02. Perjuangan (2)

98 8 0
                                    

"Maaf, saya datang terlambat ke sini. Saat saya di perjalanan tadi, saya tak sengaja menabrak kucing ini. Orang bilang menabrak kucing akan menimbulkan kesialan, oleh karena itu saya harus bertanggung jawab mengobati kucing ini sampai sembuh. Beruntung, lukanya tidak parah," jelas pria itu.

Selain peduli pada anak yatim, rupanya pria itu juga peduli pada hewan. Pada akhirnya, Risa hanya bisa memaafkan pria itu. Mereka kemudian mulai membahas mengenai desain untuk kamar tidur anak, beserta pernak-pernik kesukaan anak-anak. Risa sempat memperingati tentang beberapa bagian dekorasi yang mungkin tak aman untuk anak, jadi dia ingin meminta pemilik panti asuhan untuk tidak menambahkannya.

"Padahal benda-benda dekorasi ini, diinginkan oleh anak-anak. Tapi sepertinya, Anda lebih tahu soal keselamatan anak-anak," kata pemilik panti asuhan.

"Sebenarnya ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Dulu saat anak saya kecil, saya mengabulkan setiap keinginannya untuk memperbanyak pernak-pernik sekaligus mainan anak. Namun, banyaknya mainan itu malah membuat ruangan sempit, dan siklus udara terganggu. Jadi lebih baik, tidak berlebihan, Pak Kavindra," jelas Risa.

Pria itu tersenyum mendengar panggilan Risa untuknya. "Panggil saja Kian," peringatnya.

Kian mulai mengamati desain yang sudah Risa buat. Dia menganggukkan kepala setuju, setelahnya dia memuji, "Saya menyukai desain seperti ini. Terlebih lagi, ini dibuat berdasarkan kesukaan anak-anak panti. Saya harap semua anak panti menyukai kamar baru mereka."

Risa akhirnya tersenyum senang. Satu tugasnya untuk menawarkan desain telah terlaksana. Sekarang dia hanya harus memimpin para pekerja untuk mendekorasi kamar. "Baiklah. Karena desain sudah Anda setujui, kita tinggal mendekor ruangannya saja."

Kian mengangguk, dengan yang masih mengusap lembut kucingnya. "Saya menyukai semangat kerja Anda. Kita bisa mendekorasi saat saya mempunyai waktu lu---"

Belum sempat Kian mengakhiri perkataannya, tiba-tiba perut Risa berbunyi. Spontan, Risa langsung menundukkan kepala. Wajahnya memerah seperti kepiting rebus. Akibat tidak sarapan tadi pagi, sekarang Risa harus menahan malu di depan kliennya.

"Anda sepertinya lapar. Mari kita lanjut pembahasan ini, setelah mengisi perut," tawar Kian.

Risa menahan malu. Sebisa mungkin, dia tersenyum, "Tidak apa-apa, Pak. Kita selesaikan sekarang saja."

"Anda pasti tak akan bisa fokus bekerja jika perutmu kelaparan. Lebih baik, ikut saya. Di sekitar panti ini ada restoran yang cukup mengunggah selera. Kita melanjutkan pembahasan ini di sana," jelas Kian.

Pada akhirnya, Risa tak bisa menolak keinginan Kian. Dia mengangguk, kemudian pergi membuntuti Kian keluar dari panti asuhan. Awalnya Kian menitipkan sang kucing pada pegawai miliknya. Setelah itu, dia membimbing Risa untuk makan bersama.

Sayangnya, langkah Risa langsung terhenti tepat di depan restoran. Mata Risa memelotot, melihat suaminya sedang makan bersama istri keduanya. Mereka bercanda riang bersama, seolah dunia milik mereka berdua. Hal itu membuat kedua tangan Risa mengepal kuat.

"Kenapa berhenti?" tanya Kian.

•••

DUA KELUARGA [Lisa ft Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang