1: Tante mau gantiin Mama aku, nggak?

2.4K 190 34
                                    

Serangkai jemari mungil tiba-tiba menyelusup ke telapak tangan Vio. Gadis itu refleks menoleh, urung memencet tombol untuk memanggil lift. Dilihatnya seorang anak lelaki menatap kepadanya dengan mata berbinar-binar penuh harap. Vio langsung mengenali bocah itu. Bocah itu bernama Yudhis dan tinggal di tower yang sama dengannya. Mereka pernah beberapa kali mengobrol di taman depan apartemen.

"Tante mau gantiin Mama aku, nggak?" Yudhis tiba-tiba bertanya. Raut mukanya tampak serius, sementara kedua matanya terus menatap Vio tanpa berkedip.

Vio hanya bisa melongo saat mendengar pertanyaan yang diajukan Yudhis. Gadis itu tidak tahu harus menjawab apa. Selama 25 tahun hidupnya, belum pernah Vio mendapat pertanyaan semacam itu. Untung saja sebelum suasana jadi semakin canggung, seorang pria berlari menghampiri mereka dan membuat Yudhis berpaling dari Vio.

"Yudhis, tungguin papa!" panggil pria itu.

Dalam sekejap, Vio langsung dapat melihat beberapa kemiripan garis wajah pria itu dengan Yudhis. Kini terjawab sudah, kenapa Vio merasa wajah Yudhis familier. Rupanya, bocah itu adalah putra Pandu Satria, seorang penyiar berita di salah satu stasiun televisi ternama.

Selama ini, Vio hanya melihat Yudhis ditemani seorang pengasuh. Dia tidak pernah bertemu dengan Pandu di kompleks apartemen. Pertemuan pertama mereka justru terjadi di stasiun televisi tempat Vio bekerja. Beberapa bulan lalu, Vio sempat menemani salah satu peneliti yang menjadi bintang tamu dalam acara yang dibawakan Pandu. Lembaga Riset tempat Vio bekerja tidak memiliki divisi humas, sehingga hal-hal semacam itu terkadang dilimpahkan kepada staf HRD sepertinya.

Vio refleks menganggukkan kepala untuk menyapa, meski dia ragu Pandu masih mengingatnya. Pertemuan mereka waktu itu hanya sekilas saja dan Vio lebih banyak berinteraksi dengan tim kreatif. Interaksinya dengan Pandu hanya sebatas berada di ruangan yang sama saat briefing sebelum siaran.

"Please, jangan main kabur begitu, Yudhis!" tegur Pandu dengan napas sedikit terengah-engah. Dia menyibak helai-helai rambut yang jatuh menutupi matanya sambil melayangkan tatapan tegas kepada sang putra.

"Yudhis lagi cari orang buat gantiin Mama, Pa," sahut Yudhis dengan ekspresi polos tanpa dosa.

Perkataan Yudhis membuat Pandu menoleh kepada Vio. Bibirnya menyunggingkan senyum canggung, meminta pemakluman. Air mukanya dengan jelas menggambarkan betapa dia merasa tidak enak hati.

"Aduh maaf ya, Mbak. Tolong jangan salah paham. Saya rasa maksud Yudhis, cari pengganti untuk ikut lomba bakiak besok. Mamanya baru ngasih tahu kalau nggak bisa hadir di acara family gathering yang diselenggarakan sekolah Yudhis besok," jelas Pandu kikuk sembari menggaruk belakang telinga.

"Nggak apa-apa, Pak. Namanya juga anak-anak," jawab Vio tidak kalah kikuk. Dia bersyukur maksud pertanyaan Yudhis bukan seperti yang dia kira. Malahan, kini dia merasa geli sendiri karena sempat berasumsi yang tidak-tidak. Tadi, sempat terlintas di pikirannya bahwa Yudhis sedang mencari sosok pengganti ibu dalam arti sebenarnya. Sebuah pemikiran yang bodoh dan memalukan. Mana ada seorang anak kecil yang dengan entengnya meminta perempuan yang hanya ditemuinya sekali dua kali menjadi ibunya.

"Padahal Yudhis sudah latihan terus biar menang." Yudhis memanyunkan bibir. Terlihat jelas bahwa bocah itu kecewa.

"Ya, sudah. Besok sama papa saja ikut lombanya," bujuk Pandu. Diulurkannya tangan untuk mengajak Yudhis pergi. Namun, bocah itu justru makin mempererat genggaman tangannya pada Vio, seakan tidak ingin melepaskannya.

"Nggak bisa, Papa. Kata Miss Selena, yang boleh ikut lomba bakiak cuma student and female relatives. Bapak-bapak nggak boleh ikut," kata Yudhis dengan suara bergetar.

Let Me Love You, Violet. (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang