15❤️‍🩹

4 0 0
                                    

》》Menua Bersama 《《

Jehan kemasi beberapa barangnya ke dalam tas. Fokusnya kemudian teralihkan saat ada panggilan telepon masuk dari sang kekasih.

"Pagi sayang," sapa Jehan dengan lembut. Tak lupa ia tekan tanda speaker karena tangannya masih sibuk mengemas.

"Pagi, Je. Udah siap-siap mau berangkat kerja?" Tanya Danika.

"Sepuluh menit lagi paling, Nik."

"Mulai hari ini kamu aku anter jemput ya Je."

"Kenapa Nik? Aku biasa bawa kendaraan sendiri. Lagipula arah Sekolah tempat aku ngajar sama kantor kamu kan berlawanan arah."

"Nggak apa-apa Je. Biar kamu nggak terlalu capek."

"Trus kamu mau aku tega bikin kamu yang capek gitu? Jam pulang kita beda, jalur juga beda gimana aku mau terima kalau nanti kamu kelelahan sendiri."

"Sama sekali nggak Je. Kan aku yang menawarkan diri, please mau ya biar kamu nyaman. Kita juga jadi bisa ketemu setiap hari."

Jehan embuskan napasnya sejenak. Seluruh barang sudah selesai ia kemasi.

"Sayang, kalau mau ketemu setiap hari biar aku aja yang ke rumah kamu. Nggak perlu antar jemput aku."

"Nggak ada penolakan, aku mau otw sekarang ke rumah kamu pokoknya."

"Aku nggak ada di rumah Mama, Nik."

Danika disebrang sana mendadak bingung. "Trus dimana?"

"Di rumah aku."

"Rumah kamu sama mantan istri?"

"Iya. Aku lagi beres-beres barang."

"Oo ya udah." Nada bicara Danika terdengar mulai acuh.

Jehan sadar sudah membuat kekasihnya itu kecewa.
"Jangan salah paham. Aku menginap disini mau beresin barang-barang aku. Rumah ini mau aku jual."

"Berapa?"

"Apanya?"

"Harga rumah kamu?"

"Tiga ratus juta."

"Boleh nego nggak?"

"Buat siapa?"

"Buat aku, aku kebetulan emang lagi cari rumah."

"No. Aku nggak mau jual ke kamu."

"Lho, kenapa? Kamu kan jual itu butuh  pembeli. Ada pembeli langsung kenapa ditolak? Aku bisa bayar cash sekarang kalau kamu mau."

"Nik."

"Kenapa? Masih gamon? Nanti kamu teringat terus ya kalau aku beli dan ngajak kamu tinggal disana?"

"Danika, nggak gitu."

"Ya udahlah terserah. Aku nggak jadi jemput, nggak jadi beli rumah kamu juga."

"Sayang, Danika."

"Aku berangkat."

Sambungan telepon dimatikan sepihak oleh Danika. Jehan pasrah, jika sudah begini tidak bisa hanya bicara via telepon. Harus ia temui gadisnya yang sudah salah paham itu.






❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Sampai di sekolah tempatnya mengajar, sebelum bel masuk berbunyi Jehan memanfaatkan waktu untuk menghubungi Ibunda Danika. Bukan tanpa alasan, Danika dewasa sungguh sangat berbeda sikapnya dengan Danika remaja yang Jehan kenal. Maka dari ikut Jehan ingin tau apa yang membuat Danika berubah drastis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Jehan DanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang