiade ini sangat berarti untuk Karina agar menambah nilainya menjadi juara kelas.

Giselle sebagai sahabat justru sangat mensuport Karina, dia tidak pernah merasa iri ataupun merasa paling baik.Dia memang unggul dalam bahasa Inggris dibanding Karina tetapi selain bahasa Inggris Karina lah pemenangnya.Toh Giselle juga bukan perempuan yang ambis, dan keluarganya juga tak menuntut apapun, jadi dia malah senang memberikan kesempatannya pada Karina.

"Aku hanya merasa belum pantas" Giselle menunduk menatap nasi gorengnya yang sedang dia aduk acak.

"Bahkan nilai bahasa Inggris mu lebih unggul dari Karina kan?" tanya Mark.

Giselle beranjak dari duduknya lalu membawa piring yang masih tersisa nasi goreng itu ke dapur hendak mencucinya karena dia sudah kenyang.

"Aku tidak ingin membahasnya lagi Mark, aku mensuport Karina"

Mata Mark mengikuti pergerakan kekasihnya.

"Hey habiskan makananmu" kata Mark sedikit berteriak karena Giselle sudah hampir menghilang dari penglihatannya.

"Kenyang" teriak Giselle.

Mark menghela nafasnya lalu kembali memakan nasi gorengnya tanpa nafsu.Entah mengapa dia merasa sesuatu akan terjadi setelah ini.Apapun itu dia harap semuanya baik-baik saja.Dia hanya harus fokus pada kesehatannya dan kembali bersekolah.

🌷🌷🌷

Jeno membuka matanya dan menegakkan posisi tubuhnya ketika merasakan seseorang duduk di sampingnya.Seperti yang dia duga, seorang wanita seksi dengan pakaian tipis kini duduk menempel padanya.

"Hai sayang, sudah lama tidak bertemu" kata wanita itu dengan nada manja membuat Jeno merasa mual.

Jeno memilih mengabaikan wanita itu.Dia malah menuangkan alkohol ke gelasnya.Dia berencana untuk kembali menenggak minuman tersebut entah untuk yang keberapa kalinya malam ini.Dia benar-benar dibuat stress oleh Ayahnya yang brengsek itu.

"Aku kangen banget sama kamu Jen, kamu udah lama ga dateng kesini"

"Shut up bitch!" bentak Jeno.

Wanita yang entah siapa namanya itu langsung memberenggut kesal.Namun bukannya menjauh dia malah semakin mengeratkan pelukannya pada lengan Jeno.Wanita itu bahkan menyenderkan kepalanya di pundak Jeno.

Jeno menelisik ke seluruh isi club yang terlihat sangat ramai.Wajar saja, club ini merupakan yang paling terkenal di kota dan bukan main karena pengunjungnya adalah orang-orang kelas atas yang memiliki banyak uang.

Satu helaan nafas berat berhasil dihembuskan bersamaan dengan punggung tegapnya yang bersandar pada sofa.Matanya memejam erat dan kepalanya mulai berdenyut sakit.Bayangan dimana Ibunya terisak keras di dalam pelukannya membuat hatinya berdenyut sakit.

Jeno tak habis pikir apa yang ada di kepala Ayahnya.Berselingkuh dengan sekretarisnya sendiri bahkan memperlakukan istri sahnya dengan sangat buruk.Setiap Jeno pulang ke rumah dia selalu mendapat setidaknya tiga pukulan di wajah dari Ayahnya.Hingga dia memutuskan untuk membeli apartemen dan tinggal terpisah dengan kedua orangtuanya.Jeno berkali-kali membujuk sang Ibu agar tinggal bersamanya namun beliau menolaknya dengan alasan ingin mengurus suaminya.Jeno tak habis pikir dengan perlakuan Ibunya yang masih sangat manis dan hormat pada Ayahnya yang brengsek.

"Kau ada masalah ya sayang hm?"

"Pergilah sebelum kau mati di tanganku" ujar Jeno dengan nada rendah dan mata yang masih setia tertutup rapat karena pusing yang teramat sangat.

"Sayang ayolah kita bersenang-senang, melepas stress" wanita itu terus menggoncang tubuh Jeno yang sedang bersandar pada sofa.

"Sayang..."

"Sayang...

"Sayang ayolah-"

Dengan gerakan cepat dan emosi yang meluap Jeno mencekik leher wanita itu dengan keras.Semua pasang mata menatap ke arah mereka karena teriakan kesakitan si wanita.Wanita itu terus memohon dan meronta untuk di lepaskan.Wajah tegas Jeno dengan mata tajam bak elang itu terlihat sangat menyeramkan.Jeno menggertakan giginya marah membuat si wanita semakin ketakutan hingga terisak.Semua orang tidak ada yang berani menyelamatkan si wanita karena aura yang Jeno pancarkan.Bahkan pria dewasa sekalipun.

"Jen lepaskan dia"

Tanpa menolehkan kepalanya pun Jeno tahu siapa si pemilik suara.Jeno melepaskan cekikannya pada wanita itu lalu menghempaskan tubuh kurus si wanita dengan kasar.

Jeno bangkit dari duduknya lalu keluar club dengan sempoyongan karena efek pusing di kepalanya.Seorang laki-laki yang sempat menghentikan aksi Jeno pun lantas mengekori Jeno.

"Jeno"

Jeno berbalik dan menatap si laki-laki yang memanggil namanya lalu terkekeh.

"Pria brengsek itu kembali menganiaya ibuku!" ujar Jeno penuh amarah sambil terus menatap laki-laki yang lebih tua darinya di depan.

"Bersabarlah Jeno, sedikit lagi maka semua penderitaan Ibumu akan selesai"

Jeno terkekeh mendengarnya.Bersabar katanya.

"BRENGSEK, HAH BERSABAR KATAMU! KALAU KAU TIDAK BISA MEMBUNUHNYA BIAR AKU YANG AKAN MEMBUNUHNYA BRENGSEK" Jeno menarik baju lawan bicaranya dan berteriak keras di depan wajahnya.

"Tenanglah Lee Jeno! Semuanya tidak ada yang instan!" laki-laki itu melepas paksa tangan Jeno dari bajunya.

"Brengsek kau Lee Taeyong! Pergilah! Aku tak lagi membutuhkanmu! Biar aku sendiri yang mencari cara" Jeno hendak pergi namun lengannya ditahan.

Lee Taeyong, laki-laki itu menarik Jeno masuk ke dalam mobilnya.Setelah mamasukan Jeno dia langsung mendudukan dirinya di kursi pengemudi.Taeyong meremas setir mobil begitu menatap Jeno yang sedang memukuli kepalanya sendiri.Tak ingin menghabiskan waktu, Taeyong segera menjalankan mobilnya dan membawa Jeno ke apartemennya.











GUYS JANGAN LUPA VOTE KOMENNYA YA-!!💗💗💗

In The Back Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang