Prolog

297 17 0
                                    

First, follow akun WP saya
Sec, baca dengan seksama
third, Vote dan komen setelah selesai baca.

Happy reading guys, semoga kalian suka dengan karya ketiga saya ini

*
*
*

Aidan memandang keluar jendela jet pribadinya yang lima menit lalu baru saja mendarat di landasan khusus. Sudah berapa lama? Empat tahun... tidak, sekarang sudah hampir delapan tahun. Namun perasaannya tetap sama, ia merasa pulang ke rumahnya. Samasekali tidak merasakan perasaan asing, karena sampai kapanpun, pulang ke negara ini akan selalu menjadi prioritasnya.

Aidan memasang kaca mata hitamnya, lalu mulai beranjak dari duduknya, setelah seorang pramugari mengkonfirmasi bahwa dia sudah bisa turun dari pesawat.

"Welcome back, Tuan Muda," sapa Roy-asisten pribadinya yang sudah menunggunya bersama dengan beberapa orang bersetelan hitam di ujung tangga pesawat.

Aidan menganggukkan kepalanya, demi sebuah sopan santun. Ia kemudian segera mendekati Bugatti Divo miliknya yang berkilau di bawah sinar matahari sore. Aidan membuka pintu mobilnya dan duduk di balik kemudi. Deru mesin yang khas segera memenuhi udara saat ia menyalakan mobilnya. "Aku akan pulang ke penthouse milikku," katanya dengan nada yang tak bisa dibantah. "Tolong sampaikan pada Bunda, bahwa aku akan pulang ke rumah lusa."

"Tapi, Tuan Muda-"

Namun, Aidan tidak memberi kesempatan lebih lanjut. "Terima kasih, Roy. Aku tahu kita berteman baik," potongnya dengan nada santai. Kemudian Aidan segera menginjak pedal gas, dan mobilnya melesat dengan kecepatan yang anggun namun memukau, meninggalkan bandara dan tatapan nanar Roy di belakang.

Sudah dipastikan, bahwa ayah bocah keparat itu pasti akan memarahinya. Entah dosa apa yang dilakukan Roy di masa lalu, sampai ia harus berada diantara kedua manusia keras kepala seperti mereka.

Aidan menatap lurus ke depan, pikirannya melayang pada urusan mendesak yang harus diselesaikannya. Tanpa sadar sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis. Dia harus datang ke pesta pernikahan Axel besok, dan disana pastilah akan datang juga perempuan yang selama ini ia rindukan. Aidan berdecak kecil, ia benar-benar tidak sabar untuk hari esok.

Gedung apartemen tempat tinggalnya segera terlihat, sebuah bangunan megah dengan arsitektur modern yang mencerminkan gaya hidup Aidan Savian Bagaskara. Ia memarkir mobilnya dengan cekatan, keluar dengan gerakan yang elegan, dan melangkah masuk ke dalam lift pribadi yang akan membawanya ke puncak gedung.

Sesampainya di dalam penthouse, Aidan berdiri sejenak di depan jendela besar yang memberikan pemandangan spektakuler kota di bawahnya. Cahaya senja memancarkan nuansa emas yang hangat, menambah keindahan dalam kemewahan hunian dua lantai tersebut. Perabotan klasik berpadu sempurna dengan sentuhan modern, menciptakan harmoni yang indah dan menawan. Lukisan-lukisan karya seniman terkenal yang didapatkan Aidan saat menghadiri lelang menghiasi dinding, sementara chandelier kristal berkilauan di langit-langit.

***

Aidan memacu mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, membelah jalanan yang mulai padat oleh kendaraan. Sesekali, klakson mobilnya terdengar nyaring. Sial, kenapa sahabatnya harus menggelar pesta pernikahan jauh-jauh di Bandung, padahal ia yakin banyak venue mewah yang tersedia di ibu kota.

Pagi ini, Aidan terlambat bukan tanpa alasan. Dia terlambat karena harus mengambil jasnya di rumah, lalu terpaksa bertemu dengan Tuan Rayhan yang terhormat. Pertemuan yang selalu membuat darah mudanya mendidih. Jika sudah berhubungan dengan pria itu, maka semuanya tidak akan ada yang mudah. Aidan harus melewati perdebatan panjang, karena pria yang merupakan ayahnya itu terus saja memaksanya ikut ke kantor dan diperkenalkan secara resmi sebagai CEO penerus DeepCore Resources. Perusahaan besar yang telah dibangun dengan keringat dan kerja keras ayahnya.

Scent Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang