Di ujung hari, tubuh lelah meringkuk,
Otot-otot berbisik, "Cukuplah, istirahatlah."
Mata berat, tak lagi ingin melihat,
Pikiran lelah, tak lagi ingin berpikir.
Bukannya rasa sakit, bukannya derita,
Tapi kelelahan yang merangkul jiwa.
Seperti pelukan hangat, di tengah badai,
Menyuruh kita berdiam, dan melupakan dunia.
Merayakan kelelahan, bukan berarti menyerah,
Tapi menerima, bahwa tubuh pun butuh rehat.
Menghormati batas, yang terukir dalam diri,
Menghentikan sejenak, roda kehidupan yang berputar.
Di dalam keheningan, kita temukan kedamaian,
Menikmati kegelapan, yang menenangkan jiwa.
Merayakan kelelahan, bukan berarti kalah,
Tapi memberi ruang, untuk kembali bersemangat.
Maka, biarkan tubuh beristirahat sejenak,
Biarkan pikiran melayang, tanpa beban.
Merayakan kelelahan, adalah sebuah seni,
Untuk kembali bangkit, dengan semangat baru.
Puisi ini telah dipublikasikan dalam buku antologi "Maaf, Hari Ini Aku Lelah" edisi Juni 2024 di event Nuram Jingga Ellunar Publisher
KAMU SEDANG MEMBACA
Mademoistellar's Project
Short StoryMenuangkan pikiran yang tak seberapa bukan bertujuan untuk lebih dikenal, melainkan untuk mengabadikan isi kepala yang berisiknya tak bisa didengar siapa-siapa. • • • Selamat datang dan menikmati hasil riuhnya hidup. Cerita ini akan kudedikasikan m...