Pandu bolak-balik memeriksa ponsel. Pesan yang dia kirimkan kepada Vio belum juga dibalas. Entah kenapa dia menunggu-nunggu jawaban Vio seperti anak remaja yang sedang kasmaran saja. Padahal, dia hanya ingin memastikan apakah rencana mereka malam nanti masih sesuai jadwal.
Sudah sejak tiga hari lalu mereka berencana pergi menonton minikonser yang diselenggarakan Ale di salah satu kafe. Pandu berencana memperkenalkan Vio kepada Ale, seperti yang telah dia janjikan sebulan lalu. Tawaran Pandu disambut Vio dengan antusias. Selama tiga hari terakhir, Ale selalu menjadi topik pembahasan mereka dalam perjalanan menuju kantor.
Sebulan terakhir Pandu dan Vio memang nyaris setiap hari berangkat ke kantor bersama. Vio akhirnya menerima tawaran Pandu ketika pria itu mengungkapkan bahwa kehadiran Vio mampu mengusir kantuk saat menyetir. Tentunya, Yudhis juga turut mengambil peran membujuk Vio.
Sebelum turun dari mobil Pandu, Vio mengemukakan kemungkinan dia harus bekerja lembur. Hal itu membuatPandu gelisah. Tanpa Pandu sadari, ternyata dia menanti-nantikan kedatangan hari ini. Dia tidak rela jika rencananya bersama Vio malam itu harus batal.
"Pandu. Ayo kita segera on air." Floor director yang sedang bertugas sore itu mengingatkan Pandu untuk segera bersiap di posisi.
Wanita yang menjadi partner siaran Pandu telah stand by di kursinya. Pandu terpaksa menyerahkan ponselnya kepada salah satu kru untuk disimpan selama proses syuting. Walau pikirannya sedang mengembara, dia tetap harus bersikap profesional. Sambil mengatur dudukan kursi, Pandu melakukan senam wajah agar lebih rileks. Kamera satu mulai menyorot wajahnya secara close up seiring dengan aba-aba yang diberikan sang floor director. Tepat di hitungan ketiga, Pandu tersenyum lebar menyapa para penonton di depan televisi. Untuk sejenak, Pandu harus mengenyahkan bayang-bayang Vio dari kepalanya.
* * *
Hal pertama yang Pandu cari usai siaran adalah ponselnya. Begitu ponsel itu berada di tangannya, jemari Pandu dengan lincah langsung memeriksa kotak pesan. Saat melihat nama Vio muncul di deretan teratas, Pandu menepi ke ruang komunal dan memilih duduk di salah satu sofa yang kosong. Entah kenapa, pria itu merasa dadanya berdentum tak karuan.
Setelah menarik napas dalam-dalam, Pandu membaca pesan Vio.
Vio 503 :
Aku nggak jadi lembur malam ini.
So ...
I can watch the concert with you.
Pandu buru-buru mengetik balasan. Senyumnya terkembang makin lebar. Pandu tidak mengerti kenapa membaca pesan dari Vio dapat membuatnya merasa sesenang itu. Yang jelas, segala penatnya langsung hilang tak bersisa begitu dia membaca pesan dari Vio. Tanpa menunggu lama, Pandu langsung mengetikkan balasan.
Great!
I will pick you up at 6.
Nama Vio berkedip-kedip, menandakan bahwa gadis itu sedang mengetik. Pandu tanpa sadar mengetuk-ngetukkan jarinya ke casing ponsel, tidak sabar menunggu chatt berikutnya dari gadis itu.
Vio 503 :
Nggak usah. Mas share loc saja.
Nanti kita ketemu di sana.
Biar nggak ngerepotin Mas Pandu.
Ekspresi Pandu berubah seketika. Keningnya berkerut, sampai-sampai kedua alisnya terlihat menyatu. Dia sedang merangkai jawaban yang mampu membuat Vio berubah pikiran.
![](https://img.wattpad.com/cover/233272324-288-k99321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You, Violet. (Tamat)
RomansaSejak kedua orang tuanya bercerai, Vio tak lagi percaya pada cinta dan pernikahan. Hatinya sudah terlanjur patah. Baginya, janji setia sampai mati hanyalah bualan. Lebih baik dia menghabiskan hidup dalam kesendirian daripada harus merasakan sakitnya...