Extra Part 1: You are perfect, just the way you are

305 27 14
                                    

Pandu mengamati wajah gadis yang tertidur di sebelahnya. Digesernya kepala gadis itu yang semula bersandar ke jendela pesawat agar ganti bersandar ke bahunya. Gadis yang kini telah sah menjadi istrinya itu tampak lelap dengan menyimpul senyum. Segala sesuatu yang gadis itu punya selalu berhasil membuat Pandu jatuh cinta, berkali-kali dan tanpa henti.

Menikah secepat itu mungkin memang terdengar nekat untuk dua orang yang banyak membawa beban masa lalu. Perkenalan mereka terbilang singkat dan dimulai dengan sebuah ketidaksengajaan. Akan tetapi, tanpa bisa dijelaskan dengan logika, hati mereka memilih untuk saling terikat pada satu sama lain.

Dari celah jendela, Pandu mengagumi lembayung senja dengan berkas warna keunguan di cakrawala. Kapten pesawat mengumumkan mereka sebentar lagi akan mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai. Awalnya Pandu dan Vio tidak merencanakan bulan madu karena tidak tega meninggalkan Yudhis sendirian. Kebetulan Maharani ada jadwal fashion show di Hong Kong. Namun, kemarin Arumi menyodorkan dua tiket pesawat dan paket bulan madu sebagai hadiah pernikahan Pandu dan Vio. Arumi juga menawarkan diri untuk menjaga Yudhis selama Pandu dan Vio pergi.

"Pak, mohon tegakkan sandaran kursinya!" Seorang pramugari mengingatkan.

Pandu terpaksa membangunkan Vio agar dapat menegakkan sandaran kursi yang diduduki Vio. Cara gadis itu mengucek mata membuatnya gemas. Setelah kesadarannya kembali, Vio buru-buru mengeluarkan ponsel untuk bercermin. Diusapnya sudut bibir dengan malu.

"Ternyata kamu ngileran kalau tidur," ledek Pandu sambil menahan tawa.

Vio memukul lengan Pandu karena kesal, tetapi justru dia yang mengaduh. Otot lengan suaminya yang liat terasa keras dan menyakiti buku jarinya. Pandu meraih tangan itu dan menciumnya lembut.

"Tapi tetap cantik kok."

Gadis itu memalingkan muka ke jendela untuk menyembunyikan pipinya yang serupa garis jingga di langit senja.

"Gombal!" desis Vio sebal

"Tapi senang kan?"

"Nggak."

"Ya sudah kalau gitu, saya janji deh nggak bakal gombalin kamu lagi."

"Ya, nggak gitu juga," protes Vio ketika mendengar usulan suaminya.

Pandu tergelak dan mengacak rambut sang istri. Dulu dia pikir tidak akan bisa jatuh cinta lagi karena hatinya terlanjur terluka dan patah. Ternyata dia salah. Masih ada yang mau menerima segala ketidaksempurnaan yang dia punya. Masih ada yang mampu meyakinkan dirinya untuk berani meninggalkan bayang-bayang kegagalan yang selama ini membelenggunya.

"Kalau gitu aku janji mulai hari ini bakal ngegombalin kamu tiap hari," bisik Pandu seiring dengan roda pesawat menjejak bumi.

* * *

Gelak tawa Vio memenuhi kamar hotel. Dia sedang mengobrol dengan Yudhis melalui panggilan video. Saking asyiknya, sampai-sampai dia tak menyadari bahwa Pandu telah keluar dari kamar mandi dan kini berdiri di belakangnya.

"Hai Yudhis, kamu lagi di mana?" tanya Pandu ikut melibatkan diri dalam obrolan. Dia merapat ke arah Vio agar dapat tertangkap kamera.

"Hai Papa. Aku lagi jalan-jalan di mall sama Tante Arumi. Tadi aku habis dapat hadiah boneka pas main di timezone," jawab bocah laki-laki itu dengan riang.

Aroma sabun dan sampo yang menguar dari tubuh Pandu membuat jantung Vio berdetak kencang. Membuatnya sadar bahwa ini adalah pertama kalinya mereka berduaan saja setelah menikah. Selama tiga hari di Cirebon, mereka terlalu sibuk menerima tamu sampai kelelahan dan langsung tertidur ketika malam tiba, itupun ada Yudhis yang turut tidur bersama mereka.

Let Me Love You, Violet. (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang