sembilan || Sakura, berikan waktumu untuk ku lebih banyak lagi

135 22 3
                                    

Mengenai kedua orangtuanya yang selalu bertengkar, membuat Togame belajar untuk membiasakan diri. Sehingga dia pun akhirnya terbiasa, bahkan ketika keduanya saling memecahkan barang-barang yang berharga. Togame tidak langsung menengahi, ataupun mengatakan beberapa hal seperti dulu.

Togame bukannya menyerah, dia hanya ingin kedua orangtuanya memahami keinginannya. Tanpa perlu Togame jelaskan, lagian jika memang Togame berharga. Maka dia akan tetap di jaga.

"Apa-apaan kau ini, kenapa harus aku yang disalahkan? Aku juga bekerja keras demi Jo. Kalau kau memang sudah bosan, kenapa tidak langsung bercerai?!" Bentak pria baya itu pada istrinya.

Bahkan saat pertengkaran itu berlangsung, Togame ada di dekat mereka. Dia sedang memakan makannya, makan malam yang sebenarnya terasa hambar. Bagaimana tidak, meskipun sudah membiasakan diri bukan berarti dia benar-benar terbiasa.

Togame tidak ingin melihat kedua orangtuanya terus seperti ini. Namun, sayang sekali. Dia bahkan tidak memiliki kuasa apapun.

"Jika kita bercerai, apa itu akan menyelesaikan semuanya?" Lantas sang istri pun bertanya balik.

"Semuanya akan selesai jika kita bercerai."

"Dan aku juga akan selesai," sahut Togame yang meletakkan sendoknya di atas piring dengan kasar. Sehingga membuat suara dentingan yang kuat pula.

Kedua orangtuanya pun menatap ke arah Togame, mereka tidak mengerti maksud dari perkataan anaknya. Seseorang yang biasanya diam, dan tidak mengatakan apapun setelah beberapa bulan ini. Tiba-tiba mengatakan hal yang membingungkan.

Togame juga peka, jika kedua orangtuanya tidak mengerti maksud dari perkataannya.

"Jika kalian menganggap perceraian adalah penyelesaian dari pertengkaran kalian selama ini. Maka aku juga akan memilih mati, karena ketika kalian menyudahi semuanya. Itu tandanya aku tidak seharusnya ada," jelas Togame yang langsung pergi dari sana.

Mendengar perkataan itu, dua orang dewasa yang menjadi orangtuanya pun diam. Mereka tidak mampu mengatakan sepatah katapun.

Togame juga malas memikirkannya, dia sudah sangat muak. Mau sampai kapan dia berdiam diri, dan menahan tubuhnya yang terus gemetar hebat karena pertengkaran itu.

Tidak ada yang namanya terbiasa, Togame hanya mengakui bahwa dia sudah terbiasa. Tanpa menyadari, bahwa dia tidak akan bisa membiarkan diri pada keadaan seperti ini.

Saat berada di dalam kamarnya, Togame mendapati ponselnya berdering. Ternyata tiga panggilan tak terjawab dari Sakura. Dia pun cepat-cepat menelepon balik, karena bagaimanapun dia yang terlambat mengangkat panggilan dari Sakura.

"Togame, kau baik-baik saja kan?" Pertanyaan yang pertamakali Sakura ucapkan adalah kabar Togame.

Bagaimanapun Sakura memang seseorang yang memiliki effort besar pada Togame. Dia mampu menanyakan kabar Togame berkali-kali, tanpa merasa bosan. Lagian yang dilakukannya itu, hanya untuk memastikan bahwa Togame benar-benar baik saja atau tidaknya.

"Langit malam ini lebih indah dari sebelumnya. Jadi, kenapa aku tidak baik-baik saja? Sedangkan langit saja menyembuhkan luka-luka ku," jawab Togame yang tidak berbohong sama sekali.

Di sebrang sana Sakura sebenarnya sedang tersenyum lebar. Dia senang mendengar keadaan Togame. Tanpa dirinya pertanyakan lagi, bagaimana keadaannya dengan kedua orangtuanya itu.

Sakura melupakan pertanyaan penting itu, seharusnya dia mempertanyakannya hal itu terlebih dulu.

"Ada apa kau sampai menelpon ku?" Togame pun bertanya hal sedemikian, untuk mengubah topik pembicaraan. "Aku ingin kita cepat-cepat bertemu, karena aku ingin menghabiskan waktu bersamamu."

Beritahu Indahnya Langit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang