• 2

107 12 0
                                    

"Karina aku mencintaimu!!"

Karina menghembuskan nafasnya pelan lalu menutup telinga mendengar teriakan dari luar.Ini bukan pertama kalinya bagi Karina, sebagai primadona sekolah dia tentu banyak mendapatkan pernyataan cinta dari lawan jenis berulang kali dengan cara yang berbeda-beda.

Saat ini dirinya tengah bersama Giselle sedang berada di perpustakaan.Perpustakaan ini terletak di lantai dua dengan jendela-jendelanya menghadap ke arah lapangan.Sehingga pernyataan cinta dari cowok itu terdengar jelas.

Giselle yang sedang duduk membaca tiba-tiba menutup buku tebalnya dan beranjak dari duduknya lalu menuju ke arah jendela.

"Apa kau tidak kasihan Rin? Lihatlah dia yang berdiri di tengah lapangan sambil membawa bunga dan coklat dengan disaksikan banyak orang, pasti cowok itu malu" kata Giselle sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan bersandar pada jendela.

"Aku tidak suka caranya, benar-benar membuat muak" Karina membolak-balik bukunya.

Giselle berjalan menghampiri sahabatnya itu lalu ikut duduk di sebelahnya.

"Sudah hampir satu tahun kita jadi siswa di sekolah ini, apa kamu belum merasa telah jatuh cinta?" tanya Giselle penasaran karena Karina itu selama ini sangatlah cuek terhadap cinta dan hanya sibuk dengan ekskul menarinya.

"Sejauh ini belum" Karina menulis beberapa catatan penting yang dia ambil dari buku perpus.

"Sekali-kali bukalah hatimu" Giselle meletakan kepalanya diatas lipatan tangan sambil menatap Karina.

Karina melirik Giselle sebentar lalu menghembuskan nafas dan menutup bukunya.

"Aku belum ingin, kenapa kau terkesan memaksa hm?" Karina mengerutkan keningnya.

"Memangnya kau tidak pernah merasa iri denganku dan Mark?" tanya Giselle.

"Iri maksudmu?"

"Oh ayolah Kawrinaa, umumnya orang itu apalagi remaja akan iri pada temannya yang sudah memiliki kekasih tapi apa kau pernah merasakannya?"

Karina memutar bola matanya malas."Tidak sama sekali, sudahlah ayo ke kelas"

Giselle yang sudah merasa nyaman enggan mengangkat kepalanya dan malah memejamkan mata.

"Ayo" rengek Karina sambil mengguncang tubuh sahabatnya.

"Pergilah aku rasanya ingin membolos" kata Giselle dengan nada teramat santai.

"Tidak usah bermain-main Selle, setelah ini jam pak Taeyong"

Giselle langsung membuka matanya."Haaahh...aku padahal sangat ingin membolos karena lelah..."

"Sudahlah ayo" Karina menarik tangan Giselle dan mereka keluar bersama.

Saat keduanya keluar dari perpustakaan seorang cowok yang meneriaki Karina dari lapangan datang dengan tersenyum lembut dan berdiri di depan Karina.Dia berlutut dihadapan Karina dengan menyodorkan bunga yang dibawanya.Suara riuh dari siswa lain membuat Karina semakin merasa kesal dibuatnya.

"Karina mau jadi pacarku?"

Karina menatap ke bawah menatap cowok itu yang sedang berlutut di depannya dengan tatapan datarnya.Tanpa mengatakan sepatah katapun Karina langsung menarik tangan Giselle dan pergi menuju kelasnya dengan perasaan kesal.Sungguh apakah cowok itu tidak malu bertindak seperti itu, Karina yang melihatnya saja malu bukan main.Konyol menurutnya.

Giselle diam menutup mulutnya rapat, dia tak ingin berkomentar apapun saat ini karena dia tahu sahabatnya itu sedang marah.

🌷🌷🌷

"Pst! Pst! Jaemin"

Jaemin yang tengah fokus mengerjakan soal lantas menoleh dan menatap Giselle yang duduk di seberangnya.Jaemin menaikan satu alisnya seolah bertanya 'apa' ?.

Giselle tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya lalu mengangkat bukunya.Jaemin semakin dibuat bingung oleh tingkah cewek itu.Namun akhirnya dia paham saat Giselle menyodorkan tiga jarinya.Cewek itu meminta jawaban nomor 3.Jaemin menyobek sedikit kertas dan menuliskan jawaban beserta cara menghitungnya Giselle memang tidak berubah selalu lemah di matematika padahal menurut Jaemin matematika itu sangat mudah kalau sudah mengerti rumus.

Jaemin menoleh pada teman di sebelahnya meminta tolong agar memberikan secarik kertas itu pada Giselle.Giselle menerimanya dengan senyum sumringah dan langsung menyalin tanpa mengucapkan terimakasih.Jaemin menggelengkan kepalanya, memang salah berharap pada cewek seperti Giselle.

Ting tong ! Waktu belajar telah selesai sampai jumpa besok pagi !

"Oke anak-anak karena bell sudah berbunyi silahkan bereskan alat tulis kalian dan segera pulang ke rumah, sampai jumpa besok" Guru wanita berkacamata itu tersenyum hangat sebelum meninggalkan kelas.

Kelas yang awalnya hening mendadak menjadi riuh.Giselle menatap sekitar dan berhenti pada bangku Karina, cewek itu sedang membereskan alat tulisnya dengan wajah yang masih terlihat badmood.

"Pulang sama siapa?" Giselle terlonjak kaget saat suara menginterupsinya.Dan itu adalah Jaemin yang sudah berdiri tepat di depan mejanya.

"Dengan Mark" jawab Giselle, memang dia sudah berjanjian dengan kekasihnya itu.

Jaemin mengangguk lalu hendak pergi namun ditahan oleh Giselle.Sebelah alis Jaemin terangkat seolah bertanya.Untung Giselle paham dengan manusia kulkas yang hobi mengangkat alis ini.

"Lihat Karina" Giselle menunjuk Karina dengan dagunya.

"Ya, lalu?"

Giselle menatap Jaemin lalu menghembuskan nafasnya kasar.

"Dia sedang badmood"

"Kenapa?"

"Karena tadi ada seorang cowok yang menyatakan cinta, sepertinya dia benar-benar terganggu dan muak" kata Giselle sambil terus memandang Karina dengan iba.

"Yasudah kau hibur saja dia, kenapa memberitahukannya padaku?" tanya Jaemin dengan kening mengerut.

"Coba kau ajak dia pulang bersama lalu ajak makan ice cream, dia sangat menyukai ice cream vanilla"

"Kenapa harus aku? Kau yang sahabatnya"

Giselle memutar bola matanya."Hey kau juga sahabat kita"

"Ya maksudku kau lebih dekat dengannya" kata Jaemin.

"Sudahlah ya ya kau mau kan, aku kan mau kencan dengan Mark" Giselle memohon pada Jaemin.

"Tidak, aku ada les piano" Jaemin menolak membuat Giselle menurunkan bahunya tanda kecewa.

"Kalian membicarakanku?" entah sejak kapan Karina berjalan tiba-tiba cewek itu sudah berada di samping meja Giselle yang sedang bersama Jaemin.

"T-tidak" panik Giselle.

"Oh, yasudah aku pulang dulu bye" Karina melambaikan tangan lalu keluar kelas dengan langkah cepat.

"Hem, see? Dia baik-baik saja" Jaemin menunjuk Karina.

"Yasudahlah sana katanya les piano" Giselle menekankan.

"Hem, bye"

Setelah kepergian dua sahabatnya kini Giselle benar-benar seorang diri di kelas.Sebenarnya dia bisa saja menghampiri Mark tetapi kekasihnya itu bilang edang ada urusan dengan guru jadi dia lebih memilih untuk menunggu di kelas.Dia mengeluarkan earphone dan memutar lagu yang akhir-akhir ini sangat ia sukai.Dia juga menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan lalu memejamkan mata, sungguh menenangkan.


In The Back Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang