11❤️‍🩹

6 1 0
                                    

》》Belajar Dari Awal 《《

Setelah membaca ulang pesan terakhir dari Jehan kemarin, Danika meletakan ponselnya diatas nakas kamar hotel. Ada Yeni juga yang menjadi room mate nya.

"Kenapa Nik, Jehan chat lo lagi?"
Yeni memperhatikan Danika dari pantulan cermin, sebab ia sedang memakai riasan wajah.

Danika menggeleng pelan. "Nggak. Kayaknya dia nurutin permintaan gue kemarin buat nggak sering-sering komunikasi lagi."

Yeni menyelesaikan make up nya dengan sempurna lalu menghampiri Danika ke arah tepi tempat tidur.
"Hari terakhir di Jogja nih. Jalan-jalan yuk sekalian beli oleh-oleh. Gue pengen ke alun-alun juga naik mobil yang ada lampu warna-warninya."

"Oke, ayo."

"Bentar Nik." Yeni buka layar ponselnya yang bergetar.

Jehan
Yen
Gimana kabar Danika hari ini?

Yeni
Hadah
Dilarang chat ke Danika malah chat ke gue

Jehan
Maaf
Gue cuma mau pastiin keadaan Danika baik-baik aja

Yeni
Setelah lo bikin dia kecewa lagi
Lo pikir dia bakal baik-baik aja?

Jehan
Kata bundanya kalian lagi dinas ke Jogja
Nomer gue juga di block
Setelah gak diblock dia minta gue untuk gak sering-sering komunikasi dan nemuin dia lagi
Tolong bilang Danika kasih gue kesempatan terakhir untuk jelasin semuanya dan minta maaf secara langsung

Yeni
Danika nya nggak mau

Jehan
Kalian nginep di hotel mana?

Yeni
Kenapa emangnya?

Jehan
Cuma mau tau

Yeni
Di hotel XXX
Dah nggak usah ganggu
Gue mau jalan-jalan
Kalau lo chat lagi gue block!








❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Tidak hanya dengan Yeni, ada rekan kerja lainnya juga yang akan pergi bersama Danika ke alun-alun selatan.

"Danika."

Betapa terkejutnya Danika melihat Jehan ada di lobby hotel tempatnya menginap. Jehan terlihat membawa tas ransel di punggungnya. Pemuda itu sepertinya baru saja cek in di hotel yang sama.

Meski kesal, tapi Danika tau diri. Ia tidak akan memancing keributan di tempat umum.

"Yen, duluan aja ya," ucap Danika yang mendapat anggukan dari Yeni serta rekan kerja lainnya.

Danika mencoba untuk tetap tenang ketika Jehan mendekat.

"Boleh kasih aku waktu untuk jelasin yang kemarin?" Ucap Jehan dengan wajah sendu.

"Kamu gila ya Je, sampe nyusul kesini." Danika mengucapkannya sangat pelan agar tamu yang lain tidak terganggu.

"Aku udah selesai cek in, kita ngobrol di rooftop yuk."

"Jangan di rooftop, di kamar aku aja."
Ucapan asal Danika mendapat balasan anggukan dari Jehan.

Danika jalan lebih dulu menuju kamarnya kembali. Dahinya mengernyit samar.

Kok gue malah ngajak Jehan ke kamar? Setan apa yang mempengaruhi mulut lo Danika.

Sampai di depan kamar, Danika diam sejenak tidak langsung membuka pintunya.

"Kenapa Nik, card nya nggak bisa?"
Tanya Jehan.

"B-bisa-bisa."

Sampai di dalam kamar Danika duduk di tepi tempat tidur sedangkan Jehan menutup pintu.

AC nya mati apa gimana, kok gerah banget ya.

Danika bergumam dalam hati sambil menggeser tubuhnya agar tidak terlalu dekat dengan Jehan yang mulai duduk.

"Mau ngapain sampai kamu bela-belain kesini Jehan?" Dengus Danika.
"Aku kan udah maafin kamu dan jangan sering ketemu lagi."

"Danika, bisa kita bicara baik-baik? Tolong dengerin aku ya sampai selesai," pinta Jehan. Nada bicaranya lembut.

"Kelamaan, cepet ngomong aku mau jalan-jalan."

Jehan embuskan napasnya cukup dalam sebelum menjelaskan semuanya pada Danika. Ia harus berhati-hati karena Danika nampak masih sangat emosi.

"Tiga bulan sebelum ajukan perceraian, aku kecelakaan Nik yang mengharuskan aku istirahat total dan pakai kursi roda. Karena istri aku juga kerja jadi aku memutuskan tinggal di rumah Mama. Dia nengokin setiap hari, tapi jarang nginap. Sampai suatu hari ada yang laporan kalau istri aku selingkuh sama rekan kerjanya. Aku ada bukti foto, tapi dia ngelak. Dia bersikukuh nggak mau cerai. Aku tetap pada pendirian aku untuk cerai. Meski sidang berjalan alot akhirnya kami resmi cerai juga. Waktu aku mau jemput kamu pulang kerja, aku dapat kabar dia keguguran. Aku nggak sedih sama sekali, karena selama aku sakit kami nggak pernah berhubungan intim."

Hati Danika sedikit meluluh mendengar segala ucapan Jehan.
"Trus kenapa nggak bilang batal jemput?"

"Hp aku lowbat. Ada kesempatan aku manfaatin untuk chat Dira biar Dira urus semuanya."

Jehan menunduk menatap kedua tangannya yang saling meremas.
"Maaf aku udah bikin kamu kecewa lagi. Aku fokus urus itu dulu karena demi masa depan aku juga. Sekarang semuanya sudah clear dia terbukti salah dia selingkuh sampai hamil."

"Je, aku nggak minta penjelasan sebenarnya, cuma minta kabar kalau kamu waktu itu nggak bisa jemput."

"Maaf Nik. Aku bukannya nggak menghargai kamu. Aku ak--"

"Udah Je nggak perlu kamu jelasin lebih detail lagi. Andai kemarin kamu ngabarin aku dulu, aku bakal maklumin. Aku marah bukan karena mau dinomer satuin, kamu ngerti kan?"

Jehan mengangguk pelan.

"Siapa yang nggak kesel nunggu sejam tanpa kabar apalagi sebelumnya sikap kamu manis banget. Aku nggak mau berharap lebih, minimal hargai aku Jehan."

"Maaf. Aku janji nggak akan ngulangin kesalahan bodoh itu lagi."

"Jangan janji, tapi buktiin. Kita udah bukan anak-anak yang bertindak semaunya lalu dimaklumin."

"Kamu mau aku temenin jalan-jalan Nik?"

Danika menggelengkan kepala lalu bangkit dari tepi tempat tidur.
"Kamu bukan cuma lelah karena perjalanan jauh kesini, tapi juga lelah setelah menyelesaikan masalah rumit. Jadi istirahat aja. Gunakan waktu kamu untuk refleksi diri dan banyakin me time."

Jehan turut bangkit, ia genggam pergelangan tangan Danika.
"Bisa kasih aku kesempatan lagi Nik?"

"Kesempatan apa?"

"Setelah aku istirahat dari segala masalah yang terjadi, aku mau belajar dari awal tentang kita."
Jehan maju perlahan mendekati Danika.

"Mau ngapain?"
Danika mendadak gugup. Suasanya sungguh canggung sekali hanya berdua berada di dalam kamar sambil saling menatap.

Jehan peluk Danika cukup erat. Anehnya Danika sulit menolak, tapi kedua tangannya tak membalas pelukan tersebut.

"Nggak harus nerima aku sebagai orang yang spesial Nik. Aku sadar diri pernah gagal dalam rumah tangga, kamu juga pasti ragu karena itu. Cukup terima aku jadi teman, itu udah sangat berharga buat aku."

"Jehan jangan ngomong gitu."

Tidak ada sedikitpun Danika anggap Jehan pria yang gagal. Mendengar Jehan pesimis, Danika jadi merasa bersalah.

Jehan lepaskan pelukannya lalu beralih menangkup kedua pipi Danika sambil sedikit membungkuk mensejajarkan wajah keduanya dengan cukup dekat.

"Meski kamu nggak bisa menganggap seperti Jehan yang dulu, tapi bahagia terus ya Nik setiap di dekat aku."



Bersambung.....




7 Juli 2024

Jehan DanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang