BAB [7]

28 9 5
                                    

"Aku menyukai cookies buatanmu, Senja. Bisakah kamu membawakannya untukku lagi?" ucap Asta dengan senyum lebarnya.

Senja tersipu malu saat melihat senyuman Asta yang begitu manis. "U-uhm ... b-boleh, Pak Asta."

"Bisakah jangan memanggilku, Pak Asta?"

"Kedengarannya sangat mengganjal jika tidak menggunakan awalan, Pak."

"Bagaimana dengan ... sayang?" mata Senja terbelalak.

"Bapak jangan bercanda!"

Asta mendekati Senja lalu memegang tangan gadis itu. "Cuaca hari ini sungguh dingin, masuklah kedalam dekapanku. Aku tidak mau jika kamu sakit karena kedinginan." Dengan langkah ragu-ragu Senja berjalan kedalam dekapan Asta.

Sungguh hangat, Senja begitu nyaman dibuatnya. "Sikap bapak aneh," gumam Senja yang masih didengar oleh Asta.

"Tidak ada yang aneh," ucap Asta mengeratkan pelukannya.

Pak!

Pak!

"Senja merintih kesakitan disaat pelukan hangat itu menjadi pukulan yang begitu keras.

"Senja, bangun! Katanya kamu ada kelas pagi, kok masih tidur!" omel Serena.

Senja mengeratkan pelukannya pada guling. "Pak Asta," lirihnya yang mampu membuat matanya terbelalak.

"Pak Asta?" gumam Senja mencari sana-sini.

"Pak Asta, Pak Asta. Saking sukanya, sampai di bawa mimpi?" tanya Serena, dengan kedua tangan di dilipat ke dada.

"K-kok aku bisa ada disini?" tanya Senja, terbata-bata.

"Ya, bisalah. Omong-omong, Pak Asta ganteng juga, yah." Serena terkekeh geli.

Senja segera bangun dari kasurnya, lalu menatap Serena penuh menyelidik. "Kok?"

"Iyya, semalam Pak Asta mampir bawa kamu dalam gendongannya," ucap Serena.

Mata Senja terbuka lebar seperti bola matanya akan melompat. "Hah?! Digendong? Aku? Pak Asta, gendong aku?!" tanya gadis itu shock, menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.

Serena mengangguk. "Iya. Buruan mandi, kelas kamu udah ngga lama lagi berlangsung." Senja merasakan pusing di kepalanya.

"Apa? Berarti semalam, aku tidur dalam pelukan Pak Asta?"

"Arhh! Bisa crazy!"


.
.
.
KANTIN KAMPUS

"Jangan dipikirin terus, nanti suka," ucap Serena membuat Senja sadar akan lamunannya.

"Apasih, siapa juga," elak Senja, walaupun itu benar, tapi suka? Aduh, hilangin itu.

Gadis itu terus memikirkan, bagaimana bisa ia tertidur dalam pelukan Asta, selebihnya ... gadis itu mimpiin Pak Asta.

"Bagaimana dengan ... sayang?"

Arh!

Bisa gila!

"Aku rasa, aku akan mati," gumam Senja.

"Setelah orderan para costumer kelar," ucap Serena.

Senja mengangguk. Debaran jantung gadis itu berdebar kencang hingga membuatnya sedikit sesak. "Aduh, please. Lupain Pak Asta," batin Senja merasa frustasi, akan debaran yang semakin berdebar.

KALASTA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang