Hubungan persahabatan aku sama Felic sebenarnya baik-baik saja. Hanya saja sudah dua bulan ini aku tidak pernah main ke rumah Felic atau mengunjungi mamahnya hanya tuk sekedar menanyakan kabarnya seperti sebelum-sebelumnya aku lakukan, dan Felic kadang masih suka datang ke rumah untuk menghabiskan waktu bersama di akhir pekan, yang kadang kami melakukannya di rumah Arcella atau kami hang out bareng. Kami juga masih suka bercandain satu sama lain, begitu juga dengan Mario.
Akhir pekan ini, aku pulang ke Bandung. Bukan untuk menemui papa atau mamah tiriku. Tapi untuk menemui Aldo, adikku. Sudah sangat lama aku gak denger kabar darinya. Biasanya dia suka telpon aku sesekali, sekarang gak ada sama sekali. Ya..karena hanya dia yang aku peduliin sekarang ini. Sekalian kami juga ingin mengunjungi tempat-tempat wisata yang asri di kota Bandung. Tentu saja aku gak sendirian, aku ditemani Arcella dan kedua sahabatku, Felic dan Mario. Karena mereka takut terjadi apa-apa juga sama aku. Takut di culik dan di paksa kawin kalau kata Mario mah.
Aku mendapatkan Adikku sedang di rumah sendirian. Badannya terlihat bugar dan bersih, meskipun nampak wajah lelah tergurat disana. Aku menayakan keberadaan Mamah dan Papa, yang sebenarnya basa basi juga sih nanyain mereka itu karena sebenarnya juga aku gak mau ketemu mereka. Mama sedang pergi kumpul sama tetangga seperti biasa. Ngegosip dan melakukan hal-hal gak penting lainnya. Sedangkan papa gak tahu kemana katanya, pagi-pagi sekali papa sudah keluar rumah, padahal baru pulang hampir menjelang subuh dengan keadaan mabuk berat. Aku menghela nafas panjang dan khawatir sama Aldo, aku juga menanyakan bagaimana keluarga ku ini memenuhi kebutuhan hidup mereka.
"Papah sama mamah Euis memang gak pernah berubah teh. Tapi, teteh gak usah khawatir Aldo sekarang masih sekolah dengan sambil bekerja. Kalau dulu aja teteh mampu, melakukan semua itu kenapa aldo gak?! padahal teteh kan perempuan. Aldo menyadari teh, keluarga kita keluarga yang berantakan tapi Aldo berusaha untuk bertahan dan tidak masuk pergaulan yang merusak karena Aldo sayang bunda sama teteh. Aldo gak mau apa yang di usahain bunda dulu semasa hidupnya dan apa yang dilakukan teteh buat Aldo dan keluarga kita sia-sia. Maafin Aldo kalau aldo bikin Teteh khawatir karena gak pernah ngehubungi Teteh. Aldo gak mau ada kesempatan buat papa untuk gangguin teteh lagi." Iya semenjak kedatangan papa terakhir itu, aku mengganti no hp ku. Aku hanya memberikan nomor ku ke Aldo.
Seketika, mataku memanas dan tak tertahan air mata ini turun perlahan. Aku memeluk adikku ini dengan sayang dan bangga.
"Do, kalau kamu mau. Aldo ikut aja sama teteh ke Jakarta. Tinggal dan bersekolah di sana. Teteh akan biayain kamu."
Arcella menganguk-anggukan kepalanya, setuju dengan ajakanku. Begitu juga dengan Felic dan Mario. Aldo menggeleng. Dia tak mau melakukan itu. Dia tetap ingin di Bandung menjaga Papa. Seburuk-buruknya papa dia tetap orang tua kita. Aku minta no rekening Aldo untuk aku transfer biaya untuk meringankan beban Aldo, tapi Aldo menolak karena memang Aldo gak punya itu. Sengaja karena Papah dan mamah juga ternyata suka melakukan hal yang sama ke aku dulu. Merampas uang dan mengahabiskan nya dengan percuma. Kami gak lama mampir ke rumah, Kami pamit ke Aldo setelah aku memberikan sejumlah uang untuk Aldo. Aku mengajak Aldo juga untuk ikut kami jalan-jalan, tapi Aldo gak bisa karena harus bekerja.
Kami tiba di tempat wisata pegunungan dengan Situ dan curug buatan di sana. Alamnya asri dan indah, udaranya juga sangat sejuk karena letaknya memang diperbukitan. Ada beberapa permainan outbond disana. Beberapa warung tenda ada disana juga.
Kami memutuskan untuk mencari makan dulu sebelum kami berkeliling. Kami memesan beberapa makanan dan minuman di warung tenda yang tak jauh dari Situ. Arcella sudah lebih dulu menyelesaikan makannya. Sekarang dia berdiri di pinggiran situ dekat taman bunga. Menatap sekeliling dan kulihat dia sesekali juga menghirup udara segar ini. Aku menghampirinya setelah aku selesai dengan makananku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall for You
RomanceCinta tidak ada yang tahu kapan dia datang dan pada siapa akan berlabuh. karena nyatanya cinta itu datangnya dari hati dan tanpa logika. Seperti cinta pada pandangan pertama yang tak pernah bertanya pada logika tentang kenapa. karena nyatanya cinta...