Kegelapan Cinta

58 26 0
                                    

                                  •
                                  •
                    Selamat Membaca
                                  •
                                  •

Malam itu, di bawah sinar remang yang menyelinap di antara pepohonan, suasana terasa semakin hening setelah kepergian Nathan dan tamunya. Dalam kegelapan yang melingkupi teras rumah Cordelia, hanya terdengar desiran angin yang lembut dan derap langkah mereka yang menjauh.

Cordelia duduk di kursi goyang kayu, menopang dagunya dengan tangannya yang gemetar. Matanya masih berkaca-kaca, mencerminkan kesedihan yang mendalam. Aku ingin menghiburnya, menghapus air mata yang mengalir di pipinya, tetapi kata-kata terasa terlalu kecil di tengah keheningan yang menyelimuti kita.

Sementara itu, kehadiran orang tua Cordelia memberikan nuansa lain dalam kegelapan malam itu. Mereka tampak rapuh, seperti dua sosok yang telah melalui badai besar dalam hidup mereka. Dalam bisikan yang hampir tak terdengar, mereka berdua saling menguatkan satu sama lain, merangkul Cordelia dalam kehangatan pelukan mereka,walau terkesan lebay hanya karena surat terakhir yang mengandung sedikit makna dari kakaknya,akan tetapi memang seperti itulah keluarga harmonis seutuhnya yang sangat aku idam-idamkan,namun semua itu hanya mimpiku semata.

Dalam sudut hatiku, rasa bersalah masih merayapi pikiranku. Aku menyadari bahwa kemarahan itu tak berpihak pada keadilan. Cordelia butuh dukungan dan pengertian, bukan kekerasan atau kemarahan yang tak beralasan. Kesadaranku tentang kesalahanku membuatku semakin terdorong untuk mencari cara memperbaiki kesalahan tersebut.

Dengan langkah ragu, aku mendekati Cordelia yang tengah terdiam dalam keheningan malam. Kusentuh bahunya dengan lembut, mencoba menyampaikan kehadiranku sebagai pacar yang peduli. "Maafkan aku, Cordelia," bisikku pelan. "Aku terlalu terbawa emosi. Aku ada di sini untukmu, selalu."

Cordelia menoleh padaku, matanya masih basah oleh air mata. Namun, di balik kesedihan yang mendalam, terpancar sedikit demi sedikit cahaya harapan. Dia mengangguk pelan, menunjukkan bahwa maafku diterima meskipun luka di hatinya masih terasa dalam.

Orang tua Cordelia mendekapnya erat dalam pelukan, memberikan kehangatan dan kekuatan dalam kegelapan yang menyelimutinya. Mereka bertiga, seakan menjadi satu dalam ketabahan menghadapi cobaan yang menimpa mereka.

Di balik keheningan malam yang sunyi, ada rasa saling menguatkan yang tumbuh di antara kami. Meskipun badai belum berlalu, tapi bersama, kami siap menghadapi segala tantangan yang akan datang. Dan dengan surat terakhir dari kakak Cordelia sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik, kami bersama-sama melangkah maju, merangkul masa depan dengan penuh harapan dan tekad yang kuat.
Malam semakin larut dengan hati yang berat, aku meninggalkan Cordelia dan rumahnya yang dipenuhi dengan kekuatan yang rapuh namun tak terbantahkan. Cahaya remang yang menyelinap di antara pepohonan menyulap teras rumahnya menjadi panggung bagi kekuatan yang tak terlihat namun begitu kuat, begitu indah, seperti gemerlap bintang-bintang yang melintas di langit malam.

Cordelia, sosok yang begitu rapuh namun indah, terduduk di kursi goyang,rambutnya yang tergerai lembut oleh hembusan angin malam. Matanya yang berkaca-kaca mencerminkan panorama kehidupan yang begitu rumit, namun keindahan di dalamnya tak terelakkan. Seakan-akan keheningan malam itu menutupi luka-luka yang tersembunyi di balik senyumnya yang samar, membuatnya terlihat seperti bunga yang tetap bersemi meskipun badai telah berlalu.

Dan di sampingnya, orang tua Cordelia, dua sosok yang telah menjadi penjaga dan pelindungnya sejak awal, tampak seperti pilar yang teguh di tengah badai kehidupan. Meskipun wajah mereka dipenuhi oleh keriput dan bekas-bekas waktu, namun keindahan cinta yang mereka pancarkan begitu nyata, seperti lukisan yang tak pernah pudar oleh waktu.

Aku memandang Cordelia dengan penuh kagum, melihat kekuatan dan keindahan yang terpancar dari dalam dirinya. Meskipun hidupnya telah dilanda badai yang mengguncangnya, namun di dalam hatinya tetap ada kecantikan yang tak terhancurkan, kecantikan yang mampu menyinari kegelapan dengan cahaya harapan.

Dalam hati, aku berdoa agar Cordelia bisa terus menemukan keindahan di setiap langkah perjalanan hidupnya, agar dia bisa terus bersinar seperti bintang yang tetap bersinar di tengah malam yang gelap. Dan aku, sebagai pacarnya, akan selalu berada di sana untuk menyaksikan dan menghargai keindahan yang ada di dalam dirinya, setiap saat, setiap waktu,i love you ia "jangan lupa makan sama istirahat yang cukup yah,inget kamu hanya ada satu di dunia ini,ia aku pulang dulu"

Setelah aku pulang, malam semakin merangkak perlahan. Angin malam membawa aroma bunga yang mempesona, memberi sentuhan kesegaran di udara yang terasa kental dengan emosi. Cordelia tetap duduk di kursi goyang, merenung dalam keheningan, sambil membiarkan angin malam menyapu kerling rambutnya yang lembut.

Di dalam hatinya, Cordelia masih merasakan campuran emosi yang berkecamuk. Rasa lega karena mendapatkan dukungan dariku, tapi juga ada luka yang masih bersemi, meninggalkan bekas dalam jiwanya. Dia tahu bahwa malam ini adalah titik balik dalam hidupnya. Titik di mana dia harus memilih untuk bangkit dari keterpurukan atau terpuruk dalam kegelapan yang menyelimuti jiwanya.

Sementara itu, orang tua Cordelia masih duduk di teras, saling berpandangan dengan ekspresi penuh cinta dan kekhawatiran. Mereka berdua tahu bahwa anak mereka sedang mengalami masa-masa sulit, dan sebagai orang tua, mereka berjanji untuk selalu ada di samping Cordelia, memberikan dukungan tanpa syarat.

Cordelia, dengan perlahan, mengangkat dirinya dari kursi goyang. Langkahnya ragu, tetapi penuh dengan tekad yang baru lahir. Dia tahu bahwa dia harus melanjutkan hidupnya, menghadapi tantangan dengan kepala tegak dan hati yang kuat. Dengan langkah gontai namun mantap, Cordelia memasuki rumah, menuju kamarnya untuk istirahat.

Malam itu, di bawah langit yang dipenuhi bintang, Cordelia memejamkan mata dengan harapan baru yang mulai tumbuh di dalam dirinya. Dia tahu bahwa perjalanan hidupnya masih panjang, tapi dengan cahaya harapan yang terus menyala di dalam dirinya, dia yakin bahwa dia akan mampu melaluinya.

Dan di tempat lain, aku juga memandang langit malam dengan pikiran yang penuh dengan harapan dan tekad baru.Aku berjanji untuk selalu menjadi pendamping yang setia bagi Cordelia, siap menghadapi segala badai yang akan datang bersamanya.

Malam itu, di antara mereka berdua, tumbuh ikatan yang semakin kuat, mengikat hati mereka dalam satu tekad yang sama: untuk saling mendukung dan melindungi satu sama lain, selamanya. Dan di bawah cahaya bulan yang bersinar terang, kisah cinta mereka terus berlanjut, menghadapi segala rintangan dengan penuh keberanian dan keyakinan

I LOVE YOU TO THE SUN AND BACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang