BAB [4]

35 11 6
                                    

Catatan Senja :

Apakah salah seorang anak perempuan mengemis perhatian akan ayahnya?

.
.

Apakah salah seorang anak perempuan haus kasih sayang kepada ayahnya?

.
.

Kumohon seseorang datang dan jelaskan semuanya. Apakah aku benar-benar anaknya? Lalu kenapa dia bersikap dingin seakan-akan aku bukan darah dagingnya?
.
.

Berusaha agar dia melihatku, namun pada kenyataannya aku tidak akan bisa sampai detik ini.
.
.

Seorang anak begitu iri akan teman-temannya yang benar-benar mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya.

.
.

Mereka mengatakan "cinta pertama anak perempuan ialah ayahnya." Lalu bagaimana dengan diriku yang setiap hari mengemis akan perhatiannya?!
.
.

Sudah bertahun-tahun berlalu, namun semuanya tidak memiliki hasil. Ku-usahakan agar ia mengatakan "aku bangga padamu." Namun, yang ia ucapkan hanya luka dalam didalam hatiku.
.
.

Bisakah kali ini aku menangis?
Aku sungguh lelah.
Kumohon!
Biarkan aku menangis!
.
.
.
.
.
.

Air matanya terus mengalir tanpa henti, sesegukan dari mulutnya bisa didengar jelas, betapa sakitnya hati anak perempuan yang sedang berjalan sendirian tanpa arah itu.

Dadanya begitu sesak hingga nafasnya tersengal-sengal, rasanya ingin mati saja.

[Teruslah berjalan hingga kamu mendapatkan jalan.]

Catatan : Senja.

Berjalan tanpa arah, Senja benar-benar linglung. Pandangan gadis itu kosong, ia merasa bingung dengan pikirannya sendiri. Air mata yang terus ia ditahan-tahan mengalir terus-menerus tanpa diminta.

Tidak ada niat untuk menghubungi Serena, tidak ada niat untuk memesan Go-Jek online. Didalam pikiran Senja hanyalah beban berat yang terus-menerus ia pikirkan.

"Kapan aku diterima?" gumamnya lirih, terus berjalan, melewati jalanan gelap nan sepi itu.

"Kapan aku akan dilihat?"

"Kapan aku akan dimanja oleh dirinya?"

"Kapan! Hingga saat ini aku tidak bisa mendapatkannya, kumohon kapan aku bisa mendapatkan semua itu!"

Senja berjongkok dengan kepala menunduk, air mata dan sesak didadanya tidak bisa ia bendung. Kedua tangannya memegang kapalanya yang terus bertanya-tanya itu.

"Berhentilah berbicara, aku hanya ingin ketenangan, hiks!"

Beberapa pria yang berada disana, melihat aksi Senja yang nampak sangat frustasi. Senyum licik muncul dari sebelah bibirnya. Dengan kode mata, kedua pris itu berjalan ke arah Senja.

"Sepertinya anda sangat frustasi, nona." Mendengar suara pria, dengan cepat Senja mengangkat pandangannya dengan rasa takut.

Bibir gadis itu bergetar serta matanya yang nampak melotot, kaget.

KALASTA [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang