02. Perjuangan (1)

137 8 0
                                    

Jarum pendek jam, menunjuk ke angka enam. Sementara jarum panjangnya menunjuk angka delapan. Tepat saat matahari mulai bersinar, Risa sudah bangun untuk mandi dan berganti baju. Wanita itu terburu-buru memasukkan alat kerja, beserta kertas sketsanya ke dalam mobil. Tak lupa, Risa juga memesankan makanan online, untuk sarapan sang putra.

"Haikal, sebelum pergi ke sekolah, jangan lupa sarapan dulu. Mama sudah membeli bubur kesukaanmu," pesan Risa tanpa melirik ke arah anaknya sedikit pun. Wanita itu terlalu sibuk merapikan barang-barangnya. Sampai dia tak sadar, jika Haikal sudah berada di luar rumah. Remaja itu duduk di lantai, sembari mengikat tali sepatunya.

Tanpa membalas ucapan Risa, Haikal membawa tasnya yang ada di meja. Dia berjalan perlahan menuju gerbang. Sejujurnya, Haikal tak ingin pergi ke sekolah. Namun, karena kemarin sang ibu memarahinya habis-habisan, akhirnya Haikal menyerah. Dia berjanji tidak akan membolos lagi, demi menyelamatkan uang sakunya.

Selesai mempersiapkan barang-barang, Risa melirik ke arah gerbang. Dia mengernyitkan kening, melihat sang anak pergi begitu saja, tanpa berpamitan sedikit pun. "Haikal!" panggilnya.

Langkah Haikal terhenti. Remaja itu tak berniat berbalik ke belakang. Dia hanya menyahut, "Hm?"

"Mama sudah membelikanmu sarapan. Makanlah sarapannya dulu, nanti perutmu kelaparan dan tak fokus belajar, " peringat Risa.

Haikal merotasikan bola matanya. "Mama beli sarapan lewat Joyfood online lagi?"

Sebelum Risa mengiyakan pertanyaan Haikal, Haikal sudah lebih dulu membalas, "Aku juga bisa beli sendiri makanannya di sekolah."

"Hari ini aku terlambat, jadi makan saja makanan itu sendiri. Mama tak ingin aku membolos lagi, bukan? Satpam sekolah akan menutup gerbang sekolah, jika bel tanda masuk kelas sudah berbunyi, " kata Haikal kemudian melanjutkan perjalanannya menuju sekolah.

Risa mengeluarkan napas panjang. Dia memegangi keningnya sendiri, sementara keningnya mengernyit. Bagaimana ini? Semakin Risa bekerja keras untuk kariernya. Semakin dia jauh dari sang putra. Risa tak bisa mengawasi pertumbuhan Haikal, atau bahkan mengerti apa yang diinginkan anaknya. Wanita itu tak memiliki waktu yang cukup untuk sang anak. Namun, jika dia sendiri tak bekerja, keduanya akan makan apa?

"Haikal, tunggulah sampai Mama mempunyai uang yang banyak," batin Risa.

Pada akhirnya, makanan hangat yang ada di atas meja, berubah menjadi dingin. Risa tak menyentuh makanan itu sedikit pun. Dia terlalu malas untuk mencicipinya sedikit saja. Terlebih lagi, sang anak menolak makanan pemberiannya mentah-mentah. Risa hanya bisa menutup mulut, kemudian pergi bekerja.

•••

Pekerjaan Risa adalah Desain Interior. Dia bertugas untuk mendekorasi ruangan kliennya. Tidak hanya asal menggambar dan memberi saran untuk hiasan, Risa juga harus menciptakan ruangan sesuai dengan keinginan kliennya. Selain itu proses pemilihan bahan dan pengerjaannya juga harus teliti. Supaya tidak ada hal yang terlewatkan sedikit pun. Oleh karena itu, pekerjaan ini membuat Risa sangat sibuk, sampai tak mempunyai waktu luang untuk sang anak.

"Klien baru adalah seorang pemilik panti asuhan besar. Dia ingin aku memilihkan dekorasi yang tepat untuk kamar anak di panti asuhannya. Tapi dia memiliki banyak model kamar yang berbeda-beda, berdasarkan keinginan anak itu sendiri."

"Hari ini akan menjadi satu hari yang melelahkan juga," gumam Risa.

Setelah sampai di parkiran panti asuhan, Risa segera melangkahkan kakinya masuk. Dia memelototkan mata, melihat isi panti asuhan secara dekat. Lantai di tempat berwarna putih, tapi tak kotor karena petugas rajin membersihkannya. Di beberapa dinding terdapat foto semua anak panti, beserta lukisan abstrak.

Semua isi panti asuhan ini menjadi fokus penglihatan Risa. Bahkan, Anak-anak yang berlari ke sana kemari pun, Risa perhatikan dengan saksama. "Dari selera pemilihan barang dan bahan untuk menghias tempat ini, sepertinya pemiliknya memang sangat perhatian, pada kenyamanan semua orang yang tinggal di sini," gumam Risa.

Detik demi detik berubah menjadi menit. Risa setia menunggu pemilik panti datang ke tempatnya menunggu. Sayangnya, setelah Risa menunggu setengah jam, kliennya tak kunjung datang. Padahal waktu yang telah dia janjikan untuk melakukan pertemuan, sudah lewat.

"Sabar. Sabar. Sabar," batin Risa. Sebisa mungkin Risa tetap bersabar dengan senyuman tipis. Dia langsung menghubungi kliennya tanpa menunggu lebih banyak waktu terbuang lagi. Namun orang itu tak kunjung membalas panggilannya.

"Tuan Kavindra biasanya tidak pernah terlambat memenuhi janji temu. Sepertinya beliau sedang terkendala hadir di sini. Saya sudah berusaha menghubunginya dari tadi, tapi beliau tidak kunjung mengangkat telepon," jelas salah satu wanita pengurus panti.

Risa sudah bersiap-siap sejak pagi untuk bekerja. Lalu kliennya sendiri malah terlambat datang. Wanita itu merasa waktu berharganya terkuras habis untuk menunggu pemilik panti. Dia berniat membatalkan janji temu hari ini. Akan tetapi, ketika Risa beranjak dari kursi, dia dipanggil oleh seorang pria yang sedang menggendong kucing berwarna putih. "Anda Nyonya Risa? Desain interior, yang akan bekerja sama dengan saya?" tanyanya.

Mata Risa tak berkedip, melihat pria dengan setelan jas hitam di depannya. Pria itu tersenyum manis, sembari mengusap-usap bulu kucing di gendongannya. Dari penampilannya, Risa menebak jika pria berusia kepala tiga itu adalah pemilik tempat ini. "Ya," kata Risa sembari menganggukan kepala.

•••

DUA KELUARGA [Lisa ft Haruto]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang