enam || beritahu Indahnya langit

100 18 0
                                    

Sudah banyak hal yang telah terlewatkan, Togame melepaskan segala kebahagiaannya hanya untuk mencari tahu sebuah alasan. Alasan kenapa dia mesti bertahan di dunia ini. Dia tidak tahu apapun, karena menurutnya manusia tidak perlu bertahan hidup. Karena pada akhirnya dia pun akan mati.

Anehnya banyak sekali manusia yang berusaha untuk bertahan hidup lebih lama lagi di dunia ini. Apakah kehidupan di dunia itu menarik? Bagi Togame tidak ada yang menarik.

Apalagi jika terdapat konflik di dalam kehidupan. Seperti yang terjadi dalam hidup Togame, dia muak menghadapi segala permasalahan-permasalahan yang ada. Sekalipun dia berkeinginan untuk tidak terlibat.

Konflik itu terjadi karena kedua orangtuanya yang tidak lagi mencintai satu sama lain. Mereka terus mempermasalahkan hal-hal yang tidak masuk akal. Seakan-akan hal seperti itu perlu untuk dipermasalahkan. Seperti berhenti saja untuk bekerja lembur, ataupun memilih untuk menjadi seorang pengangguran.

Togame sama sekali tidak mengerti tentang permasalahan kedua orangtuanya. Mereka hanya menyalahkan satu sama lain, hingga pada akhirnya mereka akan pergi sendiri-sendiri. Membiarkan Togame yang menatap keduanya dengan penuh harap. Tentunya Togame berharap jika mereka, tidak perlu lagi berdebat.

Lagian mereka tetaplah orangtuanya, seseorang yang sama-sama berjuang demi membuat Togame merasakan hidup yang bahagia. Mendapatkan tempat untuk berpulang seperti sekarang saja sudah cukup. Tapi, keduanya tetap mempermasalahkan hal-hal kecil. Apalagi jika sudah membanding-bandingkan penghasilan siapa yang lebih banyak.

"Kau saja tidak bisa mempertahankan pekerjaanmu waktu menjadi dokter. Kalau begitu memang lebih baik kau berhenti saja bekerja selamanya, akan lebih baik jika aku menjadi pengangguran," kata sang ayah pada wanita baya yang berada di depannya itu.

"Bodoh kau ya, aku berhenti menjadi dokter karena memikirkan Togame. Memangnya kau bisa mengurusnya dengan baik? Lagian aku tetap berpenghasilan. Tidak seperti kau, yang justru bertahan di perusahaan swasta itu," balasnya yang tidak mau kalah.

Togame tidak mengerti, kenapa orangtuanya harus melakukan perdebatan semacam ini. Padahal keduanya merupakan seseorang yang dulunya saling mencintai. Apa karena masanya sudah habis, sehingga mereka tidak lagi mencintai satu sama lain.

Tidak mau jika keduanya terus berdebat, dan mengatakan hal-hal yang tidak ingin Togame dengar. Dia pun mencoba untuk menengahinya, berdiri di tengah-tengah keduanya. Dan berusaha untuk mengatakan hal-hal yang mampu membuat keduanya diam.

Togame juga tidak memiliki pilihan, di sini dia membutuhkan ketenangan. Hanya saja dirinya yang mesti melakukannya sendirian.

"Aku ingin tenang, apa kalian tidak bisa diam?" Kata Togame menatap secara bergiliran ke arah orangtuanya. "Jika masih menyayangiku, tolong sudahi saja perdebatan ini. Aku hanya butuh ketenangan."

Namun, perkataan Togame tidak di anggap selayaknya permintaan dari seorang anak. Ayahnya justru mendorong Togame, dia kembali mengatakan beberapa hal yang membuat wanita baya itu murka nantinya.

Kenapa orangtuanya benar-benar tidak bisa bersikap dewasa. Mereka terlihat sangat kekanak-kanakan.

"Tolong berhenti!" Seru Togame karena tidak tahan lagi mendengarkan perdebatan itu. "Kalian bukan anak kecil lagi, kalian duluan adalah orang-orang yang menyayangiku. Tapi kenapa kalian memperdebatkan hal yang tidak perlu?"

Kesal jika Togame justru memotong perkataannya, sang ayah pun tanpa sadar menampar Togame. Cowok itu sampai memalingkan wajahnya ke arah lain, karena tampan kuat dari ayahnya.

Sang ibu langsung panik, dia menyentuh pipi Togame yang memerah akibat tamparan tersebut.

"Kau ini apa-apaan?!" Bentak sang ibu tidak terima Togame mendapatkan tamparan itu. "Kau boleh mengatakan banyak hal yang merendahkanku, bahkan kau boleh menamparku sepuasmu. Tapi jangan Togame, dia tetaplah anakku."

Beritahu Indahnya Langit [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang