Kuroo Tetsuro x fem! Reader
"Usiamu sudah siap nikah tuh, minggu depan nikah ya!"
IYA SIH TAPI GAK SAMA MANTAN JUGA!
characters belong to Furudate Haruichi
chamomilevi, rahi. 2024
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hai!"
(Name) hanya melirik dengan sudut mata sosok yang menyapanya, lalu menghela napas untuk mengontrol ekspresi wajahnya yang dia yakini mulai kaku dengan alis berkerut. Tentu saja, semuanya disebabkan oleh pria yang telah mematahkan hatinya 5 tahun yang lalu.
"How's life?"
"Keliatannya aja gimana." dia menjawab cuek, lalu duduk di hadapan si pria dengan wajah yang super jutek.
Sengaja, siapa tahu si pria jengah dengan kelakuan kekanakannya dan berhenti merekomendasikan dia sebagai seketaris.
Mata (Name) tidak sengaja melihat ke arah pulpen yang terselip di saku dadanya. Lalu seakan terhipnotis, wanita itu malah mengeksplor lebih jauh fisik lawan bicaranya.
Bisa (Name) perkirakan tingginya bertambah sekitar 7-8 cm, pasti pria ini banyak olahraga, sehingga tidak akan heran jika dadanya semakin bida— OKAY STOP!
Berhenti membahas fisik mantan kekasih!
(Name) memalingkan pandangan, ke mana saja asal tidak menatap sosok di depannya. Tangannya mengibas wajah yang kepanasan.
"Keliatannya?" si pria membeo, pura-pura tidak peka bahwa sebenarnya (Name) sejak tadi memperhatikan dadanya dengan tatapan cengo, "Keliatannya makin cantik."
"Siapa?" tanya (Name).
"Kamu."
"Dih." reflek mendecih, padahal dalam hati menjerit-jerit, memaksa kewarasannya tetap terjaga. Kalau oleng bisa-bisa dia kembali ke dalam pelukan Kuroo Tetsuro.
"Jadi, kamu beneran mau kerja sama aku?"
"Bisa gak jangan pake aku-kamu? Sorry, gue agak canggung aja gitu. Soalnya udah lama gak interaksi."
Kuroo tersenyum maklum, sebenarnya dia merasakannya juga. Namun, sengaja menggunakan kata ganti tersebut agar mempertipis jarak diantara keduanya.
"Gak masalah." dia ngangguk patuh, nurut ya.
"Mau pesen dulu?"
"Boleh."
"Kayak biasa?"
(Name) mengerutkan keningnya, lalu menggeleng, "Bukan, sok tau amat."
Hati Kuroo agak mencelos mendengar jawaban wanita di hadapannya. Akan tetapi, dia tetap mempertahankan senyuman andalannya.
"Aih, siapa tau menu kesukaan masih sama."
"Semua ada fasenya sih, gue udah ada di fase muak makan makanan itu."
Sebenernya (Name) sama sekali gak ada maksud menyindir Kuroo lewat kata-katanya, namun saat ini hati Kuroo agak sensitif hingga menganggap perkataan (Name) memang dituju untuknya.
"Gitu ya?"
"Tapi, ada fase dimana gue bakalan kangen berat sama makanan itu sih. Jadi, pada akhirnya gue bakalan balik lagi ke situ."
Entah kenapa Kuroo sangat lega mendengarnya, padahal yang dibahas bukan Kuroo, melainkan makanan kesukaan wanita cantik di hadapannya.
"Oh, iya. Tadi pertanyaan lo apa deh Kur?" tanya (Name) setelah mereka memesan makanan.
"Jadi, beneran mau kerja bareng gue."
"Ya... gatau deh Ibu gue," jawabannya ambigu.
"Kok jadi Ibu?"
"Berarti kalo gue gak mau gak papa nih?"
"Eh, jangan gitu." Kuroo agak panik, "Gue udah nolak beberapa kandidat buat jadi sekertaris, soalnya gue yakin lo lebih kompeten dalam urusan ini."
"Oh, ya?" sebenernya (Name) pura-pura respon baik aja, dalam hati pengen pulang, soalnya dia gak kuat liat muka Kuroo bawaannya sakit hati inget perkataan Kuroo waktu mutusin hubungan mereka gitu aja.
"Untuk saat ini, gue mau lebih fokus ke voli. Gue gak mau apapun atau siapapun menghambat masa depan yang udah gue susun."
"Terus kenapa kamu pacarin aku, Tetsu?"
"Nggak ada alasan khusus selain lo cewek menarik di angkatan kita."
Jadi, kalau dirinya tak menarik berarti (Name) hanyalah seorang manusia biasa yang menjalani kehidupan membosankan lalu mati.
Atau kemungkinan paling menyakitkan, (Name) akan digunakan sebagai bahan bulian anak-anak bodoh yang sok berkuasa.
"Hey! You okay?"
(Name) tersentak ketika Kuroo mengelus pipi kirinya dengan ibu jari, untuk beberapa saat keduanya saling menukar pandangan. Sama-sama mengungkapkan rasa rindu yang tidak bisa terucap melalui lisan.
Lalu tatapannya terputus setelah (Name) menyadari bahwa mereka berada di tempat umum. Sementara itu, Kuroo agak menyesal memilih tempat yang cukup ramai. Tapi, apa boleh buat, kalau di tempat tertutup ada dua kemungkinan. Dia khilaf atau (Name) tidak akan mau hadir.
"Tu-tugasnya ngapain?"
Kuroo lalu menjelaskan beberapa tugas yang bisa (Name) kerjakan selama menjadi sekertaris Kuroo, hanya membantunya merevisi beberapa laporan yang perlu di serahkan ke Badan Asosiasi Voli.
"Ternyata isi kepala lo masih ada voli." (Name) berujar malas sambil menopang dagu.
Kuroo terkekeh dengan sindiran wanita di hadapannya, "Iya, tapi kalo lo buka hati gue, itu cuman ada lo."