BAB [10]

9 2 0
                                    

Ainun terus saja menangis tidak berdaya dibawah lantai, membuat John muak saja.

"Jangan terlalu dipikirkan, selesaikan pekerjaanmu yang sempat tertunda." Ainun menghapus air matanya lalu menurut kepada suaminya.

Berjalan ke arah dapur lalu menyiapkan semua sarapan yang sempat tertunda.

Senja anakku, semoga kamu baik-baik saja. Ibu doakan yang terbaik, hanya itu yang bisa ibu berikan.

Ainun terus memikirkan Senja. Kabar Senja menghilang membuatnya khawatir, sangat khawatir. Anaknya itu tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak-tidak. Lalu kenapa ada yang menculiknya.

Berbeda dengan John, yang terus memperhatikan istrinya itu. Terlihat jelas jika pikiran Ainun sungguh berisik saat ini. Namun, John tetap John, ia tetap tidak peduli dengan kejadian yang sudah terjadi.

.
.
.

Disisi lain, Bianca nampak gusar. Sudah berapa.kali gadis itu menelpon dan mengancam John. Namun, belum ada tanda-tanda kehadirannya.

"Apakah ada yang mencurigakan?" tanya Bianca kepada orang suruhannya.

Pria itu menggeleng. "Tidak ada yang mencurigakan, Nona."

Bianca mengangguk. "Baiklah, awasi seluruh rumah Tuan John, begitupun dengan gerakannya."

"Baik, Nona."

Bianca menatap Senja segit. "Kamu sungguh anak yang malang, tidak diperhatikan sama sekali." Senja mengangkat pandangannya menatap Bianca.

"Aku memang patut dikasihani," gumamnya.

Dor!

Pandangan setiap orang terkejut saat mendengar suara tembakan dari luar ruangan. Senja pun begitu, badan gadis itu semakin bergetar.

"Apa yang terjadi?" tanya Bianca pada suruhannya.

"Aku tidak tau, nona."

"Segera periksa, suruh parah pengawal untuk memeriksanya dengan teliti, aku tidak mau jika rencana ku gagal." Seluruh suruhan Bianca mengangguk.

"Aku harus menelpon ibu," gumam Bianca.

.
.
.

Seluruh orang suruhan Bianca mulai bergegas memeriksa seluruh ruangan.

Dor!

Pandangan beberapa pengawal terangkat karena terkejut, lalu mulai bersembunyi.

"Serangan mendadak," gumam Bianca kesal.

"A-apa terjadi sesuatu?" tanya Senja.

"Tn. John, mengirim orang untuk menyelamatkan mu. Jelas itu terjadi karena kamu putrinya," ucap Bianca dengan kesal.

Senja nampak berfikir. Apakah ayahnya benar-benar mengirim seseorang untuk menyelamatkannya? Tapi itu tidak mungkin.

"Kalau benar, apalah ayah masih ada rasa sedikit untuk menganggapku?" gumam Senja sedikit tersenyum.

Melihat Senja tersenyum tanpa sebab, Bianca berjalan ke arahnya. "Apa maksud dengan senyuman itu?"

Senja segera menghilangkan senyumannya, lalu menggeleng. "T-tidak ada," ucapnya.

KALASTA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang