Sebuah motor sport hitam memasuki parkiran khusus roda dua yang ada di pelataran SMA Kwangya.Suara berisik yang ditimbulkan dari knalpot motor si pemilik mengganggu suasana damai di pagi hari.Seorang lelaki dengan jaket hitam kebanggaannya itu melepas helm full face yang sedari tadi melekat pada kepalanya.Sedikit menunduk guna melihat tampilannya pada kaca spion motor dan tangannya bergerak mengacak-acak rambut halusnya.Dia tidak suka terlalu rapi seperti murid pintar kebanyakan karena memang kenyataannya dia tak pintar.
Baru saja akan melangkah meninggalkan area parkiran, atensinya beralih pada segerombolan murid yang memandangnya kagum.Dia terkekeh lalu berjalan angkuh melewati koridor sekolah.Tujuannya adalah ruang kepala sekolah, dia tidak ingin berlama-lama terus berpapasan dengan siswa-siswi bodoh yang terus menatapnya.
"Apakah dia yang dimaksud keponakan pemilik sekolah?"
"Ya sepertinya dia"
"Menjauhlah nanti kau mati percuma jika berurusan dengannya"
"Ya benar aku tidak ingin mati muda"
"Dari tampilannya memang dia terlihat seperti gengster"
"Lihat sisi baiknya, dia berwajah tampan"
"Wajah tampannya tak berguna"
Jeno menghiraukan tatapan serta bisikan tak suka yang dilontarkan padanya.Alih-alih merasa sakit hati karena dikatai Jeno justru merasa semua itu terdengar seperti pujian baginya.Baguslah semua orang sudah tahu seperti apa dirinya, jadi dia tak perlu repot-repot menunjukannya.
Jeno memandang ruangan besar bertuliskan 'Ruang Kepala Sekolah', tanpa mengetuk atau mengucapkan permisi dia langsung membuka pintu dan masuk.Melihat kedatangan Jeno, kepala sekolah sedikit terkejut dan hendak protes karena tingkah tak sopannya.
"Tak perlu protes kau bukan apa-apa di mataku, dan beri tahu saja aku berada di kelas mana" perkataan Jeno membungkam kepala sekolah.
"Nak dengar, saya tahu kau adalah ke-"
"Baguslah kau sudah tahu, sekarang beritahu aku dimana kelasku" ucap Jeno dengan penuh penekanan di setiap katanya.
Menghembuskan satu helaan nafas panjang, kepala sekolah dengan balutan kemeja hitam itu memilih untuk menyandarkan punggungnya pada kursi dan menatap Jeno dari atas hingga bawah.Jeno menyerngit tak suka melihatnya.
"Kelasmu berada di 1B sesuai apa yang kau minta, dengar.. Setelah ini tolong lebih rapi saat berangkat ke sekolah"
Jeno menyunggingkan senyum lalu berdecak."Kau ini sudah tua tapi suka sekali berkomentar"
"Jaga bicaramu nak, meskipun kau keponakan pemilik sekolah ini tetapi kau disini adalah seorang siswa biasa" kata kepala sekolah dengan wajah seriusnya.
"Tidak usah banyak mengatur, atur saja hidupmu yang semakin pendek" cibir Jeno.
"Kau-"
Perkataan kepala sekolah terpotong saat terdengar suara ketukan dari pintu.Pak kepala sekolah mempersilahkan masuk dan datanglah seorang guru perempuan ber make up tebal dengan tersenyum ramah.
"Anda memanggil saya pak" guru perempuan itu menundukan badannya.
"Iya, tolong antar Jeno ke kelas 1B" kata pak kepala sekolah sambil menunjuk Jeno.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Back
FanfictionYang awalnya terlihat baik-baik saja justru sering membawa mala petaka.