3

515 39 0
                                    

Aku baru akan membuka pintu kamarku untuk berangkat kerja pagi ini saat pintu kamar ku diketuk dari luar. Aku bertanya-tanya ada apa sepagi ini Arcella mendatangiku? Sesaat setelah aku membukakan pintu. Tetapi melihat penampilannya sekarang aku pastikan Bu Arcella juga akan berangkat kerja. Kemeja putih berpita kecil berlengan pendek dengan rok sedikit diatas lutut. High heel yang digunakannya juga nampak sangat serasi dengan kakinya yang jenjang. Seperti biasa seperti hari-hari lainnya penampilan bu Arcella selalu sempurna. Apalagi dengan postur tubuhnya yang tinggi langsing. sepertinya tak ada model baju yang tak cocok di dirinya. Cantik, anggun, elegant.

"Hei" bu Arcella menyapaku selalu dengan senyuman manisnya dan tatapan hangatnya.

"Bu Arcella? Ada apa sepagi ini bu? Ada yang perlu saya bantu?" Aku bertanya-tanya. dia menggelengkan kepalanya pelan.

"Yuk... kita berangkat bareng" dia melingkarkan lengannya di lenganku sambil berjalan setelah aku mengunci pintu kamarku. Aku berulang kali meliriknya, heran.

Ternyata bu Arcella memang sengaja menjemputku. Apa yang ada dipikiranya? Kami memang dekat tapi mengapa dia mau repot-repot menjemputku padahal dia kan atasanku? Aku jelas bukan siapa-siapa. Aku dan teman-teman lain di tim juga memang dekat dengan bu Arcella karena keramahan dan kerendahan hatinya. Tapi untuk menjemputku rasanya...ah sudahlah.

Bu Arcella duduk di belakang kemudi. Dia memutarkan sebuah lagu yang dibawakan Taylor Swift yang berjudul Blank Space. Dia sesekali ikut bernyanyi dengan sesekali juga meliuk-liukan tubuhnya mengikuti irama. Aku yang duduk di sampingnya, memandanginya dengan tersenyum. Sesekali aku juga ikutan bernyanyi karena ini juga merupakan salah satu lagu favoritku. Sesekali kami tertawa saat ada tingkah konyol yang tanpa sadar atau dengan penuh kesadaran kami lakukan. Rasanya menyenangkan melakukan ini bersamanya. Karena seolah tak ada batasan jabatan antara aku dan Arcella.

"Oi"

"ya?"

"Bisakah mulai hari ini kamu tidak memanggilku 'bu'?, setidaknya di luar kantor" pintanya dengan melirik kepadaku sebentar. Kemudian melanjutakan kata-katanya "kamu tahu kan kita seumuran?"

"Gue tahu..Hmm maaf maksudku Aku tahu kita seumuran.tapi bagaimana bisa aku seperti itu? Ibu tetap saja atasanku."

Bu Arcella tidak peduli dengan jabatannya itu. Katanya akan lebih enak kalau kita sama-sama panggil nama kita masing-masing. Dia meyakinkanku untuk melakukannya. Akhirnya kita sepakat untuk itu. Di luar kantor aku memanggil nya dengan namanya, Arcella atau Cella. Senyum sumringah menyambut hangat panggilan pertamaku padanya tanpa embel emble 'bu'.

***

Pa Albert mengadakan pesta ulang tahunnya di rumahnya. Dia mengundang semua karyawan diperusahaan tanpa terkecuali. Aku datang bersama Felicia dan juga Mario memakai mobil Honda Jazz silver milik Felic. Sedangkan Arcella datang dengan dijemput sendiri oleh Pa Albert. Tadinya Arcella mau berangkat bareng sama kita. Tetapi Pa albert memaksa.

Selama pesta berlangsung, sepertinya Pa Albert tak sanggup kalau jauh-jauh dari Arcella. Dia selalu berada di sampingnya. Pa Albert sepertinya benar-benar menyukai Arcella. Ketika Arcella mau bergabung dengan kami pun, Pa Albert cepat-cepat menahannya. Mario terlihat kesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa apalagi aku.

Berbagai minuman disediakan disana dari sekedar sirup, soft drink sampai minuman beralkohol ada disini. Jangan Tanya minuman beralkohol apa aja yang ada karena aku sama sekali gak tahu. Karena aku bukan peminum dan gak pernah menyentuhnya juga sedikitpun. Lain halnya dengan Felicia dan Mario, mereka yang asli sini dan juga berasal dari lingkungan keluarga yang berada, mereka sudah terbiasa dengan hal seperti ini dalam pergaulannya, tetapi mereka bukan pemabuk. Felicia dan Mario dulu pernah mengajak aku ke tempat –tempat hiburan tetapi sampai detik ini, setelah pertemanan baik kami selama kurang lebih 4 tahun aku belum pernah mau di ajak ke tempat-tempat seperti itu dan mereka tidak pernah memaksa. Minuman terenak dan ternikmat yang aku tahu cuma satu. Kopi. Heheh.

Melihat begitu banyak aneka jenis minuman ini, aku mewanti-wanti ke Felicia, Mario, dan juga Arcella agar tidak minum terlalu banyak apalagi sampai mabuk.

Aku memperhatikan jalannya pesta dan melihat-lihat sekelilingku. Jujur aku hampir tidak pernah datang ke pesta seperti ini. Mungkin aku bisa dikatakan udik, kuper atau apapun itu aku gak peduli. Karena sebenarnya aku tidak menyukai hal-hal semacam ini. Aku gak akan datang kalau bukan karena Pa Albert adalah atasanku. Kuperhatikan saat ini Mario dan Felic lagi ngedance bersama teman-teman lain. Arcella masih sibuk mencari kesempatan agar bisa melepaskan diri dari Pa Albert. Seringkali Arcella melihat ke arahku. Begitu juga dengan aku. Aku gak mau kalau Pa Albert sampai berbuat macam-macam pada Arcella.

Seorang laki-laki datang menghampiriku. Aku tak tahu siapa dia. Aku belum pernah melihatnya sama sekali di lingkungan kantor. Mungkin dia teman atau saudaranya Pa Albert.

"Hai, sendiri?"

"Gak. Aku bareng temanku yang lain" jawabku sambil menunjuk ke arah Felicia dan Mario.

"kenapa gak ikut gabung ngedance bareng mereka?

"Gak apa-apa. Gak pengen aja"

"Kok minumnya soft drink? Mau coba ini?" dia menawari minuman yang ada di tagannya itu sambil menyodorkannya ke depan mulutku. Huh...gak lah, mencium baunya saja aku gak suka.

Ini baru pertengahan acara, tapi aku benar-benar merasa pusing tak karuan. Padahal aku kan cuma minum soft drink. Diantara sadar dan tidaknya aku tidak tahu, benar gak sih ini yang aku rasakan?! laki-laki ini mengelus-elus pipiku dan rambutku?.

"Ahh kenapa rasanya pusing banget. Apa yang lo lakuin ke gue? Ke minuman gue?" dengan lemah aku menepis tangannya yang sudah mulai tak terkendali untuk menyentuhku.

"Tenang sayang...gue cuma mau lo bisa ngenikmatin acara ini seperti orang lain"

"Heh.. Ngapain lo? jangan kurang ajar ke temen gue!" suara Arcella meninggi. Aku gak pernah mendengar dia berbicara dengan nada setinggi itu. Sekarang dia marah-marah ke laki-laki brengsek itu. Aku mau mendekati Arcella namun aku gak kuat untuk berjalan normal. Aku sempoyongan dan tak lama limbung dan pandanganku kabur kemudian gelap.



TBC

Fall for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang