"Beneran bukan maksud jadi istri muda bokap gue, kan? Lu mencurigakan."
Jisoo merotasikan irisnya jengah. Beberapa menit yang lalu, Pak Hartigan keselek kopi panas alhasil Taeyong dimarahin habis-habisan karena mereka lagi di tempat umum. Setelah Jisoo menjelaskan semuanya, barulah Taeyong diam mengerti. Untuk sejenak Pak Hartigan kelihatan jengkel, tapi pada akhirnya akademisi itu pergi ke meja lain dan menunggu temannya datang.
Alhasil Jisoo berduaan sama Taeyong.
"Kakak lebay."
"Gimana nggak lebay? Lo nekat soalnya!"
"Aku nggak suka orang yang lebih tua!" Jisoo memekik. Melihat Taeyong yang tercenung mendengar teriakannya, Jisoo buru-buru menambahkan, "aku ga suka cowok gapnya lebih dari sepuluh tahun!"
Taeyong mendengkus berusaha tenang. Dia memang sudah pisah meja dengan ayahnya, tapi entah kenapa Taeyong merasa punggungnya seolah ditatap tajam sampai rasa-rasanya akan berlubang.
"Oke back to topik," Taeyong mengibaskan tangannya, tak mau tersulut dengan pertengkaran kecil ini, "kenapa lo tiba-tiba pundung jauhin gue? Perasaan gue nggak punya salah."
Jisoo melirik Taeyong agak sinis. "Kalau nggak punya salah, kenapa kakak panik gini?
"Ya soalnya-!" Taeyong mendadak menahan ucapannya sendiri, bingung harus menjawab apa. Benar juga, kenapa dia panik begini?"
Taeyong mencoba memikirkan alasan yang masuk akal, tapi otaknya yang baru selesai disidang professor beberapa pekan lalu ini gagal berpikir. Dia tidak tahu. Pokoknya dia jengkel dan kesal saja waktu perempuan di depannya ini pergi tanpa mengatakan apapun, terlebih ternyata ayahnya yang terakhir berbincang dengan gadis itu sampai Taeyong mengira Jisoo habis diancam. Apa Taeyong panik takut Jisoo dilukai oleh ayahnya makanya Taeyong merasa bersalah? Ingin dia bilang begitu, tapi Taeyong tahu betul ayahnya bukan bajingan bermulut rendahan. Jadi, itu tidak mungkin.
Terus kenapa ...
Kenapa Taeyong panik waktu ayahnya mengirim pap sedang kencan dengan Jisoo pagi ini?
Sial.
Taeyong menatap Jisoo yang rambutnya tergerai itu, lalu dia memalingkan wajah merasa malu sendiri.
Masa dia naksir bocah botol yakult ini?
Taeyong sempat takut cewek ini jadi istri ayahnya betulan, tapi dia merasa asumsi itu terlalu kekanakan. Lebih mudah mengartikan bahwa perasaannya saat ini memang perasaan tak rela kalau cewek krisis sopan santun macam Jisoo dipilih laki-laki lain.
"Anjing ... Ah tau ah!" Taeyong menggebrak meja merasa frustasi. "Bodo lah!"
Dia malah berisik sendiri.
Taeyong enggan mengakuinya, tapi semakin dia melihat muka si botol yakult ini, semakin dia sadar kalau dia memang suka sama cewek ini.
Dulu alasan Taeyong memilih Jisoo itu karena dia merasa cewek ini cantik. Memang benar Taeyong sempat amaze sama wajah Jisoo, tapi begitu tahu orangnya bawel dan manja dia jadi mikir-mikir. Apalagi Jisoo dan mantannya juga masih lengket.
"Apaan sih lihat-lihat!" Jisoo mengerutkan kening kesal ketika dipelototin Taeyong garang. "Aku ghosting kakak tuh disuruh ayah kakak, ya!"
"Ngapain lo nurut sama bokap gue? Dia bukan imam lo sampe lo harus nurut!"
"Ta-tapi kan-!" Jisoo jadi ikutan susah nyerna kalimat. Dia agak malu buat ngomongnya. Kali ini Taeyong kelihatan bete. Kayaknya sih bete karena betulan cemburu dan sebel Jisoo anggurin, tapi Jisoo masih merasa belum yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blessing in Disguise • jisyong
Fanfiction"Si Taeyong itu udah jelek, judes, hidup lagi."