12 :: With You

512 114 20
                                    

Taeyong buru-buru merajut langkah mendekati mereka. Jisoo dan Sehun sedang berdiri berhadapan, dan Jisoo kelihatan diam dengan kedua matanya yang membelalak nggak menyangka mendengar ucapan Sehun barusan.

Taeyong menyambar tangan Jisoo lalu dia menoleh pada Sehun dan berkata, "MURTAD!"

Sehun, yang kaget karena Taeyong datang tiba-tiba dan nyemprot dia, termundur sesaat terlebih waktu Taeyong maju padanya dan menyembunyikan tubuh Jisoo di balik punggung.

"Bang--"

"MURTAD!" Taeyong tetep nyolot. Dia mengerutkan kening tak suka, bukan cuma karena cowok ini nggak punya iman, tapi muka melongo Jisoo barusan membuatnya terganggu. "Inget jahannam, bego!"

Sehun mengerjap. "Gue bercanda ajaa??"

"Mana ada bercanda bawa-bawa agama?!"

"Demi Allah gue nggak maksud, cuma mau ngisengin Jisoo aja barusan." Sehun menghela napas berat, tak bisa apapun lagi waktu Taeyong betulan memberinya sorot rujit.

Sehun menepok jidatnya sendiri sambil tertawa. "Gue nggak siap juga dicambuk ortu pindah agama gara-gara cewek doang."

"Bocah krisis iman kayak lu suka ngebohong!"

"Taeyong udah, ih!" Jisoo gantian menariknya mundur, mengerti kalau Sehun memang bercanda aja. Ya, walau Jisoo sempet kaget karena tadi muka Sehun lumayan serius. Jisoo mendengkus kecil dan meraih blazer beserta selempang yang menggantung di lengan Taeyong.

Kali ini kepala Jisoo menoleh pada Sehun. Dia berkata, "Lo sambut tamu dulu dah Hun, gue mau ngomong sama Taeyong bentar."

Taeyong mengoreksi tak terima, "Sama cowok gue."

"Iya, gue mau ngomong sama cowok gue," timpal Jisoo cepat, mending diiyain aja daripada runyam karena Taeyong itu kalau ngomong kadang suka asbun alias asal bunyi dan bikin orang bisa kesinggung parahnya naik tensi. Jisoo buru-buru mendorong Taeyong menjauh dari lorong, dia bahkan sampai menabok kecil pipi Taeyong karena dia melototin Sehun mulu.

Mereka masuk ke ruang staff di tengah tangga. Jisoo menghela napas. Dia memandangi Taeyong dari atas sampai bawah, cowok ini keringetan. Pasti capek karena dari parkiran ke gedung ini lumayan jauh, belum lagi naik tangganya.

Melihat ekspresi Taeyong agak mendung, Jisoo berjinjit lalu menaruh bibirnya ke pipi cowok itu sebentar. Ulasan senyuman cerah Jisoo terbit di wajahnya. "Aku nggak bakal ke mana-mana. I'll be with you so don't worry."

Taeyong mencebik, walau demikian dia senang mendapat kecupan di pipinya. "Lo kan pernah gamon sama dia."

"Tapi sekarang kan nggak?" Jisoo menjawab sambil berusaha menatap Taeyong yang terus-terusan buang muka. "Aku punya Taeyong putra tunggal kaya raya, baik hati, ganteng, penyabar, dan ramah senyum."

"Kenapa lo naruh kaya raya di awal sedangkan yang lainnya terakhiran? Mau morotin gue, ya?!"

"Apa salahnya manja minta realistis ke cowok sendiri?" Jisoo mengedikkan bahu, tak tersinggung sama sekali dengan ucapan Taeyong barusan, dia sudah kebal dengan segala sindiran dan ucapan sarkas lainnya. "Itu artinya, aku bergantung sama kamu. Kan nggak lucu kalau aku matre ke cowok orang lain."

"Lo!" Taeyong kali ini berhasil menatap Jisoo. Dia menggertakkan gigi, dan sedetik kemudian dia menerjang tubuh Jisoo dengan pelukan erat, kaki Jisoo bahkan sampai terjinjit dan nyaris terangkat. Taeyong hendak menggigit ubun-ubun kepala Jisoo sebelum akhirnya sadar cewek ini sudah hairstyling dengan susah payah, jadi dia hanya bisa menggigit pipi Jisoo lagi. "Kalau dibilangin ngejawab mulu!"

"Hehe!" Jisoo nyengir, tak merasa sesak meski Taeyong betulan seperti niat membunuhnya dengan pelukan sekencang ini. "Jangan panggil aku 'lo' mulu dong, nggak romantis. Panggil sayang kek atau apa gitu darling atau apalah."

Taeyong menggigit pipi Jisoo lagi lalu meyahut, "Nggak, gue panggil lo Ijot."

"KOK IJOT WOI?!!"

Tawa Taeyong teralun merdu mendengar gerutuan gadis dalam pelukannya. Dia memperhatikan wajah Jisoo lamat-lamat, mengelus pipi yang ada bekas gigitannya menggunakan ibu jari, lalu dia tersenyum lebar. "Sayang. Sayang. Sayang."

Taeyong kira, dia sepertinya betah dengan hubungan seperti sekarang. Sepertinya dia bisa mati dengan tenang, tapi dia nggak mau mati dulu.

"Temenin gue sampai tua, sampai jadi kakek-kakek."

"Iyaa."

"Jangan pergi ke cowok lain, kecuali gue mati duluan."

"Iyaa."

"Love you."



E N D



Sebenarnya aku sempat niat tutup akun. Yaa seperti biasa semua orang punya fase sibuk real life, aku juga ada banyak hal yang harus dilakukan dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Sebenarnya, kalau urusan time management aku aman, cuma aku sempat berpikir lebih baik fokus pada satu hal dan lupakan yang lain dalam kasus ini aku berhenti ngehaluin jisyong lewat tulisan. Tapi yaa di satu sisi aku juga berpikir pelepas penat ku hanya nulis dengan Taeyong Jisoo as muse. Akhirnya ya udah lah tetep stay di kapal goib ini dan tetep nulis, terlepas dibaca orang atau tidak. Yaa walau aku sendiri tak terlalu memedulikan jumlah views dsb dari zaman jebod nulis.

Well, sekian curahan hati saya. Sampai bertemu di next project ku dan terima kasih banyak sudah membaca novel-novel Jisyongku. Terima kasih untuk vote dan komen yang tidak bisa kubalas, entah di lapak ini atau lapak-lapak sebelumnya (maklum, tiap mau balas bingung dan takut karena jariku kadang kalau ngetik suka bawa sial bikin orang kesinggung 😂)

Btw ada keluhan terkait Blessing in Disguise?

sankyu.

Blessing in Disguise • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang