5. balas dendam?

1.3K 192 13
                                    

"Kalo aku buat paman kamu hancur, boleh?"

Zio meneguk susah payah salvianya, menatap lekat mata Erine yang ikut menatap dirinya.

"Untuk ... Apa?" Zio tertegun, apa yang Erine katakan? Ingin membantu diirnya? Mengapa? Bagaimana caranya?

"Gapapa. Tolong izinin aku, ya?" Zio beefikir sejenak, menundukan kepalanya untuk menjawab yang pasti kepada Erine. "Gimana caranya?"

-

Pagi hari sudah tiba, kini waktunya Erine bekerja bersama dengan Zio. Ia gunakan jass pada tububnya lalu mengancing satu kancingan yang ada pada jass itu, berdiri di hadapan cermin untuk memastikan bahwa dirinya sudah rapih.

Dirasa cukup, Erine melenggang pergi dari kamarnya untuk menuju ruang makan. Saat Erine menuruni tangga, dirinya terkejut kala melihat Zio yang tengah berdiri di tangga yang berniat untuk menyambut pagi harinya.

"Selamat pagi, kak!" seru Zio sembari tersenyum ke arahnya. Erine membalas senyuman itu lalu mulai berjalan melewati Zio menuju meja makan.

Zio membuntutinya, melihat Erine yang duduk, tentu saja gadis yang lebih muda itu ikut duduk di hadapan Erine. "Kamu yang masak, Zio?" Zio mengangguk, memberikan piring yang berisikan pasta keju dengan udang rebus pada Erine.

Erine menerimanya, mengambil sendok lalu mulai mengaduk makanan miliknya, Zio terus memperhatikan Erine sembari mengaduk makanan miliknya juga.

"Kenapa liatin saya sampe segitunya?" tanya Erine yang sedikit merasa terganggu karna pandangan dari Zio.

"Hehe, maaf, kak. Zio cuman mau berterimakasih soal semalem, apa Zio boleh ikut serta sama bales dendam ini?" Erine menatap mata Zio seperti tak yakin apa yang Zio katakan barusan.

"Kamu serius mau ikut?" Zio menganguk cepat lalu melahap makannya, "ini juga bersangkut paut sama Zio, sih." batin Erine.

"Oke. Kamu cuman perlu kasih pelajaran untuk dia kalo udah di amanin," Zio tersenyum, "Terimakasih, kak!"

"Iya, Zio."

"Mungkin hari ini aku ga akan ke kantor, aku perlu ngobrol soal ini sama ayah." monolog Erine.

-




"Zio, bisa belikan saya makanan di minimarket depan? Atau sekalian untuk stok masakan," Zio yang tengah berdiri tepat di samping Erine langsung mengangguk patuh.

"Iya, kak." Zio segera melenggang pergi dari ruangan tersebut.

Soal duit? Erine sudah mentransferkan duit pada Zio.

Setelah di rasa mulai aman, Erine segera mengambil ponselnya lalu membuka ponsel tersebut dan mencari kontak ayahnya.

"Halo, ayah?"

"Iya, Erine? Ada apa?"

"Ah, maaf Yah. Apa Erine ganggu?"

"Tidak. Cepat katakan,"

"Maaf, tapi apa ayah kenal dengan nama Aris Refano?"

"Ya, ayah kenal. Perusahaannya sedang ada kontrak dengan ayah. Kenapa?"

"Aku perlu bicara sama ayah. Apa ayah ada waktu senggang hari ini?"

"Sekarang. Siang ayah ingin bekerja, apa kamu tidak kerja?"

"Enggak, yah. Ini penting, aku harus ketemu ayah sekarang juga."

"Ya ya ya, baiklah. Temui saya di cafe biasa sekarang. Saya tak punya waktu banyak,"

"Ya, sekarang juga saya kesana."

*tut!*

Telepon terputus. Erine segera mengemaskan dokumen dokumen yang berserakan lalu menaruhnya dengan rapih. Erine sudah menduga bahwa pamannya Zio sedang bekerja sama dengan perusahaan ayahnya. Bukan kah ini bagus?

Fell In Love With You, Ziolline?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang