05. Remaja Puber (1)

59 3 0
                                    

Bel tanda pulang sudah berbunyi. Haikal segera merapikan isi tasnya, kemudian berjalan pulang meninggalkan tempat paling Haikal benci. Sepanjang perjalanan, banyak remaja-remaja iseng yang melempar sampah ataupun ucapan-ucapan tak pantas. Namun, hal itu tak memengaruhi Haikal. Haikal masih bisa berjalan tenang, tanpa mendengarkan ucapan mereka.

Sebelum pulang ke rumah, Haikal berhenti di warnet favoritnya. Diam-diam remaja itu melirik ke kiri dan ke kanan. Haikal mencari seseorang, tapi matanya tak kunjung menemukan apa yang dia cari. Pada akhirnya, Haikal mengeluarkan napas panjang. "Mungkin dia hari ini juga tak datang ke warnet. Lebih baik aku pulang saja," niat Haikal.

Ketika Haikal sedang melamun di depan warnet, dia tiba-tiba merasakan sebuah tepukan di bahu. Spontan, Haikal tersentak kaget. Remaja itu melirik ke belakang, menemukan seorang gadis berseragam sekolah SMA. Seragam sekolah gadis itu berbeda dari miliknya. Begitu juga dengan tanda kelas, yang menunjukkan jika kelasnya lebih tinggi dari Haikal.

"Kau sedang mengintip apa? Aku lihat tingkahmu seperti pencuri. Apa kau sebenarnya berniat membobol warnet?" tanya gadis bernama Juni.

Haikal mengusap-usap dadanya. Dia menarik dan mengeluarkan napas panjang, sebelum menarik pergelangan tangan Juni ke arah warnet. "Aku sedang mengintip gadis yang kusukai," kata Haikal.

Awalnya Haikal berniat menyeret Juni, tapi ternyata Juni memegangi sebuah tongkat. Haikal menepuk jidat. Dia lupa, jika temannya ini baru saja mengalami kecelakaan. Mau tak mau, Haikal memperlambat pegangan tangannya pada Juni. Dia membantu Juni melangkah menuju warnet, kemudian mencari tempat aman agar tak diketahui siapa pun. "Kak Juni sendiri, sedang apa? Biasanya Kakak pulang sekolah, lalu langsung duduk manis di depan komputer."

"Tadinya aku berniat masuk ke warnet dan belajar dari internet lagi. Tapi aku dimintai tolong untuk menjemput adik-adikku. Kau tahu bukan, jika anak yatim piatu seperti kami tak memiliki siapa pun untuk menjemput? Kami tak mungkin mengandalkan para pengasuh yang sedang mengasuh anak-anak kecil. Mau tak mau, aku sekarang bertugas untuk mengantar dan menjemput adik-adikku pulang," jelas Juni.

Haikal terdiam mencerna perkataan Juni. Juni mungkin adalah seorang gadis yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan. Namun, dia tak pernah kekurangan kasih sayang. Semua orang di panti, sudah Juni anggap keluarganya sendiri. Ikatan mereka bahkan lebih erat dari hubungan Haikal dan sang Ayah. Hal itu membuat Haikal tersenyum miris. Dia menundukkan kepala, sembari mengeluarkan napas panjang.

"Baguslah. Ternyata kau sekarang sudah belajar kembali di sekolah. Belajar di warnet menyenangkan, tapi di sekolah kau bisa memiliki banyak pengalaman bersosialisasi juga, bukan?" jelas Juni ikut senang.

Berbeda dari apa yang Juni harapkan, Haikal malah merotasikan bola matanya. "Ini tidak seindah yang kau bayangkan. Seperti biasa, para siswa itu meledek dan tak membiarkanku belajar dengan tenang. "

"Untuk mendengarkan penjelasan guru saja, aku harus menutup telingaku rapat-rapat karena mereka selalu berbisik atau merampas bukuku. Entah apa yang mereka inginkan dariku," jelas Haikal kesal.

•••

DUA KELUARGA [Lisa ft Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang