satu || yang masih belum terbiasa

217 31 0
                                    

Togame tidak mudah bersosialisasi, dia juga tidak pandai berbicara pada orang-orang. Hal itu bukan di karenakan Togame sengaja, dia memang tidak bisa melibatkan dirinya di tengah-tengah keramaian.

Kulitnya yang putih dan sedikit pucat itu, sudah menjadikan dirinya selayaknya seorang hantu. Teman-teman sekelasnya juga mengatakan itu padanya, dan Togame yang sempat mendengarnya pun tidak bisa menyela. Itu kenyataannya, Togame bahkan tidak bisa marah.

"Boleh aku lihat buku pelajaranmu? Aku lupa membawa buku ku," ucap seseorang yang kini menjadi teman sebangkunya itu.

Dari awal dia duduk di dekat Togame, mereka tidak saling menyapa. Bahkan Togame tidak menganggap keberadaannya itu ada. Togame memang tidak peduli dengan keadaan sekitarnya, dan justru memiliki seorang teman sebangku. Yang kemungkinan memiliki sifat yang sama sepertinya.

Togame tidak menjawabnya, dia hanya meletakkan buku pelajarannya di tengah-tengah meja. Yang membuat keduanya pun bisa melihatnya bersama-sama.

"Terimakasih."

Mendengar seseorang mengatakan terimakasih padanya, Togame langsung menoleh. Dia sangat terkejut mendengarnya, biasanya saja dia hanya mendengar orang-orang mengatakan kata maaf. Karena telah menganggu waktu tidur Togame, ataupun membuat Togame terganggu akan keributan yang mereka buat.

Walaupun kenyataannya tidak seperti itu, orang-orang justru menganggapnya demikian. Togame memang sudah di takuti dari awal, sekalipun dia tidak memiliki niat jahat sama sekali.

"Siapa namamu?" Akhirnya Togame pun menanyakan tentang nama cowok yang menjadi teman sebangkunya itu.

Cowok itu pun menatapnya, dia sampai menghela napasnya secara perlahan. Seolah-olah memperkenalkan diri itu, perihal yang sulit.

"Sakura Haruka."

"Ah aku Togame Jo, se-semoga kita bisa lebih akrab lagi," katanya yang langsung mengalihkan tatapannya ke arah lain.

Jujur saja, ini pertamakali nya Togame bersikap seperti ini. Bagaimanapun dia tidak pernah memperkenalkan dirinya, secara empat mata. Togame itu pemalu, dengan wajahnya yang terlihat mengerikan. Orang-orang pun salah paham, dia yang berkeinginan menjadi karakter protagonis, justru di sangka telah menjadi si antagonis.

Setidaknya Togame memiliki teman sebangku, yang tidak menganggapnya seperti itu. Keduanya juga tidak jauh berbeda, saat Sakura terdiam. Dan sangat serius mendengarkan penjelasan dari guru.

Dia akan membuat ekspresi wajahnya tampak mengerikan. Sementara dengan kenyataannya, bisa jadi sebaliknya.

"Kalian berdua, mau satu kelompok sama kita?" Tanya Choji yang kini menatap ke arah keduanya.

Dari sekian banyaknya teman-teman di kelasnya, tidak ada seorangpun yang berani mengajak Togame dan Sakura untuk satu kelompok dengan mereka. Tapi, Choji justru berbeda. Dia sangat berani, dan mungkin menatap Togame dengan tatapan yang berbeda pula.

Barangkali karena Choji itu naif, dia tidak pernah merasa takut. Semua orang di sama ratakan olehnya, meskipun dia memang tidak pernah dekat dengan Togame. Dan terkadang pula mengabaikannya.

"Setiap kelompok beranggotakan empat orang, tapi kita cuma berdua. Jadi kalian harus ikut ya," sambung Umemiya yang menepuk pundak keduanya secara bergiliran.

Keduanya pun terkejut, menatap dengan kebingungan. Karena baru mengetahui, jika di kelas ini. Ada seseorang yang mau mengajaknya untuk satu kelompok. Bahkan memperlakukannya dengan baik pula, dia tidak membeda-bedakan sama sekali.

Pada akhirnya mereka pun tidak bisa menolaknya. Tentu saja ini kesempatan yang langka bagi mereka. Togame dan Sakura, ingin di kenal dengan baik. Bukan hanya di pandang sebelah mata saja.

Beritahu Indahnya Langit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang