15

452 25 7
                                    

Hari ini mata-mata itu masih memandang sinis padaku. Bibir-bibir itu masih mengejek dan mencela diriku. Ada yang berbisik ada juga yang terang-terangan. Huft...berat memang menerima ini semua. Tapi ini resiko yang harus aku terima dengan mencintai seorang Arcella dan memacarinya, yang notabene dia perempuan sama denganku. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku tidak bisa mengendalikan mulut mereka untuk tidak bicara buruk tentangku. Aku tidak bisa mengendalikan pikiran dan hati mereka untuk tidak membenciku. Satu yang aku sangat harapkan saat ini adalah semuanya akan berlalu dengan cepat.

Jam 10 hari ini, aku sedang sibuk didepan komputerku, meskipun jujur aku masih tidak bisa konsentrasi penuh pada pekerjaanku. Makanya ngetik aja tadi banyak salah-salahnya. Dari sudut mataku seseorang menghampiriku dan berdiri di sampingku. Aku lihat ke arahnya. Arcella! dia berdiri dengan memandangiku dengan tatapan kesedihan. Aku melihat kesekelilingku, anak-anak juga sedang memperhatikan kami. Langsung kutundukan pandanganku. Tak tahu harus berbuat apa, mendadak aku seperti orang tolol. Disisi lain aku malu dan takut akan pandangan orang-orang disekelilingku, tapi disisi lain aku begitu merindukan dia yang sekarang sedang berdiri disampingku. Aku sangat ingin memeluknya. Perasaan ini memakuku dalam diam. Namun tiba-tiba Arcella memeluku yang sedang duduk, tertunduk. Akhirnya aku membalas pelukannya itu masih dengan ku yang masih duduk. Arcella sepertinya tak ragu lagi bersikap. Mungkin dia sudah tidak peduli dengan apa kata orang. Toh...semuanya sudah tahu.

"Sayang maafkan aku karena kamu harus melalui semua ini. Seharusnya tak kubiarkan ini terjadi. Maafkan aku karena kamu jadi menderita karena aku."
"Kamu tidak perlu minta maaf. Kamu gak salah. Ini resiko yang harus kita ambil"

Prok...prok...prok....

Arcella masih memeluku saat suara tepukan tangan terdengar. Kami melepaskan pelukan kami.

"Cuih...kalian benar-benar tidak tahu malu. Kalian masih diberikan kesempatan bekerja disini, bukan berarti kalian bisa berbuat sesuka hati kalian. Kalian gak malu apa....lihatlah...semua orang memperhatikan kalian. Oh iya...aku lupa..perempuan kotor dan menjijikan seperti kalian mana mungkin punya malu. hahahah"

Pa Albert tertawa dengan kerasnya. Arcella yang dengan cepat menuju ke arah Pa Albert menamparnya dengan tak kalah keras dari suara tawa pa Albert yang tiba-tiba terhenti. Pa Albert menatap Arcella dengan penuh amarah, begitu juga Arcella. Hampir saja Pa Albert menampar balik Arcella, saat pa Anton masuk ke ruangan kami.

"Ada apa ini?!" Tanya pa Anton dengan suara tinggi.

"Pa Anton, syukurlah bapak datang tepat waktu. Kalau tidak saya sudah menampar manager kita yang terhormat ini. Pa...Bapak punya wewenang disini. Kenapa bapak membiarkan mereka tetap bekerja disini? Mereka hanya mencoreng nama baik perusahaan kita pa. Maaf pa, saran saya sebagai wakil bapak, akan sangat baik kalau bapak bisa memecat mereka. tanpa pesangon sekalian. Mereka memalukan pa. memalukan nama baik perusahaan"

"Yang tidak tahu malu disini itu siapa? Kami atau anda pa Albert yang terhormat? Anda bersikap selayaknya seorang pengecut dan pecundang. Memanfaatkan hubungan pribadi kami karena prustasi dan sakit hati anda karena saya tolak cinta anda. Anda juga berani membuntuti kami dan menyebarluaskan foto-foto yang seharusnya tidak perlu ada. Berapa anda membayar orang untuk membuntuti kami? Sekarang anda menyangkut pautkan kehidupan pribadi kami dengan pekerjaan kami dan juga perusahaan?! Anda begitu ingin kami dipecat dari sini karena mencoreng nama baik? Seharusnya anda berkaca pa Albert!" Arcella menarik nafas sebentar dan melanjutkan kata-katanya.

"Pa Anton menurut anda apakah orang seperti Pa Albert ini tidak lebih berbahaya dibanding kami yang hanya memepermalukan? Dia sudah dengan sengaja membuka kehidupan pribadi kami dan mempermalukan kami didepan public. Kalau dia bisa melakukan ini kepada kami, bukankah bukan tidak mungkin orang seperti Pa Albert ini berbahaya bagi perusahaan. Bisa saja dia membuka rahasia dan kelemahan perusahaan ke perusahaan lain yang menjadi pesaing perusahaan ini bukan? Mana yang lebih berbahaya untuk perusahaan menurut anda Pa Anton? Kami atau pa Albert ini?"

Semua orang di ruangan ini tidak ada yang berbicara. Semuanya saling pandang. Raut wajah mereka menjukan kesetujuan. Sedang Pa Albert dia mulai salah tingkah. Dan Arcella mulai berkata-kata lagi.

"Pa Anton saya rasa sudah tidak perlu mempertimbangkan apa-apa lagi sekarang. Tolong hubungi HRD untuk mengurus surat pemecatan pa Albert dengan tidak hormat." Tambah Arcella dengan tegas.

" Baik bu."

What?! Hey... Apa yang sebenarnya sedang terjadi? Kenapa Arcella bicara seperti itu dan Pa Anton mengiyakan begitu saja? Dia kan direktur di perusahaan ini! Kami semua benar-benar tidak mengerti mengapa sekarang situasi berbalik tidak mendukung pa Albert? Semua orang saling tatap tak mengerti. Pa Albert tak kalah kagetnya juga, dia terperangah mendengar pa Anton mengiyakan kata-kata Arcella.

"Candaan apa ini? Sungguh lucu! Bagaimana bisa Bapak mengiyakan permintaan perempuan ini? Bapak kan direktur di sini pa, sedangkan dia hanya manager yang jauh di bawah bapak?!" Protes Pa Albert.

"Ini bukan candaan pa Albert. Dan ini juga bukan permintaan bu Arcella sebagai manager melainkan ini adalah perintah dari CEO perusahaan ini. Karena sebenarnya pemilik perusahaan ini adalah Bu Arcella. Pa Burhan hanya Pejabat sementara, selama Bu Arcella belum merasa siap untuk menduduki jabatan itu. Karena Bu Arcella masih ingin dan harus belajar dari bawah bagaimana perusahaan ini berjalan"

Semua orang terkejut mendengar semua itu. Termasuk aku. Kenapa Arcella tidak pernah cerita soal ini?! Kebenaran apa lagi yang aku tidak tahu tentangnya?!

Pa Albert meninggalkan ruangan ini dengan marah. Pa Anton kembali ke ruangan nya setelah mempersilahkan kami untuk kembali bekerja. Aku duduk dengan menatap Arcella dengan penuh pertanyaan. Arcella memegang tanganku dan menuntunku ke rooftop.

Hening...belum ada yang bicara diantara kami berdua. Aku hanya memandang jauh ke depan. Aku menarik nafasku panjang dan membuangnya pelan-pelan.

"Apalagi yang aku tidak tahu dari kamu? Apalagi yang kamu sembunyikan dari aku?"

"Maafkan aku. tapi sungguh aku tidak memiliki tujuan apapun dengan tidak memberitahumu mengenai ini. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk itu. tetapi ternyata aku tidak dibiarkan memilih sendiri waktu yang tepat itu. Aku tidak bermaksud membohongimu. Dan aku tak punya hal lain lagi yang kusembunyikan darimu. Aku mohon jangan jadikan ini sebagai alasan untuk kamu tidak mempercayaiku lagi. Jangan biarkan ini menjadi masalah dalam hubungan kita."

Aku tersenyum mendengar yang keluar dari mulut Arcella ini. Aku memeluknya dengan erat.

"Bagaimana mungkin karena hal ini bisa menjauhkan aku darimu. Bagaimana mungkin ini akan menjadi dinding pemisah antara kita. Sedangkan hal-hal berat dan menyakitkan yang beberapa hari ini kuterima tidak menggoyahkan ku. Karena kamu tahu? Apa yang membuat aku kuat menerima hinaan, cacian orang-orang? Kamu dan cinta kita, sayang. Jadi kumohon mulai hari ini jangan ada lagi yang kamu sembunyikan dari aku. huh?!"

"Iya sayang." Arcella mengangguk dan kemudian mencium keningku cukup lama.

Beberapa bulan sudah berlalu sejak terbongkarnya status hubunganku dengan Arcella. Sekarang sudah tidak ada alasan lagi untuk kami menyembunyikan perasaan kami di depan public, tetapi tetap kami masih memperhatikan etika. Mengingat kami disini di Negara yang taboo akan hubungan seperti yang kami miliki. Kami menyadari tidak ada yang membenarkan hubungan kami ini. tapi kami harus bagaimana? Kami tidak bisa menolak perasaan yang mendalam ini. Apakah kami salah? Kami tidak merencanakan harus kepada siapa hati ini jatuh. Hati ini yang memilih. Terlebih dia, Arcellaku yang memang sejak masa kecilnya dia tidak pernah menyukai lawan jenisnya.

Apakah karena dia menolak lawan jenisnya? Tidak! Semua ini berasal dari jiwanya. Jadi siapa yang salah dengan orientasi sexual yang kami miliki ini. Adakah yang perlu disalahkan? Tidak! Karena pada akhirnya kami menerima diri kami seperti ini. menjadi diri kami sendiri. Meskipun kami tidak tahu entah sampai kapan hubungan kami ini akan berlanjut. Apakah sesaat atau selamanya? Sampai akhir hayat kami? Kami tidak tahu dan tidak akan pernah tahu. Yang kami tahu saat ini adalah kami saling mencintai, saling menyayangi. Bahagiaku adalah dengan bersamanya dan bahagianya juga adalah dengan bersamaku karena dia milikku dan aku miliknya. 


END

Fall for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang