Akhirnya jadwal yang sejak tadi Yudhis nanti-nantikan tiba juga. Wali kelasnya telah memanggil para siswa kelas dua untuk berbaris rapi di depan bakiak masing-masing. Sebagian besar siswa mengikuti lomba bersama ibunya, tetapi ada juga yang ikut bersama kakak, tante, atau pengasuhnya. Yudhis tentu saja berpasangan dengan Vio sesuai rencana semula.
"Nanti Yudhis yang kasih aba-aba ya! Kanan-kiri, kanan-kiri, begitu. Nggak perlu buru-buru, yang penting kita nggak jatuh sampai garis finish," bisik Vio sambil sedikit membungkukkan badan ke arah Yudhis.
"Oke, Tante!" seru Yudhis penuh semangat.
"Are you ready?" tanya seorang guru perempuan melalui pelantang.
"Ready, Miss!" jawab Yudhis dan para siswa lainnya dengan penuh semangat.
Vio memegang pundak Yudhis di depannya. Ini bukan pertama kalinya dia ikut lomba bakiak, tetapi biasanya dia akan bertanding dengan sesama orang dewasa. Untung saja badan Vio tergolong mungil untuk ukuran wanita dewasa. Hal itu membuat mereka lebih mudah menyelaraskan langkah.
Guru yang bertugas sebagai wasit meniup peluit. Para peserta pun berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama sampai di garis akhir, tak terkecuali Vio dan Yudhis.
***
Di pinggir lapangan, Pandu memotret aksi putranya dengan kamera mirrorless yang sengaja dia bawa. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Pria itu menoleh dan mendapati Kevin telah berdiri di sampingnya.
"Yang ikut lomba bareng Yudhis siapa, Ndu? Pacar baru? Dah berhasil move on, Lo?" tanya Kevin tanpa basa-basi. Matanya mengerling ke arah lapangan, tempat Yudhis dan Vio tengah berlomba.
Kedua pria itu telah saling mengenal semenjak kuliah. Bahkan istri Kevin, Ajeng, dulu pernah menjadi model dan satu agensi dengan Maharani. Setelah melahirkan Keenan, Ajeng berhenti menjadi model dan fokus menjadi ibu rumah tangga. Sesuatu yang dulu pernah Pandu minta kepada Maharani, tetapi mantan istrinya itu lebih memilih mengejar kariernya sebagai supermodel.
Keenan hanya setahun lebih tua dari Yudhis dan kini duduk di kelas dua. Putra pertama Kevin dan Ajeng itu cukup akrab dengan Yudhis. Jika Pandu sedang ada pekerjaan yang mengharuskannya pulang malam atau ke luar kota, Yudhis kadang dititipkan di rumah Kevin dan Ajeng. Wanita yang biasa menemani Yudhis sepulang sekolah hanya dapat tinggal sampai pukul delapan malam. Pandu memang sengaja tidak menyewa pengasuh penuh waktu karena tidak nyaman jika ada orang asing yang menginap di rumahnya.
"Oh, hai Pandu. Itu Yudhis ikut lomba bareng siapa?"
Belum sempat Pandu menjawab pertanyaan Kevin, Ajeng yang baru kembali dari toilet juga mengajukan pertanyaan yang sama. Pandu sering merasa heran dengan kekompakan pasangan itu. Dia curiga Kevin dan Ajeng dapat berkomunikasi lewat telepati karena saking seringnya mereka saling melengkapi kalimat masing-masing.
"Nah, kan. Aku juga tanya hal yang sama tadi, Babe. Belum dijawab, nih, sama si Pandu," ujar Kevin sambil melingkarkan lengan di pundak istrinya.
"Tetangga gue," jawab Pandu sekenanya. Jika sedang bercakap-cakap dengan kawan-kawan lamanya, gaya bicara Pandu memang berubah menjadi lebih santai.
"Tetangga apa ... 'tetangga'?" sindir Kevin sembari membentuk tanda kutip dengan kedua tangannya. "Mana ada tetangga doang mau nemenin anak lo ke acara family gathering."
Ajeng terkikik geli. Pasangan suami istri itu memang selalu berada di kubu yang sama dalam urusan meledek Pandu. Keenan yang belum mengerti pembicaraan ketiga orang dewasa itu memilih sibuk dengan game console yang dia bawa.
"Seriusan. Itu si Yudhis kemarin habis dapat telepon dari Rani langsung lari ke lobi terus nodong Vio buat gantiin ikut lomba.." Pandu berusaha mengklarifikasi tuduhan kedua temannya itu sambil tetap mengarahkan kameranya pada Yudhis dan Vio yang sedang berjuang menjadi pemenang. Dengan begitu, dia berharap Kevin maupun Ajeng tidak akan menyadari wajahnya yang memerah.
![](https://img.wattpad.com/cover/233272324-288-k99321.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Me Love You, Violet. (Tamat)
RomanceSejak kedua orang tuanya bercerai, Vio tak lagi percaya pada cinta dan pernikahan. Hatinya sudah terlanjur patah. Baginya, janji setia sampai mati hanyalah bualan. Lebih baik dia menghabiskan hidup dalam kesendirian daripada harus merasakan sakitnya...