13

461 68 4
                                    

Mereka tiba di pesta itu hampir terlalu awal, karena tidak ada tanda-tanda orang lain selain mereka bertiga, dengan Emily tentu saja yang menatap gaun Nicole yang jelas dia tahu bukan Nicole yang memilihnya. Pasti Ella pelakunya. Hanya Ella yang bisa memaksa Nicole memakai gaun seksi seperti itu.

Gaun merah dengan satu lengan tipis. Juga resleting di bagian belakang gaun. Belahan pahanya juga tampaknya agak terlalu panjang untuk bisa dikatakan sopan. Segalanya membuat Nicole terlihat seperti hendak datang mencari mangsa. Rambutnya digelung dengan anak-anak rambut yang dibiarkan beranatakan. Riasan tipis itu juga membuat kesan tidak menantang tapi kau akan tertantang dalam menatapnya.

Nicole memandang Emily yang terus memperhatikannya. "Kenapa?" tanya Nicole dengan senyuman kesal saat dia sendiri tahu kenapa Emily menatapnya.

Emily tersenyum dengan gelengan. Dia menatap ke depan kemudian. "Kau benar-benar luar biasa. Kalau Cameron sampai ada di sini, dia pasti akan melepaskan mantelnya dan memasangkannya di tubumu. Keposesifan adikmu itu menakutkan."

"Oh, dia tidak akan melepas mantelnya. Dia mungkin akan membalikkan meja demi bisa mengambil kainnya dan menutup seluruh tubuhku dengan kain itu."

"Aku tahu. Itu akan terjadi. Beruntung dia tidak ada di sini. Ke mana kira-kira dia? Kupikir dia akan selalu tinggal di sisimu."

"Jangan mengungkit itu. kau tidak tahu betapa dia tidak bisa meninggalkan aku satu bulan setelah perceraianku. Dia pikir kakaknya digilai oleh mantan suaminya yang akan datang mengunjungiku dan memintaku kembali."

"Bukankah kau mengharapkan itu? Arlen yang datang mengetuk pintu dan memintamu kembali?"

Wajah Nicole merah padam. "Kau sedang mengolok-olokku?"

Emily tertawa dengan keras saat Nicole memberikan pukulan kesal ke tubuhnya. "Hanya coba membuat penderitaanmu menjadi candaan."

"Hentikan, aku sudah selesai dengannya," Nicole mengatakannya dengan sungguh-sungguh. Meski hatinya belum tapi seluruh dirinya setuju kalau mereka sudah selesai. Tidak akan ada kembali karena Nicole tidak pernah mau lagi tinggal di dalam kulkas dua belas pintu milik pria itu.

Memiliki laki-laki dingin dan mengabaikanmu, sama buruknya dengan memiliki lelaki berengsek. Nicole tidak akan mengulangi kesalahan yang sama.

"Jadi katakan, di mana Cameron sekarang? Dia benar-benar tidak pernah terlihat batang hidungnya."

"Memulai bisnisnya di tempat yang memang agak jauh dari sini. Aku juga tidak tahu bagaimana kesibukannya, beberapa kali aku menghubunginya dia hanya terdengar sedang sibuk dengan kudanya. Mungkin kapan-kapan aku akan memberikan kejutan dengan mengunjunginya ke sana."

"Ajak aku. Aku ingin melihat apa dia sedang menternakkan kuda."

Nicole tersenyum dan mengangguk.

Beberapa orang sudah bergabung dengan mereka ke dalam pesta peluncuran produk berlian paling antik yang dimiliki Morgan. Tidak lama Morgan muncul dan memberikan sepatah dua patah kata. Membuat semua orang mendegarkannya dengan baik.

Nicole melirik ke arah Emily, menemukan kebanggaan pada diri Morgan yang tampil dengan luar biasa di atas panggung pribadinya. Terlihat betul betapa kagum sahabatnya itu pada pengusaha muda yang tengah naik daun tersebut.

Menyenggol Ella, mereka berdua menatap ke arah Emily yang tidak memedulikan hal lainnya selain tatapannya pada Morgan.

"Selain ucapan terima kasih pada kalian semua yang sudah mau datang ke sini, aku juga ingin mengatakan pada modelku kalau aku sangat bangga padanya. Kuharap dia mau datang ke sini menemuiku dan berdiri di sisiku. Emily Forest, kemari."

Nicole dan Ella bertepuk tangan paling kuat. Emily sendiri mendengar namanya dipanggil segera menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia tidak percaya tapi Ella dan Nicole mendorongnya untuk naik ke sana.

Tidak menunggu lama, Emily sudah bergabung dengan Morgan di atas panggung kecil itu. Emily sudah memegang mic nya, tapi sebelum dia sempat mengatakan satu patah kata pun, Morgan sudah berlutut di depannya dan membuka kotak perhiasaan di mana cincin itu berada. Dengan berlian yang sangat cantik di atasnya.

Ella berteriak dengan keras. Dia kegirangan karena dia sendiri tidak tahu. Tapi saat dia menatap Nicole, tidak ada keterkejutan di wajah bosnya itu. Melihat cincin itu juga, jelas sudah ketahuan siapa pendesainnya. Hanya Nicole Adams yang bisa membuat berlian menjadi lebih unik seperti itu.

"Maukah kau menikah denganku, Emily Forest."

Dan Emily hampir kehilangan pegangannya pada mic. Dia menatap ke arah Nicole yang memberikannya anggukan. Setuju pada apa pun keputusan yang diambil Emily. Karena Nicole sendiri sadar bagaimana perasaan sahabatnya itu pada Morgan. Mereka tidak berkencan. Tapi hubungan mereka lebih jauh dan dekat dari itu. Kedua orang itu tidak mengatakannya, tapi tubuh mereka menguarkan kebersamaan yang begitu nyata.

Dengan tangisan derasnya, Emily mengangguk. Ya, ucapnya tapi semua orang berteriak menyatakan mereka tidak mendengarnya. Itu membuat Emily mendekatkan mic itu ke bibirnya. "Ya. Aku akan menikah denganmu, Morgan Stewart."

Semua teriakan bahagia terdengar kemudian. Mereka semua memberikan selamat kepada mereka dan Nicole sendiri hanya bisa mengusap airmata bahagia untuk sahabatnya yang akhirnya mendapatkan pelabuhan hatinya.

Ella memeluk Nicole sebagai tanda dirinya juga turut bahagia atas kebahagiaan Emily. Keduanya berpelukan dengan erat.

Setelah Emily turun, mereka semua meraih tangan Emily dan menemukan cincin berlian itu di sana yang berkilau.

"Kau benar-benar pandai merahasiakannya dariku, Nicole. Kau membuat aku kesal." Emily mengatakan kesal tapi dia tidak dapat menghilangkan wajah bahagianya itu.

Ella mengangguk setuju kalau Nicole memang membuat kesal karena tidak membeirtahunya. Padahal tadinya dia pikir acaranya memang hanya untuk memperlihatkan desain unik milik desainer terkenal yang adalah bosnya. Siapa sangka ada acara lamaran dibaliknya yang mendatangkan kebahagiaan bagi mereka semua.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Di Ranjang Mantan Suami (SEN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang