#♡7 Panic

30 3 2
                                    

#♡7 Panic
Story by : Snowhiroo

Suasana tenang merasuki pikiran Chino yang kini sedang menenangkan pikirannya dengan menggambar. Walaupun udara dingin menusuk tubuhnya, namun Chino masih memfokuskan dirinya pada gambarnya, menggambar segala detail yang diperlukan. Namun suara gaduh dari dapur membuat salju kecil itu tersadar dari lamunannya, ia bangun dari posisi jongkoknya di kursi dan mengenakan sandalnya. Karena terlalu fokus menggambar, ia baru sadar kalau sekarang sudah hampir tengah malam dan semua lampu di rumahnya sudah dimatikan.

Chino mencoba untuk menyalakan sakelar kamarnya, namun beberapa kali ia mencoba, kamarnya tidak kunjung mendapatkan penerapan. Jadi ia dengan terpaksa harus berjalan ke arah dapur hanya dengan cahaya remang-remang dari lentera. Gadis kecil itu pun mulai berjalan perlahan ke arah dapur dengan lentera di tangannya sembari memerhatikan area sekitarnya secara perlahan.

Area sekitar rumah terlihat gelap dan juga sunyi, hanya cahaya remang dari lentera dan juga cahaya bulan yang menerangi rumah itu. Suara langkah kaki Chino menggema karena minimnya suara. Satu langkah, dua langkah, tiga langkah, dan semakin dekat dengan dapur, jantungnya mulai berdetak semakin kencang. Apalagi setelah melihat adanya bercak darah dimana-mana dan banyaknya barang-barang yang berserakan di sekitarnya. Tangan gadis kecil itu mulai gemetar, ketakutan dengan apa yang akan ia lihat nanti. Ia menggenggam lentera nya dengan erat, lalu menarik nafas panjang. Memantapkan dirinya untuk membuka pintu dapur di depannya.

Ketika pintu kayu itu dibuka, Chino langsung lemas dan ia tidak sengaja menjatuhkan lentera dari tangannya. Menyebabkan karpet yang terkena apinya mulai terbakar secara perlahan. Ia benar-benar tidak percaya dengan pemandangan di depannya, seorang gadis remaja tampak berdiri tenang dengan darah memenuhi sebagian badannya, dan dengan pistol di genggaman tangannya.

Namun yang membuat Chino mual adalah, penampakan tubuh Akemi dan juga Shiho di hadapannya. Tubuh mereka tergeletak dengan lemas, dengan luka peluru di tubuh mereka. Shiho hanya menatap Chino dengan tatapan lemas, tidak bisa mengeluarkan satu kata dari mulutnya.

Gadis surai putih itu nafasnya terlihat tersengal-sengal, dan matanya mulai dipenuhi dengan air mata. Ia menundukkan badannya, menjambak rambut Shiho sebelum kemudian menggores lehernya secara perlahan, membiarkan darah merah merona itu mengalir secara perlahan. Chino hanya bisa terdiam membeku, melihat saudara kembarnya terbunuh tepat di hadapannya.

✩。°𝄞🎧𝄞°。✩
POV 1 : Akamine Yuuki

"Hah! Hah..hah..hah..fuck, mimpi apa barusan?" Gila, itu aku? Membunuh mereka berdua? Tetapi kenapa? Kenapa aku mendapatkan mimpi seperti itu? Aku berusaha untuk mengendalikan nafasku yang mulai memburu sembari meremas bajuku. Jantungku berdetak sangat kencang, mungkin terlalu kencang. Kalau aku memiliki penyakit serangan jantung, mungkin aku sudah tak sadarkan diri sedari tadi. Ku melihat ke arah jam di dinding, dan menyadari kalau sekarang masih jam lima pagi. Masih terlalu pagi, tapi aku tidak bisa kembali tidur karena mimpi itu. Sepertinya akan lebih baik kalau aku membuat sesuatu untuk menyibukkan diri.

Aku melihat ke arah Shiho yang masih tertidur lelap di sampingku dan langsung turun dari kasur, berjalan secara perlahan agar tidak membangunkannya. Ku membuka lemari dapur dan juga kulkas, mencari bahan yang bisa ku gunakan untuk membuat sebuah cemilan. Sepertinya karena saat itu aku sempat membuat teh bunga, Akemi memberikanku beberapa dus kecil berisi kantung teh bunga. Huh..kalau seperti ini mungkin aku tidak akan bisa cosplay menjadi burung hantu lagi.

Baiklah, sudah ku putuskan. Aku akan membuat teh bunga chamomile dan juga roti selai. Aku tidak ingin membuat kegaduhan dengan suara gaduh dari alat masak, ditambah aku juga tidak pernah menyentuh dapur hampir seumur hidupku. Oke..jaga-jaga kalau mereka berdua terbangun nanti, aku akan membuat lebih banyak.

sherry another twin's!?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang