Jarum jam berdetak memburu ke angka 8 pagi ini. Gosh...aku kesiangan. Aku bangkit dari tempat tidur dengan cepat. Namun seketika pandanganku memudar. Kepalaku berdenyut sakit. Tubuh ku juga kurasa panas. Ahh aku demam. Aku lihat sticky note berwarna merah jambu berbentuk hati tergeletak di atas nakas di samping tempat tidur.
"Selamat pagi sayang. Aku kerja dulu ya...Aku sudah minta bibi buat nyiapin sarapan buat kamu, makan ya. Aku juga udah siapin obat. tenang aku akan mintakan ijin sakit buat kamu hari ini. cepet sembuh ya. I love you"
Sayang...aku memanggilnya dalam hatiku. Begitu besarnya kah cintamu padaku? Kau memang special dan selalu memeperlakukanku dengan sangat special. Sekali lagi ku katakan aku sangat bahagia. Tetapi juga sedih, apakah hubungan kita akan selamanya seperti ini?! mengingaaat...Aahh..tak ku lanjutkan lagi pikiran ini. jalani saja!
Aku turun ke ruang makan setelah hanya cuci muka dan gosok gigi saja. Bi inah mempersilahkan aku untuk sarapan. Bi inah juga meletakkan obat yang harus ku minum di meja makan. Aku berterima kasih.
"Ayo bi, sarapan bareng" ajak ku kepada bi inah.
"silahkan Non, bibi tadi sudah sarapan sama suami bibi" aku mengangguk.
"Arcella sarapan dulu gak bi?"
"Non Arcella sudah tadi seperti biasa minum susu, roti, sama buah aja"
"itu aja?" mengingat kalau aku cuma makan gituan aja, jam sepuluhan juga udah pingin makan nasi lagi.
"iya Non. Itu sudah jadi kebiasaan Non Arcella waktu masih kecil. Minimalnya harus selalu ada susu di pagi hari meskipun gak ada roti. Dia gak pernah bisa sarapan nasi"
Aku mengangguk-angguk sambil tersenyum. Teringat waktu dia nginep dirumah. Pagi-paginya harus terlambat pergi kerja karena aku maksa dia buat sarapan nasi. Kurasa waktu itu dia benar-benar ingin menghargai usahaku karena sudah membuatkannya nasi goreng special pake cinta. Hahah.
Aku nelpon pa Narto, minta maaf karena belum bisa mengembalikan motor yang ku pinjam. Aku menceritakan keadaanku saat ini. Pa Narto mengerti dan tidak keberatan. Sungguhlah aku bersyukur banyak orang baik disekitarku. Aku pamit kembali ke kamar sama bi inah karena aku masih sedikit pusing dan aku hanya ingin berbaring.
Hp ku berdering, satu panggilan masuk dari Arcella.
"Hallo sayang"
"Sayang udah bangun. Udah sarapan belum?"
"udah"
Udah di minum obatnya?
"Udah juga sayang. Jangan khawatir. Aku kan pacar yang baik dan penurut. Hahah" Arcella juga tertawa diseberang sana.
"Istirahat ya. Jangan pulang dulu sebelum aku pulang. Udah dulu ya. aku ada rapat. See you sayang. Love you. muah"
"iya, see you. love you too. Muah..muah"
Seharian aku di kamar beristirahat. Sesekali turun untuk makan. Sore hari aku gak mandi dulu. Cuma bersih-bersih badan sekenanya. Aku rebahan di sofa ditemani lagu-lagu favoriteku. Tiba-tiba bibirku menghangat, terusap lembut. Tercium aroma lembut menenangkan yang sangat kusukai. Ku buka mata, ku lihat wajah cantik kesayanganku sedang menciumi bibirku. Ku lingkarkan lenganku di lehernya. Ku balas ciuman itu dengan mesra cukup lama.
"Kenapa tidur d sofa?" Tanya nya lembut sambil mengecek suhu tubuhku.
"Aku ketiduran sayang. Kamu dah pulang?" sambil bangkit dan mendudukan diriku sendiri.
"Udah enakan?"
"Udah...tinggal pusingnya sedikit"
" Syukurlah. Oh iya. Dibawah ada Felic sama Mario. Jenguk kamu. Kamu turun aja duluan temui mereka. Aku mau mandi dulu"
Aku turun menemui mereka.
" Lo sakit? Tapi kenapa lo disini. Kenapa gak di kostan lo?" aku mengernyitkan dahiku, bingung harus jawab apa. Mario kan belum tahu hubungan aku sama Arcella. Untungnya Felic buru-buru mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan keadaanku dan bercerita tentang begitu kewalahannya dia karena kerjaan cuma karena gak ada aku. Aku tersenyum menanggapinya dan meminta maaf.
Arcella turun dari kamar dan bergabung ngobrol bareng kami. Setelah kami ngobrol banyak hal yang di akhiri dengan makan malam bersama. Felic dan Mario pamit pulang. Sedang aku diminta Arcella untuk menginap semalam lagi sampai aku benar-benar baikan. Kebetulan besok hari sabtu dan libur tanggal merah juga. Aku meminta tolong Mario untuk mengembalikan motor yang ku pinjam dari Pa Narto. Untung sahabatku itu baik sekali meskipun di awal dia meledek dan mengejekku tak bertanggung jawab. hahah. Terserah lo aja deh Mario.
Aku duduk di atas tempat tidur. Kusandarkan badanku di headboard sambil ku perhatikan Arcella yang sudah berganti baju dengan baju tidur dress pendek yang tipis. Seksi dan entah kenapa melihat pemandangan itu darahku berdesir, jantungku berdetak cepat. ada getaran yang belum pernah aku rasakan. Dia duduk di meja rias sambil membersihkan wajahnya. Sesekali dia melihatku dari cermin dan tersenyum. Manis menggoda ...Aah. Dia bangkit dan menghampiriku. Duduk di tepi ranjang tepat di sampingku.
"Sayang...kamu punya utang sama aku" dahiku mengernyit. Mengingat-ingat utang apa?!
"Utang apa?"
"Utang Cerita! Jadi apa yang terjadi waktu itu? Kamu tahu sayang, aku takut lihat kamu waktu itu. Itu pertama kalinya aku melihat kamu sebegitu marahnya"
Aku diam dan memeluk nya sesaat teringat wajahnya waktu itu. Lalu aku ceritakan mengenai tujuan papa datang kerumah waktu itu. Aku juga cerita bagaimana papa menghabiskan uang belasan juta yang aku kirim minggu lalu entah untuk apa. Dia juga membawa semua uangku termasuk uang yang aku kumpulkan untuk bayar kostan selama setahun yang memang rencananya akan aku bayarkan besok paginya. Aku nyewa kamar itu tahunan. Ahh..pada akhirnya dia tahu keadaanku yang sebenarnya sekarang.
Arcella mendengarkanku dengan tenang. Sampai ketika aku menceritakan apa yang membuatku tak bisa menahan amarah, adalah saat papa dengan seenaknya sendiri dia menerima lamaran Rey untukku. Padahal papa tahu aku sudah menolaknya dan juga papa tahu kalau Rey sebenarnya sudah beristri dan memiliki anak yang masih sangat kecil. Ekspresi Arcella berubah sedih dan juga marah. Kedua matanya memerah dan berkaca. Perlahan air matanya jatuh tak tertahan. Kembali ku peluk dirinya erat.
Hp ku berdering. Kulepaskan pelukanku dari Arcella untuk mengambil HP ku yang diletakan di meja sofa. Papa yang nelpon.
"Ada apa lagi?" tanyaku malas.
"Kamu pulang ya besok. Kita bicarakan soal rencana pernikahan kamu dengan Rey"
"Aku tidak pulang dan tidak akan pernah pulang. Silahkan papa aja yang nikahin Rey, toh papa kan yang nerima lamarannya. Aku sudah jelas menolak dia waktu itu." Nada suaraku meninggi.
"Kalau kamu gak pulang. Kamu gak cuma merusak rencana pernikahan kamu yang sudah papa rencanakan, tetapi juga kamu lari dari tanggung jawab ke Aldo, adik kamu itu" suara papa juga meninggi.
"Aku gak peduli dengan pernikahan itu. dan soal Aldo, seharusnya papa yang bertanggung jawab atas kehidupan dan pendidikan Aldo, bukan aku. Dari dulu, sejak mamah meninggal aku yang kerja keras banting tulang untuk memenuhi kebutuhan kita dan pendidikan aku sama Aldo. Sedang papa...apa yang papa lakukan? Hanya mabuk-mabukan dan main perempuan. Dan istri baru papa itu juga sama gak bergunanya, hanya memeras uangku dan memperlakukanku seperti budak. Pah..apa papa masih menganggapku sebagai anak papa? Pernahkah papa peduli dan sayang sama aku? Sekarang jangan salahkan aku kalau aku bersikap seperti ini ke papa. Aku capek pa...aku capek!"
Semua uneg-uneg dalam hatiku ku luapkan semua. Aku teriak-teriak begitu marahnya. Ku banting HP ku sembarang. Aku terduduk lemah dilantai dengan tangisanku yang tak tertahan. Air mata mengalir dengan derasnya. Perih hati ini teringat semua kenangan buruk masa lalu. Arcella yang sedari tadi mematung. Syok dengan cerita kehidupan masa laluku yang tanpa sengaja ku buka didepannya melalui percakapan ku dengan papa. Sekarang dia menghampiriku, memelukku dan ikut menangis.
Setelah hilang tangis kami berdua. Arcella memapahku dan mendudukanku di tepi tempat tidur. Keluar kamar dan kembali dengan segelas air putih untukku. Setelah aku meminum habis air itu, Arcella menidurkanku. Dia duduk disampingku. Mengelus rambut dan mengusap sisa –sisa air mata yang masih nampak di wajahku dengan penuh perasaan untuk seberapa lama, akhirnya aku tertidur.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Fall for You
RomanceCinta tidak ada yang tahu kapan dia datang dan pada siapa akan berlabuh. karena nyatanya cinta itu datangnya dari hati dan tanpa logika. Seperti cinta pada pandangan pertama yang tak pernah bertanya pada logika tentang kenapa. karena nyatanya cinta...