09. Simfoni Sehangat Senja

1 1 0
                                    

Tuk sementara, sampai berjumpa
Bersama-sama, bercanda lagi
Kenangan manis di hari ini
Jadi alasan untuk kembali
Aksara Aksa dan Arsa

"Aksa, jika benar kita akan bersatu lagi di kemudian hari, apa yang ingin kau lakukan?" Motor yang lelaki itu kendarai kian melaju, membuatku semakin mengeratkan pelukan.

Kala itu, senja terasa sangat syahdu. Aku tak ingin pulang lebih awal ke rumah setelah menyelesaikan ujian di sekolah. Warna jingga menghiasi setiap sudut cakrawala yang kami tatap selama perjalanan singkat hari itu.

"Aku ingin menua bersamamu, menikmati riuhnya suara anak-anak kita bermain sembari menyesap kopi hangat buatanmu di beranda rumah. Mimpiku sesederhana itu." Walau angin berhembus sedikit kencang, tapi tutur kata Aksa padaku bahkan lebih lembut dari angin yang kurasakan. "Kau sendiri bagaimana, Arsa?"

Aku tersenyum di balik bahunya yang kokoh, "sesederhana impianmu, Aksa. Aku akan menemani sembari menggenggam hangatnya tanganmu dan membaca buku. Aku akan selalu melakukannya di sampingmu dengan secangkir teh hangat yang kubuat bersama kopi milikmu."

Senja pada hari itu membawa kehangatan di antara kami berdua. Mengingat beberapa bulan lagi kelulusan kami berlangsung, kupikir aku akan merindukan momen-momen semacam ini.

Aku menyayangimu, Aksa.

Cerita ini telah dipublikasikan dalam buku antologi "Senja dan Cerita di Beranda Rumah" edisi Juli 2024 di event Nuram Jingga Ellunar Publisher

Mademoistellar's ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang