Cahaya dibalik Awan

25 8 0
                                    

                                  •
                                  •
                    Selamat Membaca
                                  •
                                  •


Cordelia pun mulai luluh dan akhirnya memelukku seraya mengatakan, "Maafkan aku, Lucas. Waktu itu emosi tidak terkontrol, dan terima kasih karena selalu ada buatku. Untuk kemarin, waktu sama Nathan, aku terpaksa. Aku tidak tahu mau bagaimana lagi, akhirnya aku menyuruh Nathan untuk mengantarku pulang," diiringi dengan rintih tangisannya.

Aku merasakan pelukan Cordelia semakin erat. "Terus kenapa kamu nggak kabarin aku? Kan bisa aku anterin pulang," ucapku dengan suara lembut, berusaha menenangkan dirinya.

Cordelia menggeleng pelan. "Aku takut, Lucas. Aku takut menyakiti hatimu lagi."

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diriku sendiri. "Ya sudahlah, masalah telah berlalu. Yang penting sekarang kita bisa bicara seperti ini, Cordelia. Aku nggak mau kita terus-terusan salah paham."

Dia mengangguk pelan, air mata masih mengalir di pipinya. "Aku juga nggak mau, Lucas. Aku capek terus-terusan bertengkar denganmu."

Kami terdiam sejenak, menikmati keheningan yang kini terasa lebih nyaman. Aku menghapus air mata dari wajahnya dengan lembut, merasa lega melihat senyumnya yang mulai kembali.

"Cordelia, aku janji akan lebih sabar dan pengertian. Aku ingin kita bisa saling mendukung, bukan saling menyakiti," kataku penuh keyakinan.

Cordelia tersenyum tipis, kali ini senyum yang penuh harapan. "Aku juga berjanji, Lucas. Aku akan lebih terbuka dan jujur dengan perasaanku. Aku ingin kita bisa memperbaiki semuanya."

Matahari mulai terbenam, sinarnya yang keemasan memantul di wajah Cordelia, membuatnya terlihat begitu cantik. Kami terus berbicara tentang banyak hal, mengungkapkan perasaan dan kekhawatiran yang selama ini terpendam. Setiap kata yang keluar seolah menjadi obat penyembuh bagi luka-luka di hati kami.

Saat malam tiba, aku menggenggam tangannya dengan erat. "Cordelia, maukah kamu memberikan kesempatan lagi untuk kita?"

Cordelia menatapku dalam-dalam, lalu mengangguk dengan tegas. "Ya, Lucas. Aku mau. Mari kita mulai kembali dari awal."

Perasaan bahagia dan lega membanjiri hatiku. Kami berdua berdiri, masih saling bergenggaman tangan, berjalan beriringan meninggalkan taman itu. Aku merasa bahwa ini adalah awal yang baru bagi kami, penuh harapan dan cinta yang lebih kuat dari sebelumnya.

---

Malam itu, setelah meninggalkan taman, aku dan Cordelia berjalan tanpa arah yang pasti. Kami berbicara tentang masa lalu, mimpi-mimpi yang pernah kami bagi, dan rencana masa depan yang kini kembali terasa mungkin. Hawa malam yang sejuk membuat suasana semakin hangat, menciptakan momen-momen yang tak terlupakan.

"Lucas, kamu ingat tempat favorit kita di kafe dekat kampus?" tanya Cordelia, senyum nostalgia menghiasi wajahnya.

Aku mengangguk, ingat dengan jelas. "Ya, tentu. Tempat di mana kita sering menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mengobrol atau belajar bersama."

Cordelia tertawa kecil. "Bagaimana kalau kita ke sana sekarang?"

Tanpa ragu, aku setuju. Kami berjalan menuju kafe itu, tempat yang penuh dengan kenangan manis. Saat kami tiba, suasana di dalam kafe hangat dan ramah, sama seperti dulu. Kami memilih meja di sudut yang biasa kami duduki, menghadap jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kampus yang tenang di malam hari.

Setelah memesan minuman, Cordelia menatapku dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. "Lucas, sebenarnya apa yang membuatmu begitu sabar dan tetap bertahan? Aku tahu aku banyak membuatmu terluka."

I LOVE YOU TO THE SUN AND BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang