BAB [3]

43 14 3
                                    

   Selesai dengan sekolahnya, Senja mulai membuat kue cookies yang akan menjadi bisnisnya.

Beberapa bulan yang lalu, senja memutuskan untuk menjual cookies secara online, untuk biaya hidup juga. Walaupun Senja memiliki orang tua dengan usaha yang besar, senja memutuskan untuk mandiri tanpa bergantung kepada mereka.

Cookies Senja menjadi meningkat karena kelezatan dan gurih nya.

"Ada yang pesan?" tanya Serena, menghampiri Senja di dapur.

Senja menggeleng sebagai jawaban. "Tidak," jawabnya.

"Lalu?"

"Aku ingin memberikannya pada seseorang," ucap Senja sambil tersenyum.

"Seseorang? Siapa itu, apakah seorang pria?" tanya Serena. Senja mengangguk lalu berucap, "Dia bapak-bapak, yang sudah menolongku.

.
.
.

"Ku antar?" tanya Serena, yang melihat Senja bersiap-siap.

"Tidak usah, Ser. Kerjakan saja tugas kuliahmu, aku sudah memesan ojek online," ucap Senja dengan senyum merekah diwajahnya.

"Baiklah, hati-hati." Senja mengangguk sebagai jawaban.

Serena mengantar Senja kedepan, melihat Senja berlalu pergi.

Serena adalah teman terbaik Senja, mereka berteman sedari SMA hingga berkuliah di Univ yang sama. Senja menyuruh Serena untuk tinggal bersama, karena takut untuk tinggal sendiri.

Senja sengaja menyewa rumah, agar orang tuanya bisa fokus pada pekerjaannya, begitupun dengan Senja. Agar tidak bergantung pada orang tuanya.

.
.
.

Sesampainya di pinggir laut, tempat dimana dirinya bertemu dengan Asta. Senja meletakkan sekotak cookies buatannya di atas perbatuan besar tempat Asta duduk.

"Semoga, Pak Asta, menerimanya," gumam Senja.

Selesai meletakkan sekotak cookies, Senja berlalu pergi dari sana. Masih ada yang harus ia urus untuk bisnis Cookies nya.

.
.
.

20 : 45

"Kenapa melamun terus? Apa ada yang mengganggu pikiran mu?" tanya Serena, meletakkan segelas susu dimeja ruang tamu, tepat dihadapan Senja. Gadis itu tengah mengerjakan beberapa tugas kuliahnya.

Senja menggeleng. "Aku hanya kepikiran, apakah cookies buatanku sudah diterima oleh bapak itu, atau belum. Apakah cookiesnya enak atau tidak?" ucap Senja.

Yah, senja terus kepikiran. Apakah cookiesnya sampai ditangan Asta? Atau belum. Apakah cookiesnya enak atau tidak?

"Sudah jangan dipikirkan. Cookies buatanmu selalu enak, tidak mungkin bapak itu menolaknya." Senja menggeleng tidak setuju.

"Dia bukan bapak-bapak, Ser. Hanya saja awal bertemu aku memanggilnya Bapak. Wajahnya berjenggot makanya aku kira dia bapak-bapak."

"Maksudnya?"

Senja mulai merubah posisi duduknya, dari duduk dilantai menjadi duduk di sofa sebelah Serena. "Aku akan menceritakannya." Senja pun mulai menceritakan semuanya.

KALASTA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang