"Bapak, nama bapak siapa?" tanya Senja. Selama perjalanan berlangsung, Senja terus saja bersuara, gadis itu tidak pernah diam sama sekali. Sesekali ia akan marah ketika Asta hanya diam saja, tidak membalas pertanyaan-Nya.
"Apakah itu penting?" tanya Asta, yang masih fokus berjalan kedepan.
Senja mengangguk. "Yah, itu sangat penting, bapak sudah membantu saya, dan sekarnag bapak adalah teman saya, karena bapak sudah membantu saya," ucap Senja.
"Bicaramu banyak sekali."
"Yahh, jawablah pertanyaan ku, siapa namamu, Pak?" tanya Senja melirik ke-arah Asta.
"Asta."
"Bapak tinggal dimana? Maaf lancang mengatakannya. Aku belum pernah melihat bapak sebelumnya, jadi wajah dan nama bapak nampak asing," ucap Senja, berbicara dengan senyum lebar diperlihatkan.
Asta terdiam, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
"Aish, sepertinya bapak tidak merasa nyaman. Maaf, yah, Pak Asta." Senja berucap dengan tawa kecil merasa tidak enak.
Hening, hanya ada suara langkah kaki, dan ban sepeda yang terdengar di indra pendengaran. Senja nampak ragu dan kaku, ia bingung harus berkata apa, takut Asta tidak nyaman selama perjalanan menemaninya pulang.
"Apakah wajahku setua itu?" akhirnya Asta bersuara lebih dulu.
Selama Senja memanggilnya bapak, Asta bertanya-tanya apakah wajahnya setua itu? Apakah dia sudah sangat tua?
Senja tertawa begitu menggema mendengar pertanyaan konyol itu.
"K-kenapa tertawa?" tanya Asta ragu.
"Apakah karena kesibukanku, aku jadi lupa bahwa sekarang aku sudah berumur 40 tahun? Kenapa dia memanggilku bapak? Apakah wajahku seperti bapak-bapak?"
"Tidak apa-apa. Bapak ini lucu sekali," ucap Senja masih terkekeh.
"Apa karena kesibukanku, aku jadi lupa bahwa tahun terus berganti? Apakah aku setua itu?"
Asta terus saja berkelahi dengan batinnya sendiri. Apakah tahun terus berganti tapi ia tidak sadar?
"Haha maafkan saya yang kurang sopan. Wajah bapak terlihat masih muda, tapi jenggot tipis-tipis di-dagu bapak membuat saya berfikir, bahwa bapak itu sudah bapak-bapak," jelas Senja.
Asta yang fokus menghadap depan, melirik ke arah senja. "Jangan memanggilku bapak, panggil nama saja," ucap Asta.
Senja mengangguk. "Yap, Asta. Uhm, rasanya kurang nyaman memanggil kamu dengan sebutan nama tanpa bapak," ucap Senja.
"Bagaimana kalau saya memanggil bapak Asta saja. Pak Asta,"
"Terserah."
"Baiklah."
"Seharusnya aku tidak meladeni nya,"
.
.
."Wahh, terimakasih pak Asta, sudah mengantar saya sampai ke-rumah, saya bingung harus membalasnya dengan ap-"
"Eh, kemana?" tanya Senja sedikit terkejut. Perasaan Asta masih ada disampingnya hingga mereka sampai dipinggir pagar rumah gadis itu. Lalu kemana perginya?
"Pak Asta?!"
Senja merasa bingung, celingak-celinguk mencari keberadaan Asta, namun sama sekali tidak terlihat oleh indra penglihatannya.
"Lah? Menghilang. Sudahlah, pasti bapak itu lelah." Senja mulai berjalan memasuki rumahnya setelah merasa semuanya baik-baik saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALASTA [Hiatus]
Mystery / ThrillerSeorang anak berusia 15 tahun, anak yang sangat sayang pada ibunya. Disaat ibunya terbunuh, ia yakin bahwa ibunya dibunuh bukan bunuh diri, namun dengan keyakinan berat ayahnya Jacob menjelaskan bahwa ibunya bunuh diri. Hingga pada malam itu, Jacob...