Be Alright - Dean Lewis
Februari, tepat satu bulan sebelum usiaku menginjak 17 tahun. Aku tidak menyangka kau memutuskan ketidakpedulian secepat ini. Ini salahku. Aku yang berbohong di depan matamu dan karena kebohonganku kau memilih menjauh. Walau komunikasi tetap berjalan dengan sedikit perubahan, aku tetap merasa tidak bisa pulang dengan aman dan nyaman.
Aku menghancurkan sebuah rumah tempat aku melepas topeng juga luka-luka lama yang aku pendam. Semakin banyak yang kulepas, semakin besar penolakannya akan kedatanganku. Dunia tahu, mereka menghujat. Menyebut puisiku tak berguna. Menganggapku seperti tanaman bahkan binatang yang rusak atau mati kemudian dibuang tanpa memiliki rasa belas kasih. Maafku tidak diterima. Bahkan ketika aku pulang ke rumah, tak ada peluk hangat yang kudapat bahkan tempat untuk bercerita. Aku melukainya.
Aku berusaha kuat, walau air mata selalu keluar tak kenal tempat. Entah siapa yang bisa menjadi tempat bersandarku kini selain Tuhan. Malam terasa lebih dingin dan lebih kelam dibandingkan hari kemarin.
Kini, hadirku tak dianggap lagi. Lagu-lagu yang kudengar seolah tak menembus jiwa, puisi juga mimpi-mimpi yang telah kutulis seolah lenyap tak bermakna. Walau seperti itu, aku menguatkan diri.
Cerita ini telah dipublikasikan dalam buku antologi "Korus" edisi Maret 2023 di event Nuram Jingga Ellunar Publisher
KAMU SEDANG MEMBACA
Mademoistellar's Project
Short StoryMenuangkan pikiran yang tak seberapa bukan bertujuan untuk lebih dikenal, melainkan untuk mengabadikan isi kepala yang berisiknya tak bisa didengar siapa-siapa. • • • Selamat datang dan menikmati hasil riuhnya hidup. Cerita ini akan kudedikasikan m...