dua || cobalah lihat ke arah langit

154 25 2
                                    

Seperti hari-hari biasanya, Togame hanya menghabiskan waktu istirahatnya di rooftop sekolah. Sambil mendengarkan musik, Togame menutup kedua matanya. Dia menikmati angin yang tiba-tiba terasa nyaman itu.

Hingga suara langkah kaki seseorang terdengar, Togame yang tidak suka jika di ganggu oleh kedatangan seseorang pun. Langsung mengubah posisinya dari rebahan, menjadi duduk.

"Ternyata kau ya, Sakura," ucap Togame yang menghela napasnya.

Sakura pun tersenyum tipis, dia juga melambaikan tangannya. Akhir-akhir ini mereka juga semakin dekat, dan sudah tiga minggu lebih Sakura menjadi murid pindahan.

Selama tiga minggu itu, Sakura hanya dekat dengan beberapa orang saja. Dia juga ti mengenali banyak teman sekelasnya, bahkan Sakura tidak berbincang-bincang dengan mereka. Bukan karena Sakura sengaja, dia memiliki alasannya tersendiri. Dan alasannya pun sama seperti Togame.

"Choji sama Umemiya ikut rapat OSIS, mereka katanya suka ikut-ikutan. Makanya di kelas aku sendirian, dan aku tahu kau pasti di sini," kata Sakura yang duduk di dekat Togame.

"Tadi aku ingin mengajakmu, tapi kau tertidur lelap. Kau suka tidur ternyata, ya. Padahal sensei masih menjelaskan pelajarannya di depan sana. Beruntung saja kau berada di bangku belakang, jadi dia tidak akan terlalu memperhatikan," ujarnya sambil membuka tutup botol air mineralnya.

Sakura juga tidak menyangka, jika dia masih saja menjadi tukang tidur. Padahal dia berjanji akan berubah, dan menjalani kehidupan barunya di sekolah barunya nanti.

Tapi, kenyataannya justru belum ada perubahan sama sekali. Dia juga belum bisa dekat dengan teman-teman sekelasnya, jika bukan mereka yang mendekatinya terlebih dulu. Seperti Choji dan Umemiya.

Sementara Togame, dia bisa dekat dengannya karena memiliki kepribadian yang sama. Yang ternyata, hal itu bisa menjadi sefrekuensi. Padahal Sakura mengira, jika kepribadian yang serupa akan menghambat komunikasi diantara keduanya. Akan tetapi, hal seperti itu tidak berlaku padanya dan Togame.

"Di sekolahku dulu, aku suka membolos di dekat gudang. Di sana tidak akan ada guru yang tahu, dan sebenarnya aku menyesal karena membolos di sana," kata Sakura yang justru menceritakan tentang dirinya.

Togame pun melepaskan earphone yang menyumbat kedua telinganya itu. Dia lantas menatap Sakura dengan lekat, dan memang tertarik akan ceritanya.

"Apa yang membuatmu menyesal? Apa karena kau membolos?" Tanyanya yang di buat penasaran.

Pertanyaan itu justru terdengar lucu bagi Sakura. Dia tertawa kecil, dan kemudian menjawab pertanyaan Togame. "Bukan karena aku menyesal membolos, aku suka membolos. Aku hanya menyesal, karena di gudang itu aku tidak bisa melihat langit dengan jelas."

Lagi-lagi Sakura mengatakan tentang langit. Togame tidak mengerti, kenapa harus langit.

"Kau menyukai langit? Tapi kenapa?" Kini Togame mulai berani menanyakan banyak hal pada Sakura. Padahal sebelumnya dia tidak berani mempertanyakan apapun.

Karena Togame bukan pembicara yang baik, dia hanya takut jika salah bicara saja.

"Kenapa juga kau tidak tahu keindahan langit? Kenapa kau menatap langit biasa-biasa saja. Lihatlah dengan baik, langit itu indah," ucap Sakura yang menjelaskan betapa indahnya langit menurutnya itu.

Akan tetapi, Togame masih belum mengerti. Dia juga tidak mengistimewakan langit sama sekali. Melihatnya saja Togame menganggapnya biasa-biasa saja, tidak ada yang indah sama sekali.

Hingga akhirnya saat Sakura berada di dekatnya. Anak itu selalu mengatakan tentang langit. Dia yang pendiam, mendadak banyak bicara jika sedang membicarakan langit.

Beritahu Indahnya Langit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang