Bayang Bayang Cinta

21 7 0
                                    

                                 •
                                 •
                   Selamat Membaca
                                 •
                                 •




Keesokan harinya, seperti biasa, aku bangun pagi dan bersiap-siap untuk menjemput Cordelia. Momen indah semalam masih terpancar dalam ingatanku. Aku berharap hari ini akan sama baiknya, meski bayang-bayang Clara dan Nathan terus mengganggu pikiranku.

Saat hampir sampai di rumah Cordelia, aku melihat dia sudah menungguku di depan. Dia mengenakan gaun musim panas seperti biasa yang sederhana namun anggun, dengan senyum manis yang selalu berhasil menghangatkan hatiku. "Hai, ayy. Hari ini aku bawain kamu croissant dan kopi. Kamu pasti belum sarapan, kan?" katanya dengan nada ceria.

"Makasih, ayy. Kamu selalu tahu aja cara bikin hariku lebih baik," jawabku dengan senyum bahagia.

Kami berangkat menuju kampus, diiringi obrolan ringan dan alunan musik yang menenangkan. Saat sampai di kampus, kami berpisah menuju kelas masing-masing. Sebelum berpisah, Cordelia mengingatkanku lagi, "Ayy, ingat ya. Kalau aku ngobrol sama Nathan, kamu jangan cemburu. Kita cuma teman kok."

Aku mengangguk, berusaha mempercayai kata-katanya meski rasa cemburu tetap menyelinap. "Oke, ayy. Aku percaya sama kamu."

Hari-hari berlalu dengan cepat,sudah hampir satu bulan Aku dan Cordelia menjalani rutinitas seperti biasa. Setiap pagi aku menjemputnya, kami ngobrol santai, dan mengingat momen-momen indah yang kami habiskan bersama. Namun, semakin hari, semakin terlihat bahwa Cordelia dan Nathan semakin dekat.

Suatu hari, saat kami sedang berjalan menuju kelas, Cordelia berkata dengan ceria, "Ayy, tadi aku dan Nathan belajar bareng di perpustakaan. Dia banyak bantu aku untuk mengerti materi yang susah."

Aku mencoba tersenyum, tapi dalam hatiku, ada rasa sakit yang mendalam. "Baguslah kalau begitu. Kamu butuh teman belajar yang pintar seperti Nathan," kataku, berusaha terdengar ikhlas.

Namun, rasa sakit itu semakin kuat setiap kali aku melihat mereka bersama. Mereka sering tertawa dan berbicara dengan akrab, dan itu membuat hatiku terasa seperti diremas. Meski Cordelia selalu meyakinkanku bahwa mereka hanya teman, aku tak bisa menghilangkan rasa cemburu dan khawatir.

Suatu hari, setelah kelas selesai, aku melihat Cordelia dan Nathan berjalan keluar dari perpustakaan bersama. Mereka tampak sangat dekat, dan itu membuatku semakin gelisah. Saat Cordelia melihatku, dia segera menghampiriku dengan senyum lebar. "Ayy, tadi Nathan ngajarin aku materi yang susah banget. Tapi aku jadi paham sekarang!"

Aku hanya bisa tersenyum pahit, "Senang dengarnya. Kamu memang butuh bantuan dari yang ahli deh haha."

Cordelia menatapku dengan penuh perhatian. "Ayy, kamu kenapa? Kamu keliatanya sedih."

Aku menggeleng, mencoba menyembunyikan perasaanku. "Nggak apa-apa ko ayy. Aku cuma capek aja."

Hari itu, ketika aku mengantarnya pulang, suasana terasa sedikit canggung. Cordelia mencoba mencairkan suasana dengan bercanda, tapi aku sulit untuk sepenuhnya menikmati momen itu. Rasa cemburu dan sakit hati terus menghantuiku, membuatku merasa semakin jauh darinya.

Malam itu, setelah mengantar Cordelia pulang, aku duduk di kamarku, memikirkan perasaanku yang semakin kacau. Di satu sisi, aku sangat mencintai Cordelia, tapi di sisi lain, aku mulai merasa perasaanku terhadap Clara semakin kuat. Semua ini membuatku bingung dan tak tahu harus berbuat apa.

Aku tahu aku harus mengambil keputusan. Aku tidak bisa terus menerus merasakan sakit seperti ini. Tapi bagaimana caranya? Bagaimana aku bisa jujur pada perasaanku tanpa menyakiti Cordelia atau Clara?

I LOVE YOU TO THE SUN AND BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang