03 :: Sokab

473 113 8
                                    

"Kamu nggak ke kampus? Katanya mau nugas?"

Jisoo Fiandari langsung berjengit mendengar pertanyaan kakak laki-lakinya barusan. Cewek berambut panjang itu kemudian membuang muka, enggan membalas.

"Deadline tugas kamu lusa, lho."

"Aku tahu."

"Ya sudah kerjain, jangan nunda-nunda."

"Aku mau kerjain di rumah aja," Jisoo memeluk bantal sofa sambil memandang televisi yang menyiarkan tayangan kartun Upin-Ipin di depannya, mengabaikan kakak laki-lakinya yang keheranan karena adiknya yang cinta belajar di kampus ini malah jadi terdengar seperti pundung.

Kakak laki-lakinya, Aris, mengangkat alis. "Kamu menstruasi?"

"Nggak."

"Tapi----"

"MAS BAWEL, AKU GA MAU KE KAMPUS!!"

"ADEK JANGAN TERIAK IH ANAK GUA BARU TIDUR!!"

Kali ini Jisoo tanpa sadar merapatkan mulut. Dia melirik sinis Mas Aris yang sudah memberinya tatapan menuding. Bawel, sih. Jisoo, kan, memang tak mau ke kampus. Lagian kelasnya hari ini dilakukan secara daring, tidak ada alasan lain juga dia harus menginjakkan kaki ke kampus yang luasnya kayak perkebunan teh itu, bikin sakit kaki.

Mas Aris melirik Jisoo intens lalu berkata, "You seems so suspicious."

"Bawel!"

Emang mencurigakan. Jisoo sebenarnya tidak mau ke kampus karena seratus persen yakin bakal ketemu cowok sialan itu. Kemarin Instagram Taeyong dia blokir begitu saja, entah memblokir karena kesal atau karena malu.

Jisoo menggigit bantal sofa rumahnya jengkel.

Iya, kayaknya dia ngeblokir Taeyong karena emang malu.

Tapi, siapa sih yang nggak malu ditegur, 'kancut lu pink' kayak begitu? Minimal bahasanya yang sopan, kek! Jisoo beneran pingin tenggelam di laut, biar dia bergabung sama ikan-ikan di sana. Yang paling memalukan adalah Jisoo sadar kemarin Taeyong emang merhatiin dia dari atas kepala sampai atas ujung kaki sambil nahan tawa.

Sialan.

Mau ditaruh di mana muka Jisoo ini?

Kata malu aja nggak cukup buat deskripsiin perasaan dia sekarang.

"Kenapa sih? Berisik banget ini bocah." Yura datang menghampiri mereka sambil menggendong bayi berusia tujuh bulan di pelukannya. Kakak ipar Jisoo itu meliriknya dan Aris bergantian.

"Nggak tahu, saya tanya pelan-pelan dia malah ngotot." Aris mendengkus lalu mengambil duduk di samping si bungsu. Dia menopang dagu pada lengan sofa, sedangkan matanya memperhatikan adik perempuan kesayangannya bingung. "Padahal kalau dia jujur tadinya mau saya kasih jajan baju."

Eh?

Jisoo pelan-pelan melirik laki-laki di sampingnya. Jisoo berdehem sambil memperbaiki posisi duduk. Kedua kakinya yang sempat terangkat ke atas sofa kali ini dia turunkan perlahan, duduk tegak layaknya kalangan ningrat saja.

"Aku nggak pms, cuma lagi bete aja," senyuman bisnis Jisoo terukir cantik, "hari ini file kajian tugasku dipinjam yang lain, jadi aku nunggu giliran."

Sebelah alis Aris terangkat lagi. "Itu doang?"

Jisoo mengangguk. "Iya."

"Ya udah. Kerjain tugasnya, jangan malas-malasan." Aris mengusek kepala adiknya menggunakan tinju. Kali ini dia meraih ponsel di saku celana, membuka aplikasi oranye membuat Jisoo tanpa sadar merapat pada bahunya. "Mau baju apa?"

Blessing in Disguise • jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang