Tujuh tahun kemudian...
Hidup Gulf semakin bahagia karna kehadiran sosok putra semata wayangnya yang selalu menghiburnya di kala lelah setelah bekerja seharian, melihat tingkah dan senyuman putranya sudah menjadi obat dari segalanya, bahkan jika di perlukan ia tidak ingin lagi sosok pendamping karna baginya putranya sudah cukup untuknya.
"Kemana perginya dia, masih pagi sudah tidak ada di kamarnya,"
Sejak setengah jam yang lalu Gulf mencari Putranya itu, setiap kali ia sudah membuka pintu pasti putranya itu akan melarikan diri darinya.
"Pasti dia ada di Klinik Phi Dew, astaga terkadang sikapnya itu sangat menyebalkan sekali,"
Dengan masih menggunakan ampron Gulf mencari Putranya di klinik Dew karna tidak ada lagi selain tempat ia bermain selain disana, putranya itu selalu bercita-cita ingin menjadi dokter seperti Dew atau Nani.
"Win!!"
Saat mendengar suara Papa nya bocah enam tahun itu bersembunyi, karna ia sudah sangat paham jika nanti Papa nya tidak akan berhenti bicara sepanjang hari.
"Papa tau kau ada disini, ayo cepat keluar jika tidak hari ini Papa akan benar-benar melarang mu untuk bermain,"
Hanya dengan sedikit ancaman Win-pun keluar dari persembunyiannya, lalu menghampiri Papa nya yang sudah bertolak pinggang dengan wajah tak bersahabat.
"Papa!"
"Kau ini, belum mandi belum sarapan sudah keluyuran, bahkan uncle pun belum membuka kliniknya kau sudah ada disini saja, Win mau membuat Papa marah?"
"Tidak Pa, Win minta maaf," Ucap nya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
"Papa hanya hawatir dengan Win, lihat di ruangan uncel banyak benda tajamnya sayang, jika Win bermain benda tajam itu tanpa pengawasan uncle nanti tangan Win bisa terluka, Win tidak inginkan membuat Papa sedih dan hawatir?"
"Win minta maaf Pa, hiksss.."
"Sudah jangan menangis, lebih baik kita pulang, jika nanti uncel sudah datang Win boleh main kesini lagi,"
"Iya Pa!"
Percayalah Win tidak pernah membantah Papa nya, setiap hari melihat Papa nya lelah sehabis berjualan bunga tentu saja membuat Win tidak mau membuat Papa nya marah, namun anak-anak tetaplah anak-anak rasa ingin bermainnya tentu saja lebih dominan karna ia selalu merasa kesepian jika harus di rumah sepanjang hari.
"Papa masak apa hari ini?"
"Masak brokoli dan ayam goreng mentega kesukaan Win, ayo di makan selagi masih hangat,"
"Pa, lain kali Win ingin makan Pizza, boleh tidak?"
"Nanti, jika Papa ada rezeki lebih kita makan Pizza, sekarang makan yang ada saja dulu ya,"
Win ingin makan Pizza seperti konten youtube anak-anak yang sering ia tonton, melihat anak-anak itu makan begitu lahap membuatnya menjadi sangat penasaran, ia ingin sekali mencobanya seenak apa rasa Pizza itu hingga semua orang menyukainya.
"Maafkan Papa ya sayang, Papa janji jika nanti ada rezeki kita pergi jalan-jalan dan Win boleh minta apapun yang Win mau, Papa kan juga harus menabung untuk Win sekolah nanti,"
"Sekolah? Win mau sekolah Pa,"
"Bulan depan Win sudah mulai sekolah, dan itu artinya Win harus mengurangi kegiatan mainya, dan harus belajar,"
"Nanti Win akan memberi tau uncle Dew dan Nani, pasti mereka senang mendengarnya,"
"Uncle Joss tidak di beritau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesalahan Yang Sama (Tahap Revisi)
RomanceCerita cinta yang begitu rumit dan membuat emosi... Akankah berakhir happy ending?