10. clue

152 24 0
                                    

Sudah tiga hari, sejak dia bertengkar dengan papanya, Abella masih berada di persembunyiannya. Dia belum ingin kembali ke kota. Hatinya masih sakit dengan pernyataan papanya yang masih mempercayai selingkuhannya.

Mamanya tak pernah salah. Jelas, dia adalah anak dari papanya. Tidak mungkin dari orang lain. Papanya yang sudah gila lebih memilih percaya dengan selingkuh dibanding keluarganya sendiri.

Entah dukun mana yang didatangi oleh selingkuhan itu.

Kini, Abella bercengkrama dengan murid-muridnya di sini. Bercanda atau mengobrol banyak hal.

"Ibu Bella, besok Ibu pulang?" tanya murid ceweknya yang berambut keriting diikat dua.

Abella tersenyum dan menggeleng. "Ibu belum tahu kapan pulang, Sayang."

"Kalau Ibu nanti pulang, belikan oleh-oleh yang banyak, ya, Bu!" seru seorang murid cowok yang duduk persis di depannya.

"Tentu! Mau Ibu bawakan coklat?!"

"Mau!" seru para muridnya dengan senang.

"Oke, kalau Ibu ke sini lagi, Ibu janji bawakan coklat untuk kalian. Sekarang, buka buku kalian, ya."

Abella berada di sebuah pedesaan, jauh dari perkotaan. Tepatnya, Desa Galuh. Di desa inilah tempat mamanya menanam harta, seperti perkebunan teh, vila, dan sekolah gratis untuk murid yang tidak mampu. Sekolah itu sebagai hadiah ulang tahun Abella tahun lalu.

Tentu semua itu tanpa sepengetahuan papanya. Mamanya begitu rapat menyimpan rahasia ini karena apabila terdengar oleh papanya, jelas sekali akan habis dijual dalam sekejap.

Bila perusahaan diambil oleh papanya, maka Abella memiliki perkebunan teh yang sudah bekerja sama oleh tiga merek teh ternama. Keuntungannya melebihi dari perusahaan yang dipegang papanya. Makanya, Abella tak pernah risau bila dia tak mendapatkan perusahaan mamanya.

Namun tetap saja, Abella akan tetap berusaha agar perusahaan itu tak jatuh di tangan yang salah.

*****

"Bell!"

Seseorang menyapanya saat Abella ingin beranjak pulang dari sekolahnya. Gadis itu pun menoleh dan mendapati lelaki tinggi menghampirinya. "Oit, Bang," balasnya.

"Ada mahasiswa KKN pengen ngelaksanain proker mereka di sekolah ini. Lo keberatan nggak, ya?" Namanya, Miko. Orang yang ditugaskan mamanya dari kota untuk mengurus sekolah dan harta lain di desa ini. Usia Miko lima tahun di atas Abella.

Abella melirik sekumpulan mahasiswa KKN berdiri tak jauh dari mereka berbincang. "Boleh, dong. Berapa lama?"

"Cuma sebulan, kok. Wait, gue panggil, ya."

Miko pun kemudian memanggil para mahasiswa itu. Saat mereka mendekat, Abella menyunggingkan senyumnya. Namun, dia terkejut karena salah satu di antara mereka adalah orang Abella kenal.

"Kak Bagas?!"

"Abella?!"

"Udah lama banget nggak ketemu, ya, Kak! Lo apa kabar?" tanya Abella sambil mendekat lelaki itu.

"Baik, kok. Lo sendiri apa kabar, Bell?"

"Baik banget," sahut Abella. "Congrats, ya, kemarin baru tunangan."

"Terima kasih, Bell. Kapan-kapan nongkrong, yuk. Selesai gue dari KKN ini."

Abella mengangguk mantap. "Atur aja nanti, Kak. Tapi, awas aja sampai CLBK ke Winny."

"Yaelah, nggak bakal. Sekarang, gue udah cinta mati sama cewek gue sekarang. Doain langgeng, ya."

"Amiiiin." Karina kemudian berdeham usai melihat sekitarnya yang hanya diam menatap mereka. "Maaf ya, ketemu temen lama. Jadi, kebablasan gini."

JevanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang