6

443 35 0
                                    

Kring...kring..kring

Dengan malas aku membalikan badan untuk meraih alarm clock di atas meja dipinggir tempat tidur. Biar ku bikin mati aja ni alarm. Bawel. Berisik. Deg...aku tersentak mendapati Arcella tidur di sampingku?. Eh..Iya, aku hampir lupa kalau semalam dia datang dan dengan apa yang terjadi diantara kami. Ya...sejak semalam, kami resmi pacaran. Aku tersenyum mengingat juga kejadian semalam yang memalukan. Aku diam sejenak memperhatikan wajah Arcella yang masih tidur. Dan masih sedikit tak percaya aku punya pacar dan dia perempuan juga. Hal yang tak pernah terlintas sama sekali dibenakku dulu. Karena aku merasa aku straight. Aku menyukai laki laki dan aku punya mantan pacar. Tapi dengannya, kenapa bisa aku pindah haluan? Sungguh hati siapa yang tahu.

" Morning sayang. Bangun yuk." Arcella bergerak malas dengan mata masih tertutup, kemudian berhenti dan tidur lagi.

"Ayo...cantik. Bangun yuk, sebelum kita telat." Arcella cuma menggerakan tangannya dan menyentuh bibirnya dua kali dengan jari telunjuknya. Hmm..ini mah kode minta dicium. Dasar manja. Aku mencium bibirnya dia membalasnya dengan masih menutup kedua matanya. Kami berciuman cukup lama. Aku menghentikan ciuman kami dan beranjak dari tempat tidur untuk mandi. Setelah berganti pakaian aku menyiapkan sarapan.

"Ayo cepet mandi dulu sayang. Abis itu kita sarapan." Arcella bangkit terus mandi.

Aku menyiapkan sarapan di meja. Arcella menghampiriku dan dia sudah rapi. Tapi tentu saja belum memakai baju kerja. Masih memakai baju biasa punyaku. Aku menarikan kursi seperti yang dia lakukan waktu itu di rumahnya.

"Nasi goreng? Maaf sayang aku gak ikut sarapan ya. Aku ngeteh aja. Sambil temenin kamu"

"lho kenapa? Ini aku udah siapin buat kamu lho sayang. Sarapan ya, sedikit aja."

Arcella sarapan sedikit. Itu juga aku yang suapin. Hmm.manjanya dia bikin gemes, untung aku sayang. Hehe.

Aku baru mau tutup pintu, dan segera berangkat kerja. Arcella masuk lagi kedalam dengan sedikit berlari. Dia kenapa? Huh ternyata dia ke toilet cukup lama. Sampai aku harus mengingatkan dia bahwa kita sudah hampir terlambat. Akhirnya dia keluar juga.

"Maaf sayang aku mules banget. Aku sebenarnya gak terbiasa sarapan nasi, kalau sarapan nasi pagi-pagi pasti gini. Mules-mules" Nampak penyesalan di wajah Arcella. Aku tersenyum maklum dan merasa bersalah karena sudah memaksanya.

"Sayang. Kenapa gak bilang sih, tahu gitu kan aku gak akan maksa kamu".

"Sayang kamu ke kantornya pake gojek atau taksi online aja ya. Kalau bareng aku kamu nanti telat. Aku kan harus ke rumah dulu ganti baju" pintanya dan aku mengiyakan.

Aku sampai kantor tepat waktu. Felicia juga baru sampai kayaknya. Dia sedang menuju meja kerjanya. Aku berjalan dibelakangnya mengendap-endap. Untuk apa coba? Tentu saja untuk mengagetkannya.hahah. kayak anak kecil? Mungkin, tapi aku sangat senang ngebecandain dia dari dulu. Dia memukulku keras spontan karena kaget. Kuku panjangnya menggores daguku, berdarah sedikit.

"Aduh maaf Oi, gue gak sengaja. Lagian sih lo. ngapain coba pake ngaget-ngagetin gue segala."

Aku Cuma tertawa. Mario dan Teman-teman yang lain yang sudah terbiasa dengan tingkah kami Cuma ikut tersenyum. Sesekali Mario menimpali, ikut nimbrung.

Satu jam setelah jam kerja dimulai. Arcella datang dengan senyum manis seperti biasa dia menyapa kami. Dia menoleh ke arahku. Dan sepertinya menangkap ada yang lain di wajahku. Ya dia melihat luka kecil bekas goresan kuku Felic. Dia bertanya kenapa tanpa suara dengan menunjukan ke dagunya sendiri. Aku menjawab dengan kode tangan mengisyaratkan Ok. I'm fine.

Jam istirahat makan siang hampir tiba. Aku menchat Felic.

"Gue tunggu lo di rooftop ya, ntar di jam istirahat." Felic gak bales. Tapi dia menoleh ke arahku dengan wajah penuh tanya, tapi mengiyakan.

Semua tim sudah melangkah keluar kantor untuk makan siang. Mario yang sempat ngajak aku dan Felic akhirnya pergi menyusul teman lain setelah kami memintanya untuk pergi duluan. Aku disusul oleh Felic pergi ke rooftop.

"Ada apa sih? Tumben-tumbenan lo ngajak kesini. Jam makan siang lagi. Ntar kalau gue pingsan karena kelewat makan siang gue. Lo tanggung jawab ya." Dengan nada pura-pura protes. hahah

"Ada yang mau gue ceritain. Lo sobat gue, kan?"

"Emang nya sejak kapan gue jadi musuh lo" felic menjitak kepala ku pelan.

"Fel...menurut lo cinta itu apa sih?"

"Busyet..lo ngajak kesini buat nanya arti cinta? Ish. Gue bukan ahli Filoshopi cinta kali. Gak usah nanya arti deh, yang jelas jawabannya ada dari rasa cinta itu sendiri. Udah gitu aja deh. Bingung gue jawabnya"

"Kalo cinta boleh kesiapa aja kan? Gak pilih-pilih?"

"ni lagi...pertanyaan apaan tuh. Udeh deh...lo to the point aja. Keder gue." Aku manyun denger jawaban Felic. Tapi emang juga sih, felic pasti kesel, dia kan paling gak suka basa basi. Kalau bukan sobat, urung aku cerita ama dia. Huh tapi kenapa juga harus berbelit-belit ya.

"Fel, Rasa-rasanya gue sayang sama seseorang. Tapi....orang itu.... cewek. Wajar gak sih?

"Ya wajar lah. Gue cewek dan gue juga sayang lo. Wajar kan karena kita sobatan."

"Tapi kalau sayang nya seperti sayang cewek ke cowok gimana?"

"Busyet dah.. lo kenapa sih tiba-tiba ngomong kayak ginian. Jangan –jangan lo...." Selidik Felic curiga. Aku menangguk ragu. Felic noleh kearah kiri, kanan, dan belakang kami. Dia bicara dengan perlahan. Dan dari sikapnya itu aku yakin aku gak salah. Aku bisa mempercayainya. Aku akan menceritakan hubunganku dengan Arcella.

"Oi. Setahu gue lo bukan lesbi deh. Kok bisa sih? Siapa? Jangan ke gue ya...ih merinding gue" Aku memukul bahunya pelan.

"Fel, gue juga awalnya ragu dengan perasaan gue sendiri. Tapi semakin gue hindarin dan gue tolak perasaan ini. Hati gue sakit. Sayang gue ke dia lebih besar dari sayang gue ke mantan gue. Gue cinta sama dia Fel. Begitu juga dia. Fel...karena lo sobat gue. Gue cerita ini karena gue juga percaya ama lo. Gue gak mau nyembunyiin apapun dari lo. Gue udah jadian sama dia kemarin"

"Siapa orang nya? Gue kenal?" aku mengangguk mengiyakan.

"Arcella"

"What?!" felic spontan membuka mulutnya lebar dan cepat-cepat dia menutup mulutnya itu dengan kedua tangannya. Takut kemasukan laler hehe.

Dia nampak sangat terkejut dan gak habis pikir sepertinya. Bagaimana bisa? Kenapa? dan pertanyaan –pertanyaan lain sepertinya masih menggantung dipikirannya. Arcella datang menghampiri kami dengan makanan di tangannya. Ya tentu saja dia tahu dimana kami sekarang ini. seperti obrolan kami pas lagi sarapan tadi pagi. Aku bilang ke Arcella kalau aku akan menceritakan soal hubungan kami ke Felic. Arcella menyetujui.

"Kita makan dulu ya. Sebelum kehabisan waktu istirahat. Semoga kamu suka makanan yang aku bawa Fel" harap Arcella sambil menyerahkan makanan itu ke Felic. Felicia berterima kasih.

"Kami mempercayai kamu Fel" Arcella tersenyum sambil mengusap pundak Felic. Felic membalas senyumannya diabrengi anggukan kecil.

Kami menghabiskan makan siang kami di rooftop. Saling bercerita. Felic juga sempat mengutarakan kekhawatirannya soal Pa Albert, dan itu bukan masalah. Tentang Mario yang menyukai Arcella? Tentu saja kami skip soal itu. Arcella tidak tahu kalau Mario sebenarnya juga menyukainya. Cuma berasa akan jadi rumit aja, mengingat Mario itu sahabat aku juga.

***

TBC

Fall for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang