15. kakek tau?

14 1 0
                                    

Happy Reading

Jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, namun dua remaja berbeda jenis kelamin itu masih tertidur pulas.  Satu sofa berdua, namun mereka tidak ada yang terganggu satu sama lain. Posisi Yogi berada dipojok sofa dan Yunita dipinggiran sofa. Mereka tidur berhadapan, saling berpelukan erat. Yogi menenggelamkan wajahnya di dada Yunita. Untung saja ini adalah hari Minggu, jika tidak bisa berabe masalahnya.

Jderrr

Suara petir terdengar sangat nyaring. Pagi ini memang cuaca sedang tidak mendukung. Hujan angin disertai petir, pantas saja dua sejoli itu masih nyaman dalam tidurnya.

Derr Jderrr

Sontak dua sejoli itu terganggu dari tidurnya dan mulai mengerjapkan mata menyesuaikan cahaya.

“HAH!” pekik mereka bersamaan.

“WE LO NGAPAIN!” sentak Yunita sembari melepaskan pelukannya dan berdiri.

“GUE? GUE GAK ADA NGAPA-NGAPAIN!”  sahut Yogi tak kalah kaget.

“Kok bisa tidur berdua anjirrr!”

“Ya mana gue tau Yunita tai! Ngangetin tau nggak.” kesal Yogi.

Jderrr

Suara petir kembali terdengar, Yunita relfek berteriak dan memeluk Yogi ala koala.

“AAAAAAA” teriak Yunita.

Yogi yang tak seimbang pun kembali terjatuh disofa, posisi nya sekarang Yunita menindih Yogi.

Krik krik krik

Jderrrr

Yunita malah mengeratkan pelukannya sembari menindih Yogi. Posisi mereka sangat intim sekarang, membuat Yogi menelan ludahnya kasar.

“Bangun, petir nggak akan makan lo ” ucap Yogi dengan suara serak khas bangun tidur nya.

Setelah mendengar perkataan Yogi, Yunita dengan cepat menjauhkan tubuhnya dari Yogi.

“S-sorry, gue gak sengaja.” gugup Yunita.

“It's okey, no problem.”

“Gue mau pulang. Anterin pleasee.” ucap Yunita dengan puppy eyesnya.

“Gak! Diluar hujan badai angin ribut petir menggelegar. Gue gak mau nyari mati.”

Yunita menghela nafasnya kasar.

“Mending lo mandi, abis itu buatin gue sarapan. Itung-itung lo kan babu.” lanjut Yogi.

“Kalau gitu gue mau minjem pakaian lagi, nanti langsung gue pilih dilemari lo. Boleh?”

“Hm.” sahut Yogi lalu kembali merebahkan dirinya disofa.

.....

30 menit berlalu, Yunita sudah selesai mandi. Ia keluar menggunakan hoodie kebesaran milik Yogi dan masih menggunakan hotpansnya. Sekarang ia berencana akan memasak nasi goreng saja, agar simple.

Mencium bau masakan yang menggugah selera, Yogi pun bangkit dan menuju ke dapur.

“Lo masak apa?” tanya Yogi yang sudah duduk anteng di meja makan.

“Nasi goreng. Nih cobain gih.” ucap Yunita sembari memberikan sepiring nasi goreng kepada Yogi.

“Kalau gak suka gak usah dibanting kayak
waktu itu. ” peringat Yunita.

“Hm.” ucap Yogi lalu beralih memakan nasi goreng buatan Yunita dengan lahap. Nasi goreng rumahan tetapi rasanya berbeda, memiliki ciri khas tersendiri. Sangat enak di mulut Yogi, namun ia terlalu gengsi untuk memujinya.

YOGITA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang