•
•
Selamat Membaca
•
•Di kampus yang sunyi, aku duduk sendirian di bangku taman, di bawah cahaya remang yang menyelinap di antara pepohonan. Suasana sekitar begitu hening, hanya dihiasi oleh gemerisik daun-daun yang tersapu oleh angin malam. Pikiranku terombang-ambing antara pelajaran yang menumpuk dan kebingungan tentang kehidupanku yang hampir selalu bergantung pada Cordelia yang selalu membuatku bahagia.
Tiba-tiba, terdengar langkah-langkah ringan mendekatiku. Aku menoleh dan melihat Clara, teman kuliahku yang baru, berdiri di hadapanku. Matanya penuh semangat dan senyumnya menghangatkan suasana sekitar.
" Hai Lucas, ternyata kamu di sini, pantes di kelas ga ada," sapanya dengan ramah.
Aku menjawab sapaannya dengan senyum, merasa sedikit lega karena adanya seseorang yang mengajakku berbincang di tengah kesepian itu. Kami pun mulai berbincang ringan tentang kuliah, hobi, dan minat kami.
Percakapan kami terasa menyenangkan, dan aku merasa nyaman berada di dekat Clara. Dia punya caranya sendiri untuk membuatku tertawa, dan rasanya menyenangkan bisa memiliki teman baru di kampus ini.
Namun, di balik kebahagiaan itu, ada rasa keraguan yang menggerogoti hatiku. Aku masih terjebak di antara perasaan yang rumit terhadap Cordelia, dan kehadiran Clara membuatku semakin bingung tentang apa yang sebenarnya kuinginkan.
Sementara itu, di sudut kampus yang lain, Cordelia tanpa sengaja melihatku dari kejauhan. Hatinya berdegup kencang saat melihatku bersama Clara, dan rasa cemburunya mulai memuncak. Dia merasa diabaikan dan dikecewakan, seperti hanya menjadi saksi bisu dari hubungan masa lalu yang masih menghantuiku.
Melihat Clara dan aku tertawa bersama, Cordelia merasa seperti ditusuk oleh rasa cemburu yang menyakitkan. Dia merasa terluka oleh ketidaktahuan dan kebingunganku, dan itu membuatnya semakin ragu akan hubungan kami.
Dalam kepanikan dan kebingungan, Cordelia memilih untuk pergi tanpa memberi tahu. Aku merasa kehilangan karena keputusannya, tetapi juga merasa lega karena tidak harus menghadapi tatapan kecewa di matanya.
Dalam kebingungan dan kegelisahan, aku mencoba untuk menjelaskan pada Clara bahwa aku masih terjebak dalam perasaan yang rumit terhadap Cordelia. Namun, Clara tetap bersikeras untuk menjadi teman yang mendukung, dan itu membuatku merasa sedikit lega.
Namun, di balik tekadku untuk memperbaiki hubunganku dengan Cordelia, aku tahu bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Rasa cemburu dan keraguan masih menghantuiku, dan aku harus bekerja keras untuk memperbaiki kesalahan yang telah kulakukan.
Hari-hari berlalu, dan hubunganku dengan Clara semakin erat. Kami menjadi teman yang tak terpisahkan di kampus, selalu saling mendukung dan menghibur satu sama lain. Namun, di balik kebersamaan kami, aku merasa semakin terjebak dalam labirin emosi yang rumit.
Setiap kali aku bersama Clara, bayangan Cordelia selalu menghantui pikiranku. Aku merasa bersalah karena telah menyakiti perasaannya, tetapi juga merasa sulit untuk menolak kedekatan yang kualami bersama Clara.
Sementara itu, Cordelia, yang tanpa sengaja melihat kami berdua dari kejauhan, merasa terluka dan diabaikan. Rasa cemburunya semakin memuncak, dan dia merasa semakin terasing dari kehidupanku.
Kehadiran Clara membuatku merasa bahagia, tetapi juga membuatku merasa bersalah kepada Cordelia. Aku tidak ingin menyakiti perasaannya, tetapi aku juga tidak bisa menolak perasaan yang tumbuh di dalam diriku.
Sementara itu, Cordelia, yang terus merasa terpinggirkan dan diabaikan, semakin menjauh dariku. Dia mencoba untuk menjaga jarak agar tidak terluka lebih dalam, tetapi rasa cintanya yang dalam padaku membuatnya sulit untuk benar-benar melupakan hubungan kami.
Dalam kebingungan dan kegelisahan, aku mencoba menyeimbangkan perasaanku antara Clara dan Cordelia. Namun, semakin lama, semakin sulit bagiku untuk menentukan apa yang sebenarnya kuinginkan.
Hingga suatu malam, ketika aku dan Clara sedang duduk di bangku taman kampus, Cordelia tiba-tiba muncul di depan kami. Matanya berkaca-kaca, mencerminkan kesedihan yang mendalam.
"Cordelia," desisku, terkejut melihatnya di sana.
Dia menatapku dengan tatapan yang penuh dengan perasaan campur aduk. "Maafkan aku, Lucas," ucapnya pelan. "Aku tidak bisa lagi menahan perasaanku sendiri. Aku masih mencintaimu, meskipun aku tahu bahwa kau sudah memiliki Clara di sini."
Kata-katanya menusuk hatiku seperti pedang tajam. Aku merasa bersalah karena telah menyakiti Cordelia, dan pada saat yang sama, aku merasa terjebak dalam situasi yang rumit antara dua wanita ini, Clara bisa membuat masa depanku cerah dengan relasinya, sedangkan Cordelia bisa membuat masa depanku indah dengan kasih sayangnya.
Dalam kebimbangan dan kegelisahan, aku menatap Clara yang duduk di sampingku. Matanya penuh dengan pertanyaan, dan aku tahu bahwa aku harus membuat keputusan yang sulit.
Namun, sebelum aku bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cordelia sudah pergi dengan langkah gontai. Aku merasa kehilangan karena kepergiannya, dan pada saat yang sama, aku merasa lega karena tidak harus memilih di antara dua wanita ini.
Dalam kebimbangan dan kegelisahan aku menyadari bahwa aku harus mengambil tanggung jawab atas perasaanku sendiri. Aku tidak bisa terus menghindari konflik ini, dan aku harus membuat keputusan yang sulit untuk masa depanku.
Dalam keheningan malam yang sunyi, aku duduk sendirian di bangku taman, memikirkan langkah selanjutnya yang harus kubuat. Aku tahu bahwa tidak akan mudah, tetapi aku juga tahu bahwa aku harus menghadapi kenyataan dengan kepala tegak dan hati yang kuat. Dan di dalam kegelapan malam yang sunyi, cahaya harapan masih menyala di dalam diriku, memandu langkahku menuju masa depan yang penuh dengan ketidakpastian. Cordelia, tunggu aku.
![](https://img.wattpad.com/cover/364834299-288-k237318.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I LOVE YOU TO THE SUN AND BACK
Romance(Cordelia terlalu indah,terlalu menarik dengan segala abstrak nya,terlalu menarik dengan segala panoramanya dan dia selalu menawan dengan awan di sekitarnya) Aku berhasil mengarang cerita yang aku impikan,yang berharap suatu saat terjadi..... Juga i...