"Dan aku tidak mau tahu, Pak. Malam ini segalanya harus selesai. Aku sendiri yang akan menghubungi Mr. Jackson untuk meminya penjelasannya. Kalau memang harus terbang maka aku yang terbang. Morgan tidak dapat menunggu selama itu untuk barangnya. Jadi selesaikan sampai di sini dan kabari aku sore ini."
"Mengerti, Nyonya Adams."
Sambungan terputus. Dia mendesah dengan kesal dan menutup matanya beberapa saat. Berusaha mengabaikan napasnya yang terus memburu, Nicole menahan gerakan kasarnya. Begitu dia sudah berhasil menahan diri, Nicole membuka mata dengan cepat.
Dia memandang ke depan kemudian ke samping. Arlen sedang menatapnya. Untuk pertama kalinya pria itu menatapnya dan tidak sibuk dengan kertas mau pun ponselnya. Dan ini pertama kalinya mereka satu mobil. Juga mungkin pertama kali melihat Nicole bekerja. Itu membuat Arlen mungkin sedikit asing dengan Nicole.
"Maaf, aku membuat situasimu tidak nyaman mendengarnya."
"Kau ada masalah?"
"Sedikit masalah. Bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Aku akan bekerja dengan tenang." Nicole kemudian tenggelam ke dalam laptopnya. Beberapa kali ponselnya berbunyi dan nomor asing itu membuat dia terus mematikan sambungan. Tapi nomor itu terus menghubungi sampai Arlen sendiri menatap ke arah ponsel Nicole.
"Kau harus menjawabnya, mungkin penting."
Nicole yang mengambil ponselnya segera mematikan kembali sambungan itu dan menonaktifkan ponselnya. Itu akan membuat gangguannya berhenti. Dan Nicole kembali tenggelam ke dalam pekerjaannya.
"Kau selalu menonaktifkan ponselmu saat ada yang mengganggumu?"
"Tidak semua. Beberapa gangguan perlu perhatian. Tapi yang tidak membutuhkan perhatian, aku akan melakukannya."
"...."
Nicole yang sadar apa yang dia lakukan tiga hari yang lalu segera menatap Arlen yang sudah menatap ke arah pekerjaannya lagi. Tampaknya Nicole mengatakan sesuatu yang salah. Atau mungkin hanya perasaannya, dia melihat Arlen tampak tidak senang.
Menutup laptopnya, Nicole segera memasukkan semua barang ke tasnya dan menunggu sampai sopir berhenti di depan gedung pengadilan. Setelah mobil berhenti, Nicole menatap ke gedung itu dengan perasaan yang tidak karuan. Dia tidak dapat menunjukkan wajah sedihnya jadi dia berusaha tampak tegar.
Nicole sudah akan keluar tapi Arlen menahannya. Itu membuat Nicole memandangi pria itu.
"Aku akan mengurusnya. Kau tunggu di sini."
"Apa tidak masalah aku tidak pergi ke sana juga?"
"Aku pengacara, mudah bagiku melakukannya. Dan mudah bagi kita melakukan perceraian kalau kau sendiri tidak hadir. Aku bisa mengatakan pada petugasnya kalau kau terlalu muak dengan suamimu hingga meminta bercerai."
"Tidak seekstrim itu. Berikan saja alasan kalau kita memiliki pandangan yang berbeda."
"Akan kulakukan. Serahkan semua dokumennya."
Nicole membuka tasnya dan menyerahkan semuanya.
Arlen memeriksa dokumen itu. Membaca semua tulisannya dengan napas yang agak tersendat. "Kapan kau menyiapkan semuanya?"
Nicole yang mendengarnya ingin mengelak. Dia berusaha tidak menunjukkan kalau dia benar-benar sudah siap dengan segalanya. Karena kenyataannya hatinya tidak pernah siap. Tapi itu sau-satunya yang tidak dapat dilihat oleh Arlen dan satu-satunya yang tidak akan ditunjukkan oleh Nicole.
"Hanya beberapa waktu lalu," elak perempuan itu.
"Kau sudah mempersiapkannya dengan sangat baik rupanya." Arlen bergerak keluar dari mobil dan menutup pintu dengan kasar.
Saat Nicole hendak memberikan penjelasannya, Arlen sudah benar-benar pergi dan membuat Nicole hanya dapat menatap punggung pria itu. Apa dia melihat kekecewaan di mata Arlen barusan? Nicole menggeleng, mengelak, tidak mungkin. Dia pasti hanya membayangkannya.
Beberapa saat menunggu, Arlen akhirnya keluar dari gedung pengadilan itu, dengan penampilan yang tidak pernah gagal menunjukkan kegagahannya, pria itu melangkahi anak tangga yang begitu banyak itu dengan geraka cepat.
Nicole keluar dari mobil dan segera berdiri di depan Arlen.
Arlen menyerahkan surat cerai mereka yang sudah disetujui dalam waktu yang sangat cepat. Sepertinya Arlen memakai koneksinya untuk melakukannya.
Arlen sudah akan bergerak meninggalkan Nicole begitu dia selesai menyerahkan surat cerai itu. Khas Arlen yang tidak pernah mau berbasa-basi. Tapi Nicole yakin ini akan menjadi terakhir kalinya dia bertemu dengan Arlen. Jadi dia tidak mau berpisah tanpa perlu menyentuh pria itu.
"Arlen," Nicole memanggil. Untuk pertama kalinya menahan langkah pria itu.
Arlen berhenti dan berbalik. Terkejut saat Nicole bergerak dan masuk ke dalam pelukannya. Nicole melingkarkan tangannya di pinggang ramping mantan suaminya. Mendesah dengan lega dan sedikit bahagia.
"Terima kasih karena sudah menjadi suamiku dan memberikanku perasaan memiliki seseorang yang bisa kusebut sebagai pasangan. Dengan siapa pun kelak kau bersama, kuharap dia lebih baik dariku dalam membersamaimu. Selamat tinggal, Arlen."
Nicole segera memasang kacamata gelapnya dan menjauh dari Arlen. Dia sudah berkaca-kaca jadi dia tidak akan diam berdiri di sana sampai Arlen melihat betapa tidak relanya dia dalam perpisahan ini. Nicole bergerak pergi menyembunyikan dukanya.
Arlen sudah hendak mengejar tapi sebuah mobil yang berhenti di depan Nicole menghentikan juga langkahnya. Seperti yang dia dugakan, pria lain sudah menghampiri perempuan itu, membuat Arlen kembali mempertanyakan, berapa pria yang dimiliki Nicole selain dirinya.
Nicole mengangkat pandangannya dengan terkejut. "Cameron?"
Cameron mengulurkan kedua tangannya. "Merindukanku?"
Nicole tersenyum dengan lebar. Berlari ke arah Cameron dan memeluknya dengan erat. Menepuk punggung pria itu dengan kesal. "Kau akhirnya kembali."
Cameron memeluk erat Nicole. Memandang ke arah Arlen yang sudah melengos dan pergi tanpa menyapa. Tampak sedikit sombong penampilannya.
***
Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di akuSampai jumpa mingdep 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Ranjang Mantan Suami (SEN)
RomancePernikahan satu tahun antara Nicole Adams dan Arlen French berada pada titik dinginnya, pernikahan yang tidak memiliki masa depan itu membuat Nicole akhirnya mengambil keputusan yang tampak begitu pahit dalam hidupnya, yaitu perceraian. Saat dia men...