Part-2 Sang Pengendali Petir

251 14 1
                                    

Di Jakarta

Seorang pemuda membuka mata, dia melihat sekelilingnya semua berwarna putih dengan bau khas obat-obatan. Pemuda itu kebingungan mengapa dia berada di rumah sakit, seingatnya dia ada di taman. Ya benar dia adalah Marva.

"Kenapa aku terbaring disini? Padahal semalam aku berada di Taman dekat sekolah"ucapnya bingung.

Cleck

Belum sempat menetralisir kebingungnnya, Marva melihat ke arah pintu yang terbuka. Disana ada Mamanya yang terlihat sangat sedih.

Saat sang Mama melihat Marva sudah sadar, beliau kaget dan langsung saja menghampiri Marva untuk memeluknya. Beliau bersyukur kalau Marva sudah sadar

"Syukurlah kau sudah sadar, nak. Bagaimana keadaanmu sekarang? Apakah ada yang sakit? Mama panggilkan dokter ya?" ucap sang Mama bahagia serta memeluk Marva sangat erat dan memberikan berbagai pertanyaan.

"Mama, aku baik-baik saja. Tidak perlu khawatir berlebihan." Ucap Marva dengan santai

"Bagaimana Mama tidak khawatir berlebihan denganmu, Marva? Mama mendengar kabar bahwa kau tersambar petir di taman dan kau jatuh pingsan." Ucap sang Mama seraya melepas pelukannya dengan Marva.

"Aku tersambar petir?" ucap Marva kebingungan.

"Kau tidak ingat kalau kau tersambar petir?" tanya sang Mama dan Marva hanya menggeleng sebagai jawabannya.

"Ya sudah, lebih baik kau istirahat agar cepat pulih. Oh iya ini kacamatamu tapi ibu mendapatkannya sudh patah menjadi dua seperti ini." ucap Mama seraya menyerahkan kacamata Marva yang sudah patah.

Marva kaget dengan keadaan kacamatanya yang sudah patah menjadi dua. Sebab itu adalah kacamata kesayangan Marva.

"Sudah lah, tidak perlu kau perlu bersedih, nanti ibu belikan yang baru kacamata" ucap sang Mama.

"Tapi bagaimana dengan semua kegiatanku kalau kacamataku rusak, bu?" ucap Marva.

"Kau tidak perlu khawatir, begitu kau keluar dari rumah sakit, kita akan langsung membeli kacamata yang baru, bagaimana?" ucap sang Mama

Marva mengangguk dengan tersenyum

"Sudah tidak usah kau bersedih lagi" ucap Mama menghibur Marva.

****

Setelah dua hari di rawat di rumah sakit, akhirnya Marva di perbolehkan untuk pulang kerumah. Keluarga Marva sangat senang sewaktu Marva akan pulang kerumah.

"Syukurlah kau hari ini bisa pulang dan sudah baik-baik saja. Papa sangat khawatir saat mendapat kabar bahwa kau tersambar petir di taman." Ucap Papa Marva dengan bahagia

"Iya Pa aku juga merasa bahagia juga, akhirnya aku bisa pulang" Ucap Marva.

"Yasudah ayo kita pulang, supaya Marva bisa istirahat kembali" ucap sang Mama dan mendapatkan anggukan dari Marva dan Papa sebagai jawaban.

"oh iya Ma, apakah kita bisa langsung ke toko kacamata, untuk membeli kacamata untuk?" tanya Marva

"Iya sayang kita akan ke toko kacamata terlebih dahulu sebelum pulang kerumah, Mama tidak mau anak Mama kesulitan saat akan belajar" ucap sang Mama.

"baiklah, ayo kita pulang sekarang" ucap Papa dan keduanya mengangguk.

****

Saat tiba di toko kacamata Marva langsung pergi menemui dokter mata di toko tersebut, untuk memeriksa keadaan mataknya, apakah minusnya tetap atau malah bertambah.

Setelah beberapa menit melakukan pemeriksaan dan tes, dokter merasa janggal dengan keadaan mata Marva.

"Kalau boleh tau, sebelumnya minus mata dek Marva ini berapa ya?"tanya dokter.

Penumbra [NCT DREAM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang