11. Sebuah fakta

345 25 7
                                    

Mentari pagi sudah menyebarkan cayaha hangatnya ke seluruh kota. Pagi yang hangat ini Arutala dan Irsyad berangkat ke sekolah bersama dengan menaiki mikrotrans atau angkutan umum.

Sesampainya di sekolah Arutala dan Irsyad pergi ke kelas untuk menaruh tas di meja mereka. Setelah itu pergi ke kantin sekolah untuk sarapan bersama.

"Ar join sama Althaf yuk! Noh udah duduk di bangku kantin." ajak Irsyad. Kemudian mereka menghampiri Althaf yang sedang menikmati sarapannya.

"Thaf, tumben pagi-pagi udah datang. Biasanya sedikit telat." ucap Irsyad kemudian duduk di depan Althaf begitu pun dengan Arutala.

"Lagi ada angin rajin gue, Ir. Gak pesen makanan?"

"Ini mau." jawab Irsyad. Kemudian Arutala beranjak dari bangku dan pergi ke kantin untuk memesan makanan. Setelah itu ia membawa pesanan nasi goreng ke meja kantin.

Irsyad dan Arutala mulai menyantap nasi goreng itu dengan nikmat. Setelah selesai sarapan, mereka bertiga kembali ke kelas. Karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.

***

Istirahat seperti biasa, Arutala dan teman-temannya pergi ke kantin untuk jajan jajanan sekolah. Seperti bakso, mie instan, mie ayam, es, gorengan, dan lain sebagainya.

"Arutala, lu mau jajan apa? Gue traktir!" ucap Jevano.

"Aru doang? Gue kagak? Irsyad, Renjana sama Arshaka juga kagak? Jan pilih kasih deh ... padahal kita 3 tahun lebih bersama. Alhamdulillah gue gak pernah muak sahabatan sama lu, Jev." ucap Althaf sedikit merengek.

"Kayak bocil lu, Thaf. Menyeng bet." celetuk Renjana.

"Ye, yang mau traktir 'kan gue, suka-suka lah. Ya udah lu mau apa Thaf? Lu semua mau jajan apa? Gue bayarin! Soalnya dapat rejeki nomplok gue." Mendengar ucapan Jevano, kelima teman-temannya berbinar dan senang karena istirahat kali ini ditraktir oleh Jevano.

Satu-persatu dari mereka pergi ke kantin untuk memesan jajanan kesukaan mereka. Mereka terlihat sangat-sangat antusias. Kapan lagi seorang Jevano mentraktir mereka jajan.

Setelah jajan dan menghabiskan waktu istirahat di kantin mereka kembali ke kelas.

***

Sepulang sekolah Irsyad mengajak Arutala pergi ke sebuah taman yang jaraknya tak jauh dari sekolah menengah atas tempat mereka menuntut ilmu.

Mereka berdua kemudian duduk di sebuah bangku taman.

"Ar, Irsyad seneng banget Arutala tinggal di rumah Irsyad. Jangan kembali lagi ya." Arutala mengerti maksud dari Irsyad. Ia hanya membalas dengan senyuman.

"Arutala tak bisa seterusnya bersama sama Irsyad dan keluarga Irsyad. Maaf. Suatu hari nanti, Arutala kembali ke rumah Arutala. Gak kerasa juga udah berbulan-bulan Arutala tinggal di rumah Irsyad."

"Irsyad mengerti. Irsyad juga gak bisa maksa."

Irsyad kemudian mengajak Arutala pulang ke rumah. Sepanjang jalan mereka mengobrol kecil sampai akhirnya tiba di halte untuk menunggu angkutan umum.

"Irsyad, Arutala mau beli air minum di sebrang sana." Irsyad mengangguk.

Ketika Arutala menyebrang jalan, sebuah mobil tiba-tiba melaju dengan kencang dan menabrak Arutala hingga tubuh Arutala melayang hingga melewati atas mobil itu dan terbentur aspal dengan keras.

Tubuh Arutala seketika dipenuhi oleh luka dan darah Arutala yang membasahi jalan aspal.

"ARUTALA!!!" Irsyad berteriak histeris saat melihat kecelakaan yang menimpa teman dekatnya.

Orang-orang berhamburan menghampiri Arutala yang tergeletak tak sadarkan diri.

Irsyad memangku kepala Arutala. Tak peduli dengan baju seragamnya yang terkena darah Arutala. Ia terus memanggil nama Arutala dengan terisak. Berharap sahabatnya itu mendengarkan suaranya.

Di lain tempat mobil yang menabrak Arutala berhenti di sebuah jalan yang sepi dan jauh dari tempat kejadian.

"Maafkan Mama, Nak. Lebih baik kamu mati aja. Maafkan Mama." Kemudian ia menangis. Berharap trauma yang menimpanya menghilang sepenuhnya. Menurutnya, traumanya akan hilang selamanya jika Arutala pergi meninggalkan dunia.

***

Kynara datang dengan keadaan yang sedikit mabuk. Dengan sempoyongan ia berjalan menuju sofa ruang tamu dan tiduran sembari meracau tak jelas.

"Mama mabuk? Mobil Mama mana?" tanya Sagara yang melihat ibunya datang dengan keadaan mabuk.

"Mobil Mama? Mobil Mama, Mama buang jauh. Ke tempat sampah. Mobil itu Mama pakai buat menabrak Arutala hingga mati." jawab Kynara dengan nada mabuk.

Mendengar itu, Sagara terbelalak karena terkejut dengan apa yang diucapkan ibunya.

"Mama serius?!! Istighfar Ma! Arutala sudah menjauh dari kita. Kenapa Mama masih dendam?!!!" Sagara sudah mulai meneteskan air matanya.

"Arutala udah gak ada di dunia. Kejadian buruk beberapa tahun lalu juga akan hilang. Sekarang dia sudah bersama ayah biologisnya. Jayden, anakmu sudah aku kirim ke alam baka agar dia bersamamu, Jayden."

Sagara semakin tak percaya mendengar racauan ibunya tentang ayah biologis Arutala. Jadi percakapan yang tak sengaja ia dengar antara ibu dan ayahnya itu benar.

Arutala hanya menjadi korban. Ia juga tak tahu dengan kejadian yang sebenarnya terjadi. Kejadian yang menimpa ibunya dengan pria yang bernama Jayden, ayah biologis Arutala.

"Seandainya malam itu aku tak datang menghadiri reuni SMP. Mungkin kejadian itu takkan terjadi. Aku dijebak oleh teman laki-lakiku yang bernama Delvin. Dia memberikanku jus jeruk. Tanpa curiga aku meminum jus itu. Ternyata jus itu sudah diberikan obat tidur. Sebisa mungkin aku tak tidur. Aku sudah menyadari itu dan sesuatu yang buruk akan terjadi. Naas, aku tak bertenaga dan dua orang membawaku ke sebuah kamar, di dalamnya sudah ada Jayden yang sudah dalam keadaan mabuk. Jayden juga dijebak. Helena berusaha menolongku namun ditahan oleh teman-temanku. Hingga akhirnya kejadian tak diinginkan terjadi."

"Ketika kejadian itu terjadi Mas Artha tak ada di rumah, dia berada di luar kota. Kamu dan adikmu aku titipkan di rumah Nenek beberapa Minggu setelah kejadian itu terjadi. Sampai akhirnya aku hamil Arutala. Beberapa kali aku berusaha menggurkan Arutala tapi gagal. Aku sangat berharap dia tak lahir ke dunia. Namun takdir tetap memberikannya hidup. Dan pada akhirnya takdir anak itu akan berakhir hari ini."

Sagara tak bisa berkata-kata lagi setelah Kynara menceritakan semua masa kelamnya. Air matanya menetes. Lidahnya seketika kelu untuk mengeluarkan suara. Fakta kelam itu membuat Sagara tak bisa berkata-kata lagi.

Kynara dan ayah biologis Arutala, Jayden, mereka adalah korban dari kelakuan bejat teman-teman SMP mereka, sampai akhirnya berakibat fatal.

Arutala, menjadi korban yang paling dirugikan dalam kejadian kelam itu. Karena kelakuan bejat teman-teman orang tuanya, ia harus menahan rasa sakit yang benar-benar tak bisa diungkapkan lagi. Kebencian, rasa sakit batin maupun fisik sudah diterimanya dengan terpaksa walau sebenarnya ia tak salah.

"Mama ... Arutala juga korban Ma. Bukan Mama saja. Arutala tak salah. Teman-teman Mama sangat bejat. Apa yang dipikiran mereka, sampai mereka tega berbuat itu pada Mama? Sungguh biadab mereka."

"Dek, semoga kamu selamat. Jangan pergi Dek. Maafkan Mama." Tangis Sagara semakin pecah.

TBC

20-7-24

Alhamdulillah akhirnya aku update Sembagi Arutala. Maaf kalau chapter ini balelol dalam penulisannya.

Sembagi Arutala Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang